Ala postingan instagram, #throwback Thursday alias #tbt kali ini saya mau membahas seputar sepeda. Di Belanda, bersepeda itu udah kayak bernapas (perumpamaan dari mana sih ini? Lebay juga ya.. 😏). Maksudnya, tiada hari tanpa bersepeda. Ke kampus, belanja ke pasar atau nongkrong ke Centrum, berkunjung ke rumah teman, piknik ke kincir angin belakang asrama, dan ke stasiun pun naik sepeda. Bahkan kalau mau bepergian ke luar kota, sepeda sampai menginap di parkiran stasiun berhari-hari.
Tag: Belanda
Obrolan Meja Makan

Terkadang ketika kita sedang traveling dan menjadi turis, kita cenderung ingin mencoba hal-hal baru, terutama yang khas dari kota yang kita kunjungi. Hal ini juga berlaku saat saya tinggal di negeri orang untuk belajar dalam jangka waktu tertentu. Berhubung saya tidak akan lama di negara tersebut, saya menyempatkan untuk mengunjungi tempat-tempat yang menarik hati saya. Saat mengobrol dengan orang lokal, saya baru tersadar bahwa mereka sendiri pun seringkali belum pernah ke tempat yang pernah saya kunjungi atau melakukan hal yang sebenarnya umum bagi para turis. Sebut saja foto dengan kostum Belanda di Volendam, hehe. Bisa jadi tidak banyak orang Belanda sendiri yang melakukannya.
Berpuasa pada Musim Panas

Berpuasa bukanlah persoalan di mana dan siapa yang berpuasa lebih lama. Tentu saja bukan. Tetapi pastinya ada cerita tersendiri dalam menjalankan puasa di perantauan, dengan cuaca yang panas, waktu puasa yang lebih lama dari biasanya, ditambah lagi berpuasa di tengah masyarakat dengan mayoritas tidak beragama islam.
7 Cara Asyik Menikmati Keukenhof

Jika berkunjung ke Belanda pada musim semi, sempatkanlah mampir ke Keukenhof. Meskipun sudah lama tahu tentang festival tulip di Belanda, nama Keukenhof pertama kali saya kenal lewat buku Negeri Van Oranje yang saya baca pada 2011 silam. Membaca cerita tentang Keukenhof, terbayang sebuah taman luas berhias tulip yang berwarna-warni. Musim semi memang ditandai dengan kehadiran berbagai bunga dan dedaunan pohon yang sempat menghilang pada musim dingin. Tak mengherankan jika musim semi menjadi musim favorit bagi banyak orang.
Nostalgia Lewat Negeri Van Oranje
Dari beberapa film Indonesia yang sedang tayang di bioskop pada awal tahun ini, saya memilih untuk menonton Negeri Van Oranje. Sejauh ini saya belum mendengar review luar biasa tentang film ini, namun saya semata-mata ingin bernostalgia akan masa-masa studi dan tinggal di Belanda. Film karya Endri Pelita ini diadaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana.
Novelnya sendiri sudah pernah saya baca pada awal 2011. Novel yang ringan, menghibur, dan disisipi informasi mengenai serba-serbi studi di Belanda serta budaya sehari-hari masyarakat Belanda. Dari buku inilah kali pertama saya mengetahui bahwa orang Belanda kalau cipika-cipiki itu tiga kali alih-alih dua kali seperti di Indonesia. Hehe… Saat membacanya, sama sekali tak ada pikiran saya kelak akan berkuliah di Belanda.
Menyusuri Jejak VOC di Amsterdam (bagian 2)

Pada awalnya, tur napak tilas Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) merupakan sebuah inisiatif dari Persatuan Pelajar Indonesia di Groningen (PPIG), Belanda. Sejak masih berupa wacana, saya termasuk yang paling bersemangat dan langsung mendaftar saat rencana ini pada akhirnya direalisasikan. Namun sayangnya, pada waktu yang sudah dijadwalkan yaitu pekan pertama di awal Maret 2014, saya tidak bisa ikut karena ada tugas kampus yang harus diselesaikan.
Continue reading “Menyusuri Jejak VOC di Amsterdam (bagian 2)”
Menyusuri Jejak VOC di Amsterdam (bagian 1)
Sebuah replika kapal yang besar dan kokoh dengan bendera merah putih biru terlihat dari kejauhan. Perlahan tapi pasti, saya terus berjalan ke arahnya. Belakangan saya mengetahui bahwa itu adalah replika East Indiaman the Amsterdam, salah satu kapal kebangaan Belanda yang hilang pada pelayaran perdananya pada 1749. Pada musim semi yang masih terbilang dingin itu, saya masih sering memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaket. Saya tak sabar untuk segera masuk ke ruangan yang hangat. Yang saya tuju adalah Het Scheepvartmuseum atau Museum Maritim yang berlokasi di Kattenburgerplein 1, Amsterdam, Belanda. Di samping museum inilah kapal East Indiaman the Amsterdam tertambat.
Continue reading “Menyusuri Jejak VOC di Amsterdam (bagian 1)”
Menjelajahi Rijksmuseum Amsterdam
Dengan kartu ‘sakti’ bernama Museumkaart, selama 2013 – 2014 saya berkesempatan mengunjungi lebih dari sepuluh museum di Belanda. Dari semuanya, saya sangat menikmati setiap kunjungan karena masing-masing museum menawarkan cerita dan keunikan tersendiri. Kali ini saya mulai dengan salah satu museum di Amsterdam dan salah satu museum yang menjadi icon Belanda, yaitu Rijksmuseum.

Mengunjungi Museum di Belanda: Kartu ‘Sakti’

Sebelum saya bercerita lebih jauh mengenai museum-museum di Belanda, saya akan bercerita terlebih dahulu tentang sebuah kartu ‘sakti’. Saya rasa, salah satu keputusan terbaik saya saat tinggal di Belanda adalah memiliki kartu museum atau disebut dengan Museumkaart. Dengan kartu ‘sakti’ ini, sang pemegang kartu bisa memasuki puluhan museum di Belanda dengan gratis dalam jangka waktu satu tahun setelah penggunaan kali pertama (daftar museum dapat dilihat di sini). Pada saat saya membelinya pada 2013 lalu, harga kartu ini adalah 50 euro ditambah 5 euro biaya untuk pendaftaran. Saat ini harganya adalah 54.95 euro untuk dewasa dan 27.5 euro untuk anak dan remaja sampai dengan usia 18 tahun, sedangkan biaya pendaftarannya masih sama, yaitu 5 euro.
Continue reading “Mengunjungi Museum di Belanda: Kartu ‘Sakti’ “
(relatif) panas

Seminggu ini cuaca panas. Iya sih, wajar..namanya juga musim panas. Walaupun saya lahir dan besar di negara tropis, tapi saat menghadapi suhu udara yang mencapai 30 derajat C bahkan lebih, saya mulai kelabakan. Kemarin video chat sama suami lewat Skype dan dia berkomentar bahwa baru kali ini lihat saya ngipas-ngipas selama di Belanda. Hahaha..