Other Stories

Ramadhan di Rantau: Berkenalan dengan Malta

WhatsApp Image 2018-06-02 at 4.02.22 PM (1)
Putri di Malta (foto: dok. pribadi)

Pernah mendengar sebuah negara bernama Malta? Kalau diintip di peta, negara kepulauan ini berada di selatan Italia, di tengah Laut Mediterania. Dengan populasi sekitar 400.000 orang, Malta merupakan salah satu negara terkecil dengan penduduk terpadat. Negara ini terdiri dari tiga pulau, yaitu Malta, Gozo, dan Comino. Sewaktu saya masih di Belanda, cukup sering ‘berseliweran’ tiket pesawat ke Malta saat sedang browsing tiket. Sayangnya, kala itu belum ada rezeki untuk mengunjungi negara tersebut.

Nah, tahun lalu, salah seorang teman saya, Putri, mendapatkan beasiswa studi Master yang salah satu universitas tujuannya ada di Malta. Waaah.. setidaknya rasa penasaran terhadap Malta bisa sedikit terobati. Bangunan kuno abad pertengahan dan pantai-pantai yang indah menjadi pemandangan yang saya nikmati lewat foto-foto di akun Instagram Putri. Hehe…

peta malta
Malta berada di selatan Italia, di tengah Laut Mediterania.

Jika kita sedang di Eropa, Malta bisa jadi tempat ‘pelarian’ dari negara-negara Eropa lain di utara yang lebih dingin. Tak mengherankan, dengan pantai-pantai cantik dan udara yang relatif lebih hangat, Malta sering menjadi tujuan wisata. Oh ya, para penggemar serial Game of Thrones mungkin sudah tahu bahwa Malta merupakan salah satu lokasi pengambilan gambar untuk serial tersebut. 😀

Di balik keindahan Malta, masih banyak tanda tanya tersimpan untuk negara yang satu ini. Seperti apa negaranya? Bagaimana kehidupan di sana? Apakah mudah mencari tempat ibadah dan makanan halal? Kebetulan studi Putri di Malta semester ini juga bertepatan dengan Ramadhan. Untuk mengetahui pengalaman Putri menjalankan ibadah Ramadhan di sana, saya berbincang-bincang dengannya beberapa waktu lalu.

 

Assalamu’alaikum, Put. Apa kabar?

Alhamdulillah, Cha, sehat-sehat.

Ceritain dong gimana ceritanya bisa sampai di Malta.

Jadi, gue sekolah di jurusan International Master in Adult Education for Social Change yang merupakan joint-degree programme dari tiga universitas yaitu University of Glasgow (Inggris), University of Malta (Malta), dan University of Tallin (Estonia). Gue bersekolah dengan beasiswa Erasmus Plus.

Malta adalah negara kedua yang jadi tujuan pada program ini ya berarti.

Iya Cha, ini negara tujuan kedua.

Sebelum kuliah dengan program Erasmus ini apakah sudah familier dengan Malta?

Sebelum daftar ke program ini, I have noooo idea about Malta hahaha… Nggak pernah denger sama sekali.

Tapi mungkin pernah cari-cari informasi ya tentang Malta. Terus gimana antara ekspektasi dan realita di sana?

Iya, setelah diterima di program ini baru deh gue browsing, baru tahu ternyata Malta kecil banget, cuma setengahnya luas Jakarta. Dan Malta tahun ini adalah Ibu Kota Kebudayaan Uni Eropa. Nah, Malta adalah negara Eropa kedua yang gue kunjungin setelah Inggris. Sebelum tiba, di kepala gue, negara Eropa itu sebesar dan semodern Inggris, Prancis, dan Jerman. Ternyata suasana dan dinamikanya beda jauh banget.

Gimana adaptasi yang dirasakan sewaktu pindah dari Inggris ke Malta?

Adaptasi pertama soal kondisi flat. Flat-flat di Malta itu disiapkan buat musim panas wilayah Mediterania yang super panas, yang konon pada bulan Agustus bisa mencapai suhu 50 derajat Celcius. Jadi, rumah-rumah di sini dibuat dan didesain sangat adem dan nggak ada mesin penghangat di dalam rumah. Masalahnya, gue dateng pas musim dingin, jadi dalam rumah tuh rasanya dingiiin banget. Bahkan ketika di luar rumah gue udah bisa jalan-jalan nggak pakai jaket karena ada matahari yang bikin hangat, di dalam rumah gue masih harus pakai jaket dan selimutan.

