Other Stories

Chae-hun Belajar Bahasa Arab

Daejeon, 25 Juni 2007

Tadi saya bertemu Chae-hun di kafetaria asrama Daejeon University.

Saya: “Chin-gu, mianhae, nan oneul pappassoyo…” (maaf, Chin-gu, hari ini gue sibuk…)
Chae-hun : “Oh, kwenchanha…” (oh, nggak apa-apa)
Saya: “Terus mau belajar kapan? Selasa aja ya, abis gue pulang dari Busan..”
Chae-hun: “Nggak bisa, gue ada military training sepuluh hari. Kalau malam ini aja gimana?”

Saya tidak terlalu ingat kapan Chae-hun – yang tidak beragama itu – mulai tertarik pada bahasa Arab. Suatu hari dia meminta saya menunjukkan Alquran padanya. Ia ingin membaca artinya. Sayangnya, saya saat itu belum punya Alquran dengan terjemahan bahasa Korea (tak lama setelah itu barulah saya mendapat Alquran terjemahan bahasa Korea pemberian seorang teman). Saat itu dia kemudian bilang, “Chin-gu, gue mau belajar bahasa Arab ya summer vacation ini.”

Lalu apakah Chae-hun dan Chin-gu adalah orang yang sama?

Ya, betul. Jadi begini ceritanya.

Chin-gu dalam bahasa Korea berarti teman.

Pada bulan pertama saya tinggal di Korea, saya cukup kesulitan mengingat nama-nama orang Korea meskipun nama mereka hanya terdiri dari tiga suku kata. Saat saya ingin mengatakan sesuatu kepada Chae-hun, saya panggil saja dia dengan sebutan “Oppa…” (panggilan untuk lelaki yang lebih tua, kalau di Indonesia sama dengan “Mas” atau “Kak”).

Kemudian dia menjawab, “Aniyo…(bukan), jangan panggil ‘oppa’, kan kita seumuran…” Eh? Seumuran? Kok tampangnya lebih tua dari umurnya? Hehehe…

Ahirnya percakapan pertama adalah soal umur dan tanggal lahir.

“Jadi umur lo 20 tahun juga?” tanya saya (waktu itu saya masih berusia 20 tahun cyiiin… time flies!).

“21…” jawabnya. Oh ya, saya lupa bahwa orang Korea menganggap saat lahir mereka sudah berusia satu tahun. Mereka menghitung masa sembilan bulan dalam kandungan dan dibulatkan menjadi satu tahun.

“Bulan apa lahirnya?” tanya saya lagi.

“September,” jawabnya

“Ahh..hahaha…lo lebih muda dari gue dong! Yaudah panggil gue ‘Onni’,” kata saya (Onni adalah panggilan untuk perempuan yg lebih tua).

“Nggak ah, cuman beda beberapa bulan aja kok. We are chin-gu,” Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya, dalam bahasa Korea, chin-gu berarti teman. Nah, sejak saat itu kami memanggil satu sama lain dengan kata “chin-gu” alih-alih nama sendiri. ^^

Kembali ke cerita utama.

Akhirnya summer vacation datang juga. Malam itu, pelajaran dimulai dengan mengenal huruf hijaiyah. Len, kawan sekamar saya asal Vietnam, juga sempat tertarik dan ikut-ikut belajar sebentar. Tanya, tetangga kamar asal Filipina, juga ikut belajar. Tapi mereka datang dan pergi, yang bertahan sampai akhir hanya Chae-hun seorang.

Setelah belajar membaca dan mencoba melafalkan semua huruf hijaiyah, saya memintanya belajar menulis sambil menghafal huruf. Oh ya, untuk pelafalan huruf hijaiyah, seperti orang kebanyakan, Chae-hun juga kesulitan untuk membedakan ‘da’ dan ‘dza’, juga ‘kaf’ dan ‘qof’. Selain itu, dia kesulitan melafalkan ‘ain, tsa, dan kha. Wajar saja sih, apalagi dalam bahasa Korea tidak ada huruf yang pelafalannya seperti gitu. Dia juga belum bisa melafalkan huruf ‘r’ secara jelas.

