
(Cerita sebelumnya baca di SINI ya)
Saat telepon mulai banyak terpasang di rumah-rumah, saya juga sempat memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan sahabat pena. Berlanjut saat ponsel mulai populer, kami bertukar nomor walaupun masih nebeng ponsel orang tua. Hehe..
Zaman terus berganti dan teknologi terus berkembang. Sari (Binjai), misalnya, adalah seorang sahabat pena yang tetap bertahan melalui berbagai perkembangan tersebut. Dari mulai surat, pesan pendek, sampai jejaring sosial Facebook, kami masih terhubung. Dan akhirnya September lalu kami bertemu ketika saya backpacking ke Sumatera. Sari mengajak saya untuk menginap di rumahnya. Selain itu, Sari juga menemani saya jalan-jalan ke Berastagi dan sekitar Medan di tengah kesibukannya berkuliah S2 di USU. How sweet!
Dengan Rahma (Jogja), saya pernah bertemu sekali saat awal saya masuk kuliah. Saat itu Rahma baru selesai kuliah dan akan bekerja di Jakarta. Kami masih saling berkirim pesan pendek sampai saya kehilangan ponsel dan semua nomor yang tersimpan di dalamnya.
Di era Facebook, saya mencari sahabat pena yang sempat menghilang. Cherika (Bandung) adalah salah satu yang berhasil saya ‘temukan’. Senang sekali rasanya. Waktu itu kami saling menyapa lagi melalui ‘message’ sekadar mengonfirmasi bahwa kami masih mengingat satu sama lain dan menanyakan kabar. Kami tak terlalu sering berinteraksi, namun saya cukup mengikuti kisah Cherika lewat foto-fotonya. Saya tahu bahwa Cherika pernah mengikuti pertukaran pelajar ke Australia, juga tahu saat Cherika memulai bisnis di bidang fashion berbahan batik. Ia juga sekaligus sebagai perancang busananya lho. Hebat!
Alhamdulillah akhirnya Senin lalu saya dan Cherika berkesempatan bertemu. Dimulai dari obrolan lewat pesan pendek dan Whatsapp, saya dikabari bahwa Cherika sekarang bekerja di Jakarta.
“Eh kamu kemana pulang kantor? Kalo ga ada kerjaan bermainlah.. hehe.. Aku ngajak orang main wae nya.” Kata Cherika pagi itu. *Sunda-nya keluar ya* 😀
Karena malam itu saya tak ada acara, jadilah kami bertemu dan makan malam bersama di Plaza Senayan. Ya ampuuun… Kalau ketemu sahabat pena itu rasanya selalu sensasional deh (bingung cari kata yang tepat). Dulu banget, lebih dari sepuluh tahun yang lalu, tak terbayang bisa bertemu dan ngobrol langsung. Seneng lah pokoknya.
Berapa tahun ya semenjak surat terakhir kami? Saya tak ingat pasti. Pada pertemuan kemarin, kami bertukar cerita mengenai banyak hal. Waah..di balik foto-fotonya selama di Australia yang saya intip lewat Facebook, ternyata banyak hal yang baru saya tahu. Kalau diberi judul mungkin ‘Cherika Under Cover’ hehe..

Kesamaan kami, kami suka bertualang. Cherika penasaran tentang cerita saya sewaktu setahun mengajar di Pulau Bawean. Sementara saya juga begitu menikmati perjalanan Cherika yang selama di Australia punya pengalaman bekerja di berbagai tempat. Dari mulai jadi frontliner sampai intern di pusat riset (dan tulisannya dipublikasikan!). Cherika dengan wajah Asia-nya juga pernah melewati hari-hari dengan perlakuan rasis dari sebagian orang di sekitarnya. Di tempat yang berbeda, kami berusaha menjadi seseorang yang kuat, tahan banting, serta terus belajar.
Saya percaya, sahabat-sahabat pena yang lain pun, yang tak terdengar lagi kabarnya, sedang berusaha di tempatnya masing-masing. Mengambil peran dalam skenario kehidupan masing-masing. Semoga mereka semua senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Love you all, my penpals.. Terima kasih pernah menjadi bagian dalam kisah hidup saya. That’s more than wonderful! :’)
Woooh..jadi sama Si Niken belum dapat kabar yah? Hmm, kalau aku sih ketemunya di facebook. Sama dengan beberapa sahabat penamu dalam cerita di atas. Tapi sayangnya sampai sekarang belum ketemu langsung. Semoga suatu hari nanti bisa ketemu.. 😀
LikeLike
Amin..
Hehe.. kalau kita sahabat apa ya cit? Sahabat blog? 😀
LikeLike
yaah, ini mah kecepetan kakagh *protes mulu* :p
gak ada deg-deg annya nunggu cerita selanjutnya heheheheh,
*jitak*
tapiii teteplah keren 🙂
LikeLike
Sebenernya kemaren pagi emang tulisannya udah hampir selesai, kurang satu atau dua paragraf lagi tapi aku buru2 pengen posting. Jadi aku bagi dua bagian. Hahaha…
LikeLike
oh, begitu 😀
LikeLike
saya juga dulu pernah punya sahabat pena dari SMP, dan baru ketemu setelah kuliah semester 4. sampai sekarang pun saya tetap saling komunikasi dg dia 🙂 kadang kangen juga bisa kirim-kirim surat, menikmati deg-degan ngebuka surat balasan dan mengoleksi perangkonya…
LikeLike
ada endah 😀
LikeLike
eh, ada mbak dian… hehe 🙂
LikeLike
Seneng banget ya pas ketemu. 😀
LikeLike
iya mbak, seneng banget ^_^
LikeLike
nah sahabat penaku hilang kebanyak.. ga tahu pindah kemana, udah di lacak di fesbuk blom nemu.. baru ketemu yang di mexico dan panama.. udah kopdar loh di singapur dan bali.. senang banget.. 30 tahun boh baru bisa ketemu..
LikeLike
30 tahun? Waaah… Tapi akhirnya ada yang ketemu juga ya. 🙂
LikeLike
tiap orang punya kisah masing2 cha, beruntung kita bisa belajar dari kisah2 mereka 🙂 like your story too
LikeLike
Thanks Priyo.. 🙂
LikeLike
Kartu pos Sawahluntonya cakep!! *salah fokus* *harap dimaklumi, postcrosser kalo liat kartu pos matanya langsung ijo* :p
LikeLike
Ari, kayaknya aku masih ada deh kartu pos ini. Nanti aku kirim yaa.. 😉
LikeLike
Serius?! Waaahhh.. Makasih ya *senyum lebar lima jari*
LikeLike