Saya pertama kali berkenalan dengan kawan-kawan Akademi Berbagi Bekasi (AkberBKS) pada Agustus 2012 lalu, bertepatan dengan bulan Ramadhan. Saat itu, saya dan beberapa teman yang akan mengadakan baksos di Sanggar Anak Matahari (SAM) Bekasi bergabung dengan AkberBKS karena waktu tidak memungkinkan kegiatan kami diadakan di hari yang berlainan. Kebetulan, salah seorang relawannya, Evi, sudah kami kenal sebelumnya karena ia juga merupakan relawan di Indonesia Menyala. Pada kegiatan di SAM itu, saya juga bertemu sang ‘kepala sekolah’ yaitu Mbak Icus yang ternyata adalah senior saya semasa kuliah. Hehe.. What a small world.
Nah, #AkberBKS11 yang diadakan 15 Desember lalu mengambil tema ‘Travel Writing’. Wah saya langsung semangat untuk menimba ilmu dalam kelas tersebut. Mbak Ika Wulandari, penulis buku Lost in Korea, Lost in Japan, dan Lost in Raja Ampat berbagi pengalaman dan tips-tips seputar dunia travel writing.
Setiap penulis punya lika-liku yang unik sampai bukunya diterbitkan. Demikian pula dengan Mbak Ika. Biasanya penulis harus menyerahkan draft tulisan terlebih dahulu untuk dibaca calon penerbit. Namun kala itu yang diberikan oleh Mbak Ika adalah sebuah proposal. Karena didahului oleh riset yang serius, proposal itu begitu meyakinkan calon penebit dan akhirnya diterima. Sampai akhirnya diterima pun melewati proses yang cukup panjang sampai Mbak Ika harus menunggu beberapa saat karena sang editor tak juga menghubunginya. Ternyata eh ternyata, editor tersebut sudah tak lagi bekerja di sana dan Mbak Ika harus melacaknya hehehe..
Menurut Mbak Ika, ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang penulis perjalanan alias travel writer, yaitu:
- Menangkap peristiwa unik dalam perjalanan
Bisa saja ada banyak orang yang pernah mangunjungi suatu tempat, namun ceritanya bisa jadi berbeda. Mengapa? Karena ada pengalaman pribadi, kontemplasi, dan kejadian-kejadian tak terduga. Misalnya sampai di suatu kota sudah terlalu malam dan tak menemukan penginapan. Kemudian tanpa diduga ada seorang ibu yang menawarkan menginap di rumahnya.
Saya pernah ditipu supir tuktuk saat berjalan-jalan di Bangkok. Alih-alih menceritakan tempat-tempat wisata di Bangkok, saya justru menuliskan pengalaman tertipu tersebut. Hal ini supaya orang-orang tidak mengalami hal yang sama.
2. Kemampuan menulis
Terus menulis agar menemukan gaya kita masing-masing.
3. Menangkap momen dengan kamera
Tidak bisa dipungkiri kalau membaca suatu tulisan perjalanan tanpa foto, rasanya ada yang kurang. Nah jika teman-teman berniat mengirimkan tulisan perjalanan, mulailah untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar saat kita jalan-jalan. Tak melulu foto diri dan narsis sana-sini. Coba tengok gedung-gedung di sekitar, atraksi, makanan khas, dan hal menarik lainnya.
Walaupun belum begitu pandai dalam teknik memotret, saya rasa soal komposisi dan angle bisa dipelajari dari pengalaman memotret yang terus-menerus. Kamera saku juga sangat bisa dioptimalkan lho. Jadi jangan bosan untuk mengeksplor fitur-fitur di kamera ya.
Selain ketiga kemampuan dasar tersebut, ada beberapa hal penting yang harus dipegang oleh seorang travel writer:
- Manajemen waktu dan perencanaan. Perencanaan menulis bisa berdasarkan pengalaman ataupun riset.
- Konsisten. Kalau gaya tulisan kita berubah-ubah, pembaca akan bingung. Misalnya di satu tulisan bercerita dengan sebutan ‘gue elo’, di tulisan lainnya ‘saya-anda’, atau bahkan mencampurkan keduanya dalam satu tulisan. Jenis tulisan yang konsisten juga bisa membuat kita dikenal orang. Misalnya ada travel writer yang khusus mereview hotel dan penginapan, ada juga yang konsisten di kuliner.
- Baca! Harus rajin baca supaya pengetahuan bertambah. Selain itu, kita juga bisa mengenal ciri khas para penulis lain.
- Kreatif
- Business focus. Misalnya kita sudah berhasil menerbitkan buku, aktiflah publikasi dan memperluas jejaring.
- Inovasi
- Kepercayaan (patuh terhadap deadline, menjaga hubungan baik dengan editor, dll)
Setelah Mbak Ika berbagi lewat presentasi, para peserta AkberBKS aktif mengutarakan pertanyaan. Ada yang bertanya mengenai menemukan keunikan dalam tulisan, tentang penerbitan indie, dan lainnya. Dalam hal memilih penerbit, mungkin setiap penulis punya pilihan yang berbeda. Saran dari Mbak Ika, jika kita merupakan penulis baru, ada baiknya kita mencoba di penerbitan yang belum terlalu banyak menerbitkan karya-karya seputar traveling. Hal ini bertujuan agar persaingan internal di penerbit tersebut tidak sekompetitif di penerbit yang sudah banyak menelurkan buku traveling.
Kegiatan #AkberBKS11 ini juga diselingi oleh kuis. Saya menjadi salah satu yang sukarela mengajukan diri untuk turut serta. Saya pikir akan diberi pertanyaan, eh ternyata para sukarelawan itu ramai-ramai disuruh Gangnam Style. OMG. Apakah karena salah satu buku Mbak Ika adalah traveling ke Korea? Hehe…
Setelah jeda beberapa menit untuk menikmati minum dan camilan, para peserta diberi waktu selama 15 menit untuk praktek menulis kisah perjalanan. Saya terpikir untuk menuliskan pengalaman saya yang hampir diculik supir tuktuk di suatu malam di Sieam Reap, Kamboja. Ternyata tulisan itu terpilih sebagai tulisan terbaik. Hmm..sekarang duduk manis saja deh menanti hadiahnya tiba. 😉
Terima kasih AkberBKS dan Mbak Ika! 🙂
Makasih udah berbagi tips-nya. Berguna sekali.. 😀
LikeLike
Sama2, Ari! 🙂
LikeLike