Other Stories

Bertemu Syahid

Enam tahun lalu.

Eh, enam tahun? Selama itukah? Yang berarti juga, aku sudah enam tahun lebih tua dan murid-muridku kini sudah beranjak remaja.

Cerita ini masih tersimpan rapi, namun aku pikir terlalu sayang jika tak dituliskan. Waktu itu, dua muridku di SDN 4 Telukjatidawang, Tambak, Bawean, akan ikut babak penyisihan Olimpiade Sains Kuark (OSK) di Surabaya. Mereka adalah Syahid dan Jannah. Kala itu mereka duduk di kelas enam SD.

Continue reading “Bertemu Syahid”

Advertisement
Other Stories

Nggak ada noda ya nggak belajar

269161_10150230080017396_2287645_n
Guru-guru dan kepala sekolah turun tangan membangun ruang kelas

Pagi itu wajah-wajah ceria telah hadir di SDN 4 Telukjatidawang, Bawean. 11 Juli 2011, hari pertama di tahun ajaran 2011-2012. Bagi kebanyakan anak, pertanyaan yang muncul ketika kembali bersekolah adalah “saya akan belajar apa”. Tidak demikian dengan murid-murid di sekolahku. Wajah ceria mereka disambut oleh kenyataan bahwa pembangunanan ruang kelas mereka belumlah selesai. Maka pertanyaan yang muncul adalah “saya akan belajar di mana”.

Continue reading “Nggak ada noda ya nggak belajar”

Other Stories

Drama

Bagiku ini adalah drama, tetapi mungkin tidak bagi orang-orang Bawean. Awal Januari aku dan teman-teman Pengajar Muda (PM) Bawean hendak kembali ke Pulau Bawean karena masa libur sekolah telah usai. Sayang seribu sayang. Sudah seminggu belakangan kapal Bahari Express tak beroperasi. Hal ini tak lain karena cuaca yang sedang tidak bersahabat. Angin kencang dan gelombang tinggi mencapai empat meter.

Rabu, 11 Januari 2012, ada kapal feri bantuan yang sengaja transit di Pulau Bawean demi membawa ratusan penumpang yang tertahan di Gresik. Kapal itu berangkat dari Tanjung Perak dengan tujuan Sampit, Kalimantan. Namun hari itu, kapal bergerak dari Tanjung Perak ke Pelabuhan Gresik, untuk singgah di Bawean, dan kemudian ke Sampit.

Kami terus memantau informasi mengenai keberangkatan kapal ini. Hari itu, kabarnya penjualan tiket dibuka pukul 13.00. Namun karena calon penumpang sudah antre dari pagi, kemudian loket dibuka lebih awal. Kami pun tidak mendapatkan tiket.

Beberapa hari kami menunggu. Di hari-hari tersebut beberapa SMS berdatangan dari muridku dan orang Dusun Pinang Gunung.

“Apa kabar bu? Disini aku menunggu ibu, dan juga teman-temanku. Katanya ibu mau pulang. Dari Koma. balas ya bu pliiiiis” Itulah salah satu SMS dari muridku.

Barulah hari Sabtu (14/01) kami bisa ke Bawean lagi dengan Bahari Express yang sudah mendapat izin untuk beroperasi kembali. Menurut BMKG, cuaca sudah membaik dan memungkinkan untuk berlayar.

Orang Bawean setiap tahun merasakan hal ini. Cuaca buruk di bulan Desember sampai dengan Februari membuat kapal-kapal tak berani berlayar. Selain terhambatnya sarana transportasi bagi warga Bawean, hal ini juga memengaruhi distribusi barang dari Jawa. Setiap tahun Bawean dilanda krisis bahan bakar. Harga bensin bisa mencapai Rp15.000/liter, paling murah Rp10.000/liter. Belum lagi persediaan bahan makanan yang terus menipis jika tak ada kapal dalam jangka waktu lama. Nelayan tak banyak yang melaut karena taruhannya nyawa. Kalaupun ada ikan di pasar, maka harganya pasti sangat mahal. Begitulah kehidupan orang pulau, kurasa begitu juga yang terjadi di ribuan pulau kecil lainnya di Indonesia.

Aku pun membayangkan bahwa dusunku akan gelap gulita di malam hari. Karena listrik PLN belum masuk, maka dusunku sangat bergantung pada bahan bakar bensin dan solar untuk mesin genset maupun diesel. Duh…sungguh berat yang mereka lalui di musim-musim ini.

Di atas kapal menuju Bawean, banyak yang terlintas di pikiranku. Flashback. Dari mulai masa pelatihan IM, deployment, masa-masa di Dusun Pinang Gunung, Bawean, masa liburan singkat dengan keluarga, dan hari-hari menunggu kapal dengan PM lainnya. Dua yang terakhir, rasanya membuat hatiku agak berat. Rasanya aku masih rindu keluargaku. Dan rasanya aku masih ingin bersama teman-teman PM Bawean. Tak terasa kami akan berpisah lagi menuju desa masing-masing, bertugas dan insya Allah menanami kembali ladang kebaikan di sekolah masing-masing.

Kawan, rindu itu bukan sesuatu yang salah kan?