Lalu adaptasi kedua adalah soal transportasi. Di Inggris, sistem transportasinya rapi banget dan synchronise sama google map. Sementara di Malta cuma ada bus yang jadwal datangnya tak menentu seperti bus di terminal Kampung Rambutan. Tapi ya karena gue udah biasa di PHP-in Transjakarta dan KRL ya nggak terlalu susah lah adaptasinya. Hahaha…

Hahaa.. Buat warga Jakarta yang tough banget hidupnya, ini bisa dihandle lah yaa..

Iya. Keciiil…

Di flat tinggal sama mahasiswa dari mana aja?

Di Flat gue tinggal sama satu orang Kanada namanya Amelia dan dua orang Korea namanya Prum dan Yunah. Mereka semua temen sekelas gue.

Apa aja aktivitas di Malta, Put? Selain kuliah, mungkin ada aktivitas sosial atau yang lainnya.

Gue kuliah di University of Malta dan ada kelas online yang harus gue ambil dari University of Cyprus. Selain itu, gue juga magang di NGO lokal di Malta yang ngasih kelas bahasa Inggris dan bahasa Malta buat para pekerja migran dari Filipina, Serbia, dan Libya. Selain itu, tiap hari Jumat gue jadi relawan pembina Pramuka di Scout of Malta.

Kalau lagi nggak ada kelas dan tugas lagi nggak numpuk-numpuk amat, biasanya gue jalan-jalan ke tempat wisata yang surprisingly lumayan banyak buat negara sekecil malta. Mulai dari banyak pantai yang bagus-bagus, kuil-kuil prehistorik, gereja yang bagus-bagus, atau benteng-benteng tempat para ksatria di era abad pertengahan.

WhatsApp Image 2018-06-02 at 4.02.22 PM
Menikmati pemandangan di Malta (foto: dok. pribadi)

Kehidupan sebagai muslim di sana gimana?

Islam adalah agama yang paling banyak dianut kedua setelah Katolik. Komunitas Muslim di sini lumayan banyak (sekitar 20%) karena kalau dilihat dari sejarah sebenarnya kerajaan Islam pernah berkuasa saat kesultanan Ottoman menguasai Malta. Jadi selama ratusan tahun, umat Islam dan Katolik sudah hidup berdampingan dengan damai. Setelah adanya revolusi di Libya dan perang di Suriah, Malta juga jadi negara tujuan para pengungsi. Soal makanan, walau nggak sebanyak di Inggris, makanan halal cukup gampang ditemui, termasuk toko daging halal.

Kalau sehari-hari pas di kampus, adakah mushala atau silent room yang bisa dipakai untuk shalat?

Ada, Cha, di kampus disediain silent room*. Kadang di beberapa restoran juga ada, biasanya resto kebab.

*Di luar negeri di mana muslim bukan mayoritas, silent room lazim ditemukan di tempat umum. Ruangan ini bisa digunakan siapapun dengan agama apapun untuk beribadah, jadi bukan dikhususkan sebagai mushala.

Sejauh ini, gimana pengalaman puasa di Malta?

Menjelang puasa lumayan deg-degan sih, kuat nggak ya puasa sampai jam 8 malam saat matahari lagi terik-teriknya. Tapi memang niat itu power-nya gede banget, ngendaliin pikiran kita banget. Kalau biasanya tiap dua jam lapar, pas puasa ya selow aja. Haha… Kebetulan gue ke sekolah jalan kaki dan sekolah gue nanjak. Biasanya kalau ke sekolah gue bawa botol air minum penuh, sampai sekolah gue mesti isi ulang lagi sebelum masuk kelas, karena kalau habis nanjak gue biasanya haus banget haha.. Tapi alhamdulilaah pas puasa lancar aja, kebetulan nggak sering-sering ke kampus karena udah nggak ada kuliah juga.

Tips gue biar nggak cepet haus pas bulan puasa sih, biasanya gue nggak makan makanan yang dimasak pas sahur jadi gue cuma makan buah sama minum air putih yang banyak. Sok sehat ya gue hahaha… Tapi beneran sih.

Wah, pengalaman yang menarik banget, Put. Sama, pernah ngerasain juga deg-degan puasa dengan durasi hampir sama, dan alhamdulillaah Allah mudahkan.

Oh ya, di sana sering berinteraksi dengan sesama muslim atau mungkin ada kegiatan rutinnya?

Interaksi gue sama komunitas Muslim cuma sama imigran dari Libya. Di sini juga ada Komunitas Ahmadiyah. Mereka kebanyakan imigran dari Pakistan dan Bangladesh.

Kalau masjid, kebetulan di wilayah gue nggak ada. Biarpun banyak penganut Islam, tapi masjid di Malta cuma ada satu yang besar dan itu jauh banget. Selain itu, ada satu lagi tapi khusus laki-laki.

WhatsApp Image 2018-06-02 at 4.05.30 PM
Putri dan tim magang di FSM Malta, NGO yang memberikan kursus bahasa Inggris dan bahasa Malta untuk pekerja migran. (foto: dok. pribadi)
WhatsApp Image 2018-06-02 at 4.05.17 PM
Putri dan tim magang selepas mengadakan workshop (foto: dok. pribadi)

Gimana tanggapan teman satu flat terkait puasa Ramadhan?

Mereka banyak nanya soal kenapa harus puasa dan aturannya gimana. Lalu kami jadi diskusi gimana kalau puasa di tempat-tempat kayak utara Kanada yang ada empat bulan penuh siangnya, dan sebagainya. Umumnya, mereka antara excited, kagum, dan prihatin. Hahaha… (mungkin karena membayangkan puasa yang cukup lama).

Selama Ramadhan ini jam tidur, jam belajar, dan kegiatan sehari-hari lainnya, banyak berubah nggak? Kalau iya, gimana mengatasinya?

Secara umum nggak ada yang berubah sih, Cha, sama aja. Mungkin karena gue emang banyak di rumah juga buat ngerjain tugas. Kadang-kadang jadi dapat ‘bonus’ tidur siang. Haha…

Di sana Subuh dan Magrib selama Ramadhan ini sekitar jam berapa, Put?

Subuh jam 4.05 sekarang, Maghrib jam 20.15.

Oh, pantesan. Masih lumayan ‘normal’ ya jamnya.

Iya, nggak ‘separah’ di Eropa daratan.

Ada yang dikangenin dari Indonesia selama Ramadhan?

Aneka makanan takjil, hahaha… Tapi lebih kangen ngumpul sama keluarga, ngabuburit, buka rame-rame gitu. Tapi di sisi lain, kalau makannya sendirian gini gue lebih punya chance ngurangin berat badan, karena makannya cuma dikit dan cepet kenyang. Haha…

Bener juga! Kalau di rumah orang tua biasanya habis tarawih ada makanan lagi haha…

Kalau di rumah menunya banyak kan. Selain itu, di Indonesia kan makanan gampang didapat, bisa jajan juga.

Di sana ada sesama mahasiswa Indonesia yang bisa diajak bukber mungkin?

Nggak nemu satu orang Indonesia pun di sini, Cha. Tapi nanti gue bakal hosting buka puasa bareng sama beberapa temen sekelas. Ada anak Bangladesh yang puasa dan anak Jerman yang nyoba puasa, tapi nyobanya sebulan penuh hahaha…

Wah, niat sekali si anak Jerman itu ya! Seru nih.. Lo yang masak-masak semua?

Udah ada rencana tiga acara bukber sebenarnya. Yang pertama, gue tuan rumahnya, jadi gue bakal masak. Biasanya yang lain ikut bawa camilan atau buah. Selain itu, bakal bukber sama temen-temen deket dan kita potluck. Gue udah berencana masak kari tempe, hehe…

Hal yang disyukuri selama menjalankan Ramadhan di sana apa, Put?

Bersyukur gue sehat. Selain itu, bersyukur juga gue nggak di Glasgow yang puasanya 18 jam. Hehee.. Tapi di Malta rencananya hanya satu semester