Other Stories

Apa Kabar Selama Pandemi?

Sempat galau waktu cuti melahirkan mau selesai beberapa bulan lalu. Rencana sebelumnya, K akan dititipkan di day care dekat kantor selama saya bekerja. Tapi dengan kondisi pandemi, tentu daycare langsung dicoret dari rencana (kebanyakan daycare tutup, tapi ada juga beberapa yang sudah kembali buka). Saya dan suami juga belum mantap untuk punya asisten rumah tangga (ART) di rumah, jadi ya semua dikerjakan berdua.

2018 & 2020 – berfoto di pinggir sawah yang sama dekat rumah

Alhamdulillah.. kabar baik datang pada akhir Juni lalu. Meskipun kantor saya sudah mulai menerapkan bekerja di kantor lagi dengan sistem shift, ibu hamil dan ibu yang punya anak kecil boleh tetap bekerja dari rumah. ❤ Jadilah selama empat bulanan ini, kegiatan di rumah aja makin heboh dengan saya dan suami yang work from home (WFH) sambil mengasuh bayi. Semoga bisa cerita tentang up and down WFH with baby di tulisan terpisah ya.

 

Bosankah di Rumah Aja?

Meskipun saya suka bersosialisasi, tapi sebetulnya saya juga orang yang sangat menikmati waktu sendirian atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat saja. Jadi, dengan di rumah aja, nggak ngafe sama teman, dll, sebetulnya nggak terlalu bikin stres (tapi kalau persoalan dan tantangan remote working, itu hal lain ya. hehe..). Saya dan suami juga bukan orang yang suka jalan atau nongkrong di mal, jadi nggak ada istilah ‘kangen ngemal’. 😀

Tapi, yaa lama-lama bosan juga di rumah. Selain tentunya rindu keluarga dan teman-teman, kami juga rindu bergerak. Semenjak mengurus bayi, lari dan bersepeda udah jarang. Kami juga rindu dunia luar, jalan-jalan dan beraktivitas outdoor, juga menikmati udara segar. Akhirnya setelah jadwal harian bayi (dan jadwal tidur ortunya) sudah lumayan teratur, kami rutin jalan pagi di sekitar rumah setiap akhir pekan (bayinya digendong atau di stroller). Pagi-pagi biasanya masih sepi dan nggak berpapasan dengan banyak orang. Hal ini sangat refreshing buat kami. Apalagi saya, rasanya badan ini butuh banyak gerak setelah melahirkan. Pernah juga curi-curi waktu untuk bersepeda sendiri pas bayi belum bangun. Ya ampun.. ini mood booster banget sih. Tapi, sekarang si bayi bangunnya subuh, jadi belum kesampaian lagi deh buat bersepeda.

Catatan, jalan pagi atau sepedaan tetap pakai masker, kalau pas sepi bisa dibuka sejenak.

 

Tapi orang-orang udah pada jalan-jalan ke sana ke mari…

Iya, iya.. berseliweran foto atau video teman-teman atau sanak saudara yang sudah beraktivitas di luar (selain bekerja dan hal esensial lainnya), terus kok kelihatannya aman-aman aja ya? Terus nggak pengin juga?

Suatu hari di bulan Agustus lalu, saking pengin banget ke luar rumah, kami kepikiran kira-kira tempat outdoor kayak hutan pinus gitu sepi nggak ya? Kalaupun ada orang, kayaknya tetap bisa berjarak dengan aman ya. Terus sebelum ke hutan pinus, mampir dulu ke Bumi Langit bisa kali ya. Pertimbangan kami, selain pengin menihmati masakannya, restonya di joglo terbuka, jadi lebih aman.

Makan siang di Bumi Langit

Di sekitar Geblek Pari, Nanggulan

Kami pun memberanikan diri ke sana dengan harapan restonya sepi. Ternyata, ada juga pengunjung lain (yang mungkin berpikiran seperti kami, hehe…). Karena tidak terlalu ramai, jarak masih bisa diatur sendiri sih, walau tidak diatur oleh pihak restonya. Namun, yang namanya berada di luar rumah, kontak dengan orang lain, tetap memberikan efek deg-degan. Setelah sekian lama nggak makan di luar, baru kali itu makan di luar lagi dan rasanya nggak tenang. Rasanya pengin cuci tangan terus. Selain itu, selalu khawatir dengan barang-barang yang habis dipegang orang lain. Terus, ini meja dan kursi kan habis diduduki orang lain yaa.. Haduuh.. dan masih banyak pikiran lainnya.

Terus jadi ke hutan pinusnya nggak? NGGAK JADI. Karena ternyata, di luar dugaan, lumayan banyak pengunjung. Hal ini terlihat dari mobil-mobil yang terparkir di area sekitarnya. Kami pun langsung menuju rumah dan cukup puas dengan melihat pemandangan luar dari dalam mobil.

Di lain waktu, setelah menemani suami yang ada urusan di Wates, kami penasaran mampir ke Geblek Pari di Nanggulan, Kulonprogo. Ini adalah resto terbuka di pinggiran sawah yang menyajikan masakan rumahan ala Jawa. Kami memang tidak punya ekspektasi akan makan di sana, tapi setidaknya mau jalan-jalan di pinggir sawahnya. Untuk makanannya, take away aja lah, pikir kami. Namun ternyata kebijakan restonya tidak bisa bungkus makanan kecuali membawa tempat makan sendiri (sedangkan kami tidak persiapan membawa tempat makan karena memang ide ke sana spontan saja). Akhirnya kami makan di mobil saja. Selain itu, surprisingly, restonya cukup ramai dan parkiran penuh. Wow.. Seperti hari biasa sebelum covid-19 rasanya.

 

Bijaksana dan empati: jaga diri sendiri (dan orang lain)

Di halaman Bumi Langit

Setelah berbulan-bulan melewati pandemi di Indonesia tanpa kebijakan pemerintah yang tegas, pada akhirnya, yang bisa kita andalkan adalah diri kita sendiri. Sejauh mana kita bisa menjaga diri dan orang-orang di sekitar kita.

Saat ini, setelah beberapa daerah menerapkan PSBB dan kemudian melonggarkan lagi, mobilitas dan berbagai kegiatan banyak yang sudah kembali normal. Jika terpaksa harus keluar rumah untuk bekerja dan hal esensial lainnya (seperti belanja bulanan dan vaksinasi anak, misalnya), usahakan tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan (yess.. supaya ini nggak sekadar jargon). Kalaupun ada yang keluar rumah untuk hal-hal yang tidak esensial, pilihan akhirnya ada pada diri masing-masing dan semoga kita paham konsekuensi dan risikonya. Yang pasti, ini adalah masa ketika kebijaksanaan dan empati kita benar-benar diuji.

Sering kepikiran, ‘penderitaan’ kita mungkin hanya merasa bosan di rumah saja, sementara banyak kemewahan yang kita dapatkan: bisa bekerja dari rumah dan tetap berkumpul dengan keluarga. Sementara tenaga medis bekerja susah payah dengan pasien covid-19 yang semakin bertambah, sampai sebagian dari mereka terpaksa harus menjaga jarak dengan keluarga tercinta.

Untuk semuanya, semoga sehat selalu ya!
I really mean it.

2 thoughts on “Apa Kabar Selama Pandemi?”

  1. Ya memang musti ditahan-tahanin ya, mbak Maisya. Walaupun rasanya memang bosennn banget di rumah. Masih belum seberapa dibanding yang musti di jalanan karena kalau nggak tidak bisa makan.

    Liked by 1 person

Leave a comment