Tulisan hasil karya Chae-hun
Tulisan hasil karya Chae-hun
Mendapar hadiah buku iqro :)
Mendapat hadiah buku iqro 🙂

Malam itu, Chae-hun belajar menulis dan menghafal 12 huruf, dari alif sampai sin. Karena saya kali ini bertindak sebagai sonsaengnim (guru), saya mau mengikuti dosen bahasa Korea saya yang hobi memberi PR menulis sebanyak sepuluh kali. Lalu saya bilang, “Chae Hun, PR buat lo, nih tulis sepuluh kali!” Eh, dia malah bilang, “Alah, nggak usah PR lah, sekarang juga bisa.” Kemudian ia langsung menuliskan huruf-huruf itu di bukunya.

Chae-hun menulis sambil menghafal dan melafalkan 12 huruf tersebut. Dengan gaya yang lucu, ekspresif, sampai menjijikan, dia mencoba melafalkan huruf “kha”. Segitu susahnya yah… Tapi lumayan juga, dia langsung hafal. Saya memintanya mengulang pelajaran ini saat nanti di military training. Dia membawa kertas huruf hijaiyah yang kemarin saya print di international office.

“Chae Hun, belajar yang rajin ya! Nanti pulang dari military training bakalan gue tes lho!”

“Okay, Sonsaengnim!”

“Have a great time at the training!”

“Ne…jalja!” (selamat tidur)

***

Daejeon, 5 Juli 2007

Sekitar jam setengah sepuluh malam,  bel kamar saya berbunyi. Saya yang waktu itu sedang duduk manis sambil membaca novel, rasanya males sekali beranjak untuk membuka pintu.

Saya teriak, “Siapa?” sambil akhirnya berjalan ke arah pintu.

Manusia di balik pintu menjawab, “Chin-gu,”

Saya mengintip ke arah pintu dan melihat kepala Chae Hun. Aduh…bagaimana ini, saya sedang maskeran.

“Sebentar ya…” saya buru-buru meraih jilbab yang menggantung dekat lemari. Tapi bagaimana caranya, nanti jilbab saya kotor terkena masker yang masih belum terlalu kering. Saya ingin mencuci muka tapi si Len sedang di kamar mandi.

“Masih lama nih…” katanya dari dalam.

Akhirnya saya bilang kepada Chae-hun, “Chin-gu, sori gue lagi pake masker,” saya ngomong dengan gaya ngomong orang maskeran sehingga tidak terlalu jelas.

Dia malah teriak dari luar, “alif..ba..ta..tsa…bla bla bla..”

Dari balik pintu, saya ingin tertawa, tapi tertahan masker. “Chin-gu…gue lagi maskeran! Nanti jam 10 datang lagi ya!”

Alif-ba-ta pun terhenti. “Oh, okay..okay..”

Lalu si Chin-gu berlalu pergi dengan alif-ba-ta di kepalanya. Hahaha…aja aja hwaiting! ^^

*Tak lama setelah saya posting tulisan ini di blog Multiply pada Juli 2007, Kak Farid Rifai, salah seorang MP-er yang saat itu berkuliah di Mesir, mengirimkan iqra. Buku tersebut tentu sangat membantu Chae-hun dalam belajar membaca huruf hijaiyah. Saya memang tidak membimbingnya sampai ia bisa bahasa Arab (lah saya juga nggak jago-jago amat). Namun setidaknya mengenal huruf hijaiyah adalah awal untuk belajar lebih banyak dan lebih dalam lagi di kemudian hari. Chae-hun kini bekerja di Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Saya juga sudah lama tidak mengobrol dengannya, terakhir chat pada September 2012.

1865143963390123180513

6 thoughts on “Chae-hun Belajar Bahasa Arab”

Leave a comment