Asia, Traveling

Mabuk Ginseng di Ginseng Festival

Salah satu ‘hobi’ Departemen Pariwisata Korea adalah membuat festival. Segala potensi yang mereka punya dioptimalkan dan kadang hal yang sepertinya tidak terlalu penting pun bisa jadi menarik. Kali ini saya dan beberapa teman ASEAN dan Korea jalan-jalan (dan sebagian benar-benar berniat belanja) ke Geumsan Ginseng Festival (금산 인삼 축제) di Geumsan yang dapat ditempuh sekitar satu jam dari Daejeon atau dua setengah jam dari Seoul.

Ginseng merupakan salah satu ciri khas Korea. Tapi berhubung saya bukan penggemar ginseng, pada awalnya saya enggan untuk ikut ke festival ini. Yang ada di bayangan saya, di festival ini semuanya berbau ginseng dan saya hanya lelah berputar-putar di festival tanpa ada niat untuk membeli apapun. Karena peer pressure alias dorongan teman-teman, saya akhirnya ikut juga dan 100% tidak menyesal! Mau tahu kenapa?

Kreativitas Memang Penting!

Samulnori

Ternyata festival ginseng isinya bukan hanya tempat berjualan ginseng. Departemen Pariwisata Korea cukup mengerti bagaimana cara menyajikan hal biasa menjadi lebih menarik dan membuat orang-orang mengunjungi festival tersebut. Ada sajian lain dari mulai samulnori (tarian dan musik khas Korea), berbagai macam permainan, dan penampilan seni yang diadakan di panggung utama setiap malamnya. Benar-benar tak bakal membuat bosan!

Festival semacam ini tentu bukan saja soal pariwisata, tapi turut membantu mengembangkan dunia industri lokal. Ginseng yang rasanya nggak enak-enak banget tapi punya banyak khasiat itu diolah menjadi berbagai macam produk, dari permen, gorengan, biskuit, obat, sabun, produk kecantikan, dan masih banyak lagi.

Hmm…kalo di Indonesia enaknya kita bikin festival apa ya? Mungkin festival asinan di Bogor, festival dodol di Garut, festival gudeg di Jogja (karena Korea juga punya Kimchi Festival!), festival kuliner sunda di Bandung, festival apel di Malang, dan…pasti masih banyak lagi! Ayo…siapa mau kasih ide untuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia? Hehehe…

Selebriti

Jilbab memang suatu hal yang cukup eye-catching di Korea, sampai-sampai teman saya, Len (Vietnam), berkata, “Cha, kapan-kapan kalau ke festival lagi saya pakai jilbab aja ya, biar didekati banyak fotografer dan wartawan seperti kamu.” Begitulah…karena dia jalan-jalan bersama saya dan Nana (mahasiswa Indonesia) yang memakai jilbab, ia pun ikut kecipratan menjadi ‘selebriti’ di Ginseng Festival. Seperti yang pernah terjadi di Mud Festival, Buryeong, tadi pun kami dikerubuti, diikuti, dan difoto-foto oleh para wartawan. Malah salah seorang fotografer (yang katanya dari Departemen Pariwisata Korea) rela membayari kami untuk belajar membuat ginseng bottle. Ginseng bottle adalah akar ginseng yang dilarutkan di dalam alkohol dan didiamkan beberapa minggu untuk kemudian dikonsumsi. Konon ginseng ini baik untuk kesehatan.

making ginseng bottle

Setelah kami setuju untuk membuat ginseng bottle, tanpa disangka fotografer tadi mengontak para fotografer lainnya sehingga kami semua benar-benar menjadi sasaran kamera. Sebenarnya, ginseng bottle hasil karya kami seharusnya dijadikan display di stand itu. Akan tetapi Su-ho, teman Korea kami, memohon kepada sang fotografer agar ginseng bottle itu bisa kami bawa pulang. Ia dan pemilik display akhirnya mengabulkan permintaan Su-ho. Jadilah Su-ho juga membawa dua ginseng bottle yang teramat berat itu sampai kami pulang. Terima kasih, Su-ho!

Oh ya, di Ginseng Festival, ternyata pamor kami belum berhenti sampai di situ. Kami juga diwawancarai oleh wartawan dari Arirang TV. Kami pun bergantian memberikan terstimoni mengenai festival itu. Testimoni dari kami tak sekadar “lips service”, tetapi memang jujur dari hati terdalam, kami sangat terkesan dengan festival tersebut. Dari pertama kali menginjakkan kaki di terminal Geumsan saja, kami sudah disambut oleh beberapa ajumma (panggilan untuk ibu-ibu dalam Bahasa Korea) yang super ramah di tourist information.

Sebenarnya, wartawan Arirang TV tersebut juga menawarkan saya atau Nana untuk ber-massage ria. Tak usah memikirkan berapa harganya, karena dia yang akan membayar semuanya. Tapi berhubung massage-nya di di tempat terbuka, kami tidak bersedia. Kesempatan itu kami alihkan kepada Len yang langsung disambut oleh anggukan setuju. Senangnya dapat massage gratis, padahal seharusnya membayar 40.000 won atau 400.000 rupiah.

Mabuk Ginseng

Ki: Sabun ginseng Dae Jang-geum, Ka: gorengan ginseng (enyak!)

Sebelum masuk ke pintu utama, sudah ada stand yang menyajikan minuman gratis. Yah namanya juga gratis, kami pun langsung mencobanya, hehe… Ternyata itu adalah minuman ginseng yang rasanya pahit. Tapi berhubung katanya ginseng baik untuk kesehatan, kami pun menghabiskannya dalam sekejap. Di dalam festival, lebih banyak lagi bermacam makanan dan minuman yang diolah dari ginseng. Kebanyakan penjual memberikan sample untuk pengunjung, jadi saya dan teman-teman mencicipi makanan ini-itu. Walaupun awalnya saya tak berniat belanja, karena ada coklat ginseng yang rasanya enak, saya pun membelinya. Dengan membayar 10.000 won (Rp100.000), kami mendapat empat bungkus cokelat. Setelah itu, saya melihat ada sabun yang bungkusnya bergambar Dae Jang-geum (tokoh sejarah Dinasti Joeson yang diangkat dalam salah satu drama Korea berjudul sama). Hmm..unik juga… Akhirnya berbelanja lagi sebagai oleh-oleh. Siapa tahu setelah mandi pakai sabun itu bisa jadi mirip Dae Jang-geum atau pintar memasak seperti Dae Jang-geum. :p

Seharian itu, kami benar-benar mabuk ginseng! Apa-apa pasti ada ginsengnya. Karena begitu banyak makanan yang mengandung ginseng, ketika kami makan yang lain pun (yang tidak mengandung ginseng) rasanya tetap ginseng. Rasanya saya pun sudah tak bisa lagi mencium bau yang lain selain bau ginseng. Semuanya aroma ginseng! Sampai sudah pulang dari festival pun, bau ginseng tetap menghantui. Dari terminal bus ke asrama, kami pulang naik taksi dan semua belanjaan ditaruh di bagasi. Ketika sampai di asrama, membuka bagasi dan…aroma ginseng menyeruak. Sudah…cukup! Saya sudah mabuk ginseng hari ini!

*Catatan: Geumsan Ginseng Festival diadakan setiap tahun, biasanya awal September

Leave a comment