Saat aku menginjakkan kaki di Pulau Bawean lagi, perasaanku campur aduk. Awan hitam menggantung di langit, angin kencang, debur ombak menari-nari. Di titik ini rasanya aku kembali mengumpulkan semangatku. Meyakinkan bahwa ini adalah pilihanku dan selamanya aku tak akan pernah menyesal pernah menjadi salah seorang yang melunasi janji bangsa, walau hanya setahun mengajar.

Sesampainya di Dusun Pinang Gunung, keluarga angkatku menyambut dengan hangat. Dan saat itu kebetulan beberapa tetangga juga ada di rumah. Kami bersalaman. Dan tanpa kuduga, seorang nenek memelukku. Erat. Erat sekali. Ia meneteskan air mata. Ia berkata-kata dalam Bahasa Madura campur Bahasa Indonesia.

“Ibu guru… Alhamdulillah mareh balik kanna. Dari kemarin saya tako.. Angin besar, hujan deras. Berma ibu di Jawa tak ada kapal… Anak-anak disini menunggu Ibu…” (“Ibu guru… Alhamdulillah sudah kembali kesini. Dari kemarin saya takut. . Angin besar, hujan deras. Bagaimana ibu di Jawa tak ada kapal… Anak-anak disini menunggu Ibu…”)

Inikah rasanya diharapkan dan dirindukan? Susah payah aku menahan agar air mataku tak jatuh. Cukup sudah drama hari ini.

Bawean, 15 Januari 2012

*Repost dari https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/maisya-farhati/drama, dipublikasikan pada 22 Januari 2012

Indonesia, Traveling

Pulang (ke Bawean)

Sambutan hangat di SDN 4 Telukjatidawang
Sambutan hangat di SDN 4 Telukjatidawang, 2015 (foto: Chendra)


Aku doakan agar Ibu sampai ke Jakarta dan semoga tidak ada rintangan. Aku senang punya Ibu seperti Ibu Icha. Saya tidak akan melupakan Ibu sampai kapanpun. Dan saya menyimpan foto ibu baik-baik sampai saya tua biar saya ingat terus sama Ibu. Dan saya akan mencari Ibu kalau saya tua.

(Surat perpisahan dari Umi Kulsum, 2012)

Continue reading “Pulang (ke Bawean)”

Other Stories

Kardus Bekas

Sebetulnya bukan hanya kardus. Banyak barang bekas yang bisa digunakan kembali. Selain dalam rangka mengurangi sampah, juga menambah nilai guna barang bekas tersebut.

Hari ini saya iseng bernostalgia dengan membuka album-album lama. Nah, sampailah di album foto bulan November 2011 (saya mengklasifikasikan folder foto berdasarkan tahun, kemudian bulan dan tanggal). Waktu itu saya masih mengajar di Pulau Bawean, tepatnya di SDN 4 Telukjatidawang dalam program Indonesia Mengajar (tulisan lain tentang Bawean: baca INI dan INI).

Continue reading “Kardus Bekas”

Other Stories

Kabar dari Bawean

foto dokumentasi pribadi, diambil pada Juni 2011
foto dokumentasi pribadi, diambil pada Juni 2011

Mungkinkah terjadi perubahan jika tidak ada yang mau turun tangan langsung? -Anies Baswedan

Saat mendapatkan sinyal internet, Ano, Pengajar Muda (PM) angkatan VI (Indonesia Mengajar) biasanya menyempatkan mengirim kabar dari Pinang Gunung, Bawean. Dusun Pinang Gunung adalah lokasi SDN 4 Telukjatidawang, sekolah tempat saya mengajar pada 2011-2012 lalu. Ano adalah PM ketiga yang bertugas di sana. Sebelumnya ada Ade Novia (2012-2013) yang kini juga telah purna tugas.

Foto-foto yang Ano kirimkan melalui whatsapp setidaknya sedikit mengobati kerinduan saya. Berbagai kabar baik dan kemajuan juga tentu membuat saya turut bahagia dan bangga.

Continue reading “Kabar dari Bawean”

Other Stories

Tentang Koma

Pagi itu 28 Juni 2013. Koma (murid saya di Bawean) mengirim pesan singkat yang membuat saya meleleh:
Halo, Ibu lagi ngapain? Bu, tadi malam kan aku nelfon ibu, ibu bilang kangen aku kan, terus aku tidur, eh aku bermimpi ibu sudah sampai ke Bawean. Dalam mimpi aku berkata: hah? Cepat banget ibu icha sampai di Bawean. Terus ibu mampir ke rumah aku, ibu ngeliat aku dan langsung meluk aku sampai2 aku sesak nafas. Erat banget pelukan ibu kepadaku. Eh tau-taunya aku bangun, ya ampun..aku malah meluk bantal dengan erat, eh temen-temen ngetawain aku. Terus aku bingung kok aku meluk bantal, bukannya ibu icha. YA ALLAH…

Continue reading “Tentang Koma”

Indonesia, Traveling

One fine day: 24 March in Bawean

24 Maret 2012 ini saya berulang tahun yang kesekian. Just like another day. Bangun subuh, mengaktifkan hape, dan menaruhnya di jendela. Sebagai informasi, di Bawean ini sinyal hanya ada di spot tertentu saja, kalau di rumah hostfam saya ya salah satunya di jendela kamar. Hehe… Ajaib ya? Geser sedikit saja, sinyalnya hilang. Bahkan dalam posisi diam pun sinyalnya labil, bisa datang dan pergi sesuka hati.

Continue reading “One fine day: 24 March in Bawean”