Other Stories

Ada Apa dengan Pajak Ekspor Jasa?

industry-2633878_1920
Foto: Pixabay

Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang saat ini menjadi prioritas pemerintah Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan. DDTC Fiscal Research (2018) dalam rekomendasi kebijakannya menyebutkan bahwa sektor jasa berperan penting dalam pembangunan Indonesia melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja sekaligus meningkatkan kapasitas dan kualitas tenaga kerja tersebut. Selain itu, sektor jasa (misalnya transportasi dan logistik) juga berperan sebagai pendukung (enabler) sektor lainnya. Manifestasi dari prioritas pemerintah terhadap sektor jasa di antaranya adalah upaya untuk mengembangkan sektor jasa sekaligus memperbaiki neraca perdagangan sektor jasa yang selama ini seringkali negatif. Dengan kata lain, pemerintah berikhtiar untuk meningkatkan kinerja ekspor jasa.

Adakah yang belum familier dengan ekspor jasa?

Continue reading “Ada Apa dengan Pajak Ekspor Jasa?”

Advertisement
Other Stories

Internasionalisasi Pendidikan Tinggi

university-2119707_1920
Foto: Pixabay

Bukan hanya toko atau perusahaan yang bisa membuka cabang. Institusi pendidikan tinggi pun sudah lumrah memiliki cabang di negara lain. Dengan demikian, kita tak hanya mengenal perusahaan transnasional, namun juga lembaga pendidikan transnasional. Di negara-negera tetangga seperti Malaysia dan Singapura, terdapat sejumlah cabang dari universitas asing. Saya jadi ingat, ada beberapa teman yang berkuliah di negara tetangga namun kampusnya adalah kampus asal Eropa. Selain kedua negara tetangga, contoh lainnya adalah Tiongkok. Universitas-universitas asing berlomba memasuki pasar Tiongkok. Ya, bagaimanapun juga, pendidikan tinggi merupakan bagian dari sektor jasa yang tentu saja mencari pasar yang paling potensial.

Continue reading “Internasionalisasi Pendidikan Tinggi”

Other Stories

Kita dan Statistik Jasa

Sektor Jasa di Sekitar Kita

Beberapa tahun terakhir, aktivitas traveling atau wisata menjadi sesuatu yang sangat populer. Bersamaan dengan itu, bermunculan berbagai website dan aplikasi penjualan tiket berbagai moda transportasi (pesawat, kereta, bahkan bus) maupun pemesanan tempat menginap. Tanpa harus beranjak dari tempat duduk, tiket bisa dibeli, kamar hotel pun bisa dipesan. Semua beres. Ups, tunggu dulu. Kalau ada perlengkapan wisata yang belum lengkap, kita juga bisa membelinya secara online. Ketika akan berwisata ke daerah dingin dan membutuhkan jaket tebal, kita tinggal buka beberapa alternative marketplace dan membeli barang yang kita butuhkan. Dalam hitungan hari, barang yang kita pesan sudah ‘mendarat’ di rumah dengan diantar oleh petugas jasa ekspedisi. Sadar atau tidak, semua itu adalah kegiatan yang didukung oleh sektor jasa. Tentu masih banyak kegiatan sektor jasa lainnya, di antaranya jasa perbankan, konsultan, pendidikan, logistik, dan kesehatan.

dropshipping-3264486_1920
pixabay.com

Continue reading “Kita dan Statistik Jasa”

Movies, Review

Jelita Sejuba (2018)

Jelita

Beberapa waktu lalu, Putri Marino mengunggah poster film terbarunya di akun Instagram. Judul filmnya adalah ‘Jelita Sejuba: Mencintai Kesatria Negara’. Sewaktu melihat nama-nama pemainnya, banyak nama yang tidak saya kenal, termasuk pemeran utama prianya, Wafda Saifan. Meskipun begitu, saya penasaran ingin menonton Jelita Sejuba. Alasan sederhananya, karena saya suka akting Putri Marino dalam film Posesif. Berperan sebagai Lala, akting Putri terlihat alami, effortless, dan jujur. Kualitas aktingnya pun dibuktikan dengan raihan Piala Citra 2017 untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik. Jadi, saya punya ekspektasi bahwa film ini pun akan bagus.

Continue reading “Jelita Sejuba (2018)”

Other Stories, Review

Mudik: Dulu dan Sekarang

Setelah menikah, tujuan mudik jadi semakin banyak. Kalau biasanya mudik ‘hanya’ seputar keluarga Mama atau Papa (keduanya di Jawa Barat tetapi beda kota), semenjak menikah, tujuan mudik bertambah keluarga Ibu dan Bapak mertua yang mana ada di Jawa Barat, DIY, dan Jawa Timur. Wah, makin panjang saja daftar tujuan yang dikunjungi. Alhamdulillaah..

Lho, belum juga bulan puasa, kok udah bahas mudik? 😀

Continue reading “Mudik: Dulu dan Sekarang”

Other Stories

Kemudahan Layanan Keuangan Lewat Satu Gerbang

Sekitar sebelas tahun lalu, saya terkesima saat seorang teman membayar ongkos bus dengan menggunakan uang elektronik. Cukup pindai kartu di mesin dekat pintu masuk bus, mesin akan berbunyi pertanda transaksi pembayaran berhasil. Teman saya pun langsung duduk di bus dengan tenang. Sementara saya, setelah grasak-grusuk, barulah menemukan uang pecahan seribu won di dompet untuk membayar ongkos.

Pengalaman tersebut terjadi di sebuah bus di kota Daejeon, saat kali pertama saya menggunakan bus kota di Korea. Karena pengalaman itulah, saya kemudian membeli uang elektronik di salah satu convenient store untuk mempermudah berbagai transaksi. Kartu tersebut bisa digunakan baik untuk bus maupun kereta bawah tanah. Selain alasan kepraktisan, jika membayar menggunakan uang elektronik, tarifnya 10% lebih murah dibandingkan membayar tunai. Tentu ini menjadi insentif tersendiri bagi masyarakat sebagai konsumen.

Continue reading “Kemudahan Layanan Keuangan Lewat Satu Gerbang”

Other Stories

Bertemu Syahid

Enam tahun lalu.

Eh, enam tahun? Selama itukah? Yang berarti juga, aku sudah enam tahun lebih tua dan murid-muridku kini sudah beranjak remaja.

Cerita ini masih tersimpan rapi, namun aku pikir terlalu sayang jika tak dituliskan. Waktu itu, dua muridku di SDN 4 Telukjatidawang, Tambak, Bawean, akan ikut babak penyisihan Olimpiade Sains Kuark (OSK) di Surabaya. Mereka adalah Syahid dan Jannah. Kala itu mereka duduk di kelas enam SD.

Continue reading “Bertemu Syahid”

Movies, Review

Sebulan Pengabdi Setan

Sudah lebih dari 30 hari dan ‘Pengabdi Setan’ masih tayang di bioskop. *tepuk tangan* Kalau diingat-ingat, kali terakhir saya nonton film horor di bioskop itu tahun 2011 atau 2012. Waktu itu nonton Insidious. Itu pun sebetulnya hanya karena ikutan nonton bareng beberapa teman. Nah, kalau terakhir nonton film horor Indonesia… itu lebih lama lagi. Film ‘Bangsal 13’ itu tahun berapa ya?  Hehe. Oh… 2004 (habis googling), berarti sudah lebih dari sepuluh tahun. Maklum laaah.. film horor Indonesia beberapa tahun belakangan identik dengan horor berbalut adegan vulgar. Seolah-olah, hal vulgar menjadi satu-satunya yang dianggap bisa menarik perhatian penonton, bukan cerita yang digarap serius maupun aktor dan aktris dengan kemampuan akting yang baik.

Continue reading “Sebulan Pengabdi Setan”

Movies, Review

Mendamba Banda

REMPAH-REMPAH. Komoditi perdagangan yang saya kenal lewat pelajaran Sejarah. Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, saya merasa tidak mendapat jawaban mengapa orang Belanda sampai repot-repot berlayar melintasi samudera demi rempah-rempah. Sebut saja pala dan cengkeh, dua dari sekian hasil bumi yang diincar oleh Belanda. Semasa kecil, saya mengenal keduanya karena di sekitar lingkungan sekolah saya ada pohon cengkeh, sedangkan pala saya kenal lewat jajanan di kantin sekolah (manisan pala). Apa yang spesial dari keduanya sampai-sampai bisa menyebabkan pertumpahan darah?

Seiring waktu, saya punya semakin banyak sumber informasi mengenai pertanyaan yang ada di kepala saya semasa SD dulu, salah satunya lewat film.

Continue reading “Mendamba Banda”

Movies, Review

Mari Ber-Ziarah

Tepuk tangan penonton memenuhi salah satu ruang bioskop Empire XXI Yogyakarta begitu film yang diputar berakhir.  Muncullah di layar nama-nama pemeran dalam film tersebut: Mbah Ponco Sutiyem sebagai Mbah Sri, Rukman Rosadi sebagai Prapto, dan sederetan nama lain, yang umumnya bukan merupakan aktor dan aktris kondang. Dari deretan nama tersebut, ada pula nama Hanung Bramantyo yang menjadi cameo pada salah satu adegan.

Film tersebut adalah ‘Ziarah’, karya sutradara muda BW Purbanegara. Continue reading “Mari Ber-Ziarah”