Asia, Traveling

[AseanTrip-21] Lorong-Lorong Gelap Cu Chi Tunnel

[13 Oktober 2010]

Saya berjalan menyusuri lorong gelap, lebarnya satu setengah kali lebar tubuh saya, sedangkan tingginya tak cukup untuk berdiri, maka siapapun yang masuk harus berjalan sambil jongkok. Udara di dalamnya tentu sangat pengap, cahaya pun nyaris tak ada. Keadaan tersebut membuat beberapa wisatawan yang sudah masuk mengurungkan niat dan naik meninggalkan terowongan tersebut untuk menghirup kembali udara segar.

Itulah kondisi di Cu Chi Tunnel, sebuah area yang di bawah tanahnya terhubung lorong-lorong sempit dan gelap tempat tentara Vietnam (lebih lanjut baca: Việt cộng) berlindung dari serangan bom dan bertahan melawan Amerika Serikat (AS) pada perang Vietnam (1959 – 1975). Pada masa itu, terowongan dibuat dengan ukuran yang sangat sempit, tentu lebih sempit daripada terowongan yang sekarang dibuka untuk wisatawan.

Di dalam terowongan, para tentara Vietnam harus bergelut dengan udara pengap, serangga beracun, kekurangan makanan dan air, serta kesulitan lainnya. Di malam hari, mereka keluar untuk mencari persediaan makanan. Namun, saat kondisi bahaya dan serangan datang bertubi-tubi dari tentara AS, seringkali mereka terpaksa harus bertahan lebih lama di bawah tanah.

Berjalan di area Cu Chi Tunnel

Perjalanan saya dan Pupu ke Cu Chi Tunnel ini menggunakan jasa biro perjalanan. Awalnya, saya sempat googling bagaimana caranya menuju distrik Cu Chi dari pusat kota Ho Chi Minh City (HCMC) yang berjarak sekitar 40 km itu. Saya pun sempat bertanya kepada Ngan, teman Vietnam saya yang ada di HCMC. Namun menurutnya agak repot kalau pergi sendiri karena jalan menuju ke Cu Chi Tunnel tidak dilalui angkutan umum. Jadi, saya dan Pupu memutuskan menggunakan jasa biro perjalanan. Di area backpacker yaitu di Bui Vien dan Pham Ngu Lao (Distrik 1), biro perjalanan mudah ditemukan, biasanya di setiap hostel pun kita dapat menemukan brosurnya.

Paket perjalanan ke Cu Chi Tunnel tidak mahal kok, kami mendapatkan paket seharga 5 USD saja. Biaya itu untuk transportasi dan guide, sedangkan untuk tiket masuk ke Cu Chi Tunnel kami harus membayar lagi 80.000 VND (kira-kira kalau dirupiahkan jadi Rp40.000). Kami beruntung kala itu ditemani tour guide yang menyenangkan. Saya lupa nama Vietnam-nya, namun ia bilang biasa dipanggil ‘Skinny’ karena tubuhnya yang kurus. 😀

Kawasan Cu Chi Tunnel sebenarnya adalah area hutan. Sebagian besar terowongan masih asli namun beberapa dibuat lebih lebar agar wisatawan bisa masuk untuk merasakan sensasinya. Skinny menunjukkan kepada kami salah satu lubang terowongan yang masih asli. Kami bingung dimana lubangnya, karena semuanya adalah rumput. Terapi kemudian ada rumput berukuran persegi yang merupakan kamuflase dan bisa dibuka. Karena berukuran sangat kecil, untuk masuk ke dalamnya tubuh kita harus dalam posisi lurus (tidak ditekuk) dan kedua tangan diangkat keatas. Blusss.. Seorang petugas dari Cu Chi Tunnel ke dalamnya. Para wisatawan terpana. Skinny kemudian menawarkan jika di antara kami ada yang ingin mencoba. Ragu-ragu saya mengangkat tangan. Selain saya, masih ada beberapa orang lainnya yang mencoba. Ada pula seorang pria bule yang hendak masuk namun sayangnya tidak muat.

Sepanjang memberikan penjelasan, terdengar nada kebanggaan dari Skinny tentang perjuangan orang Vietnam melawan Amerika. Yaa..saya juga membayangkan betapa cerdiknya para pejuang Vietnam membuat jalur terowongan yang saling terhubung satu sama lain. Belum lagi penderitaan mereka bertahan hidup di bawah tanah. Jadi terbayang jasa para pahlawan Indonesia juga pasti tak kalah hebat walau tak membuat terowongan secanggih Cu Chi.

Selain pengalaman dengan terowongan, kami juga disuguhkan film dokumenter perjuangan Viet Cong di Cu Chi saat terjadi Perang Vietnam. Film hitam-putih buram itu dinarasikan dengan Bahasa Inggris. Usai menonton film, kami berjalan kaki lagi menyusuri hutan. Ada jebakan paku dan benda tajam lainnya di antara rerumputan (untuk melukai dan membubuh musuh), ada pula replika tentara Viet Cong yang sedang melakukan berbagai kegiatan. Sebagian sedang mengasah senjata, ada yang sedang minum, dan yang unik ada tentara wanita sedang menyisir sambil duduk di ayunan kain. Kata Skinny, wanita itu tentu ingin merapikan rambutnya yang lepek dan kotor setelah beberapa waktu berada di dalam terowongan. Hehe..

dari ki-atas (searah jarum jam): peralatan sederhana untuk membuat terowongan; pejuang Vietnam sedang beristirahat; pejuang Vietnam membuat senjata

Sebelum tur berakhir, kami ke bagian souvenir dan area latihan tembak. Di area ini wisatawan dipersilakan mencoba menembak dengan senapan yang sudah disediakan pihak Cu Chi Tunnel. Tentu untuk mencobanya, wisatawan harus membeli peluru terlebih dahulu yang harganya tidak bisa dibilang murah. Saya dan Pupu tidak tahan berada di situ karena suara senapan begitu memekakkan telinga.

Tur Cu Chi Tunnel diakhiri dengan duduk-duduk minum teh dan menikmati penganan tradisional Vietnam. Sambil duduk, kami mengobrol dan menceritakan pengalaman dan pendapat masing-masing tentang tur yang baru saja kami lakukan. Para bule banyak yang salut dan berpikir kalau mereka harus membuat terowongan pasti lebih repot karena ukurannya harus lebih besar. Hehe..

Buat saya sendiri, Cu Chi Tunnel adalah bukti sejarah tentang ketekunan, keberanian, dan pengorbanan.

4 thoughts on “[AseanTrip-21] Lorong-Lorong Gelap Cu Chi Tunnel”

  1. ini pesen tur cu chi tunnel & my tho nya langsung di tempat ya mbak?
    klo boleh tau nama agent tur dan alamatnya dimana yah?
    trims

    Like

    1. Bisa pesan setidaknya sehari sebelum keberangkatan. Kalau menginap di daerah Bui Vien dan Pham Ngu Lao, biasanya di setiap hostel terdapat brosurnya. Atau bisa tanya petugas hostel. Kantor penyedia tur terdapat di sekitar area hostel juga kok. 🙂

      Like

Leave a reply to maisyafarhati Cancel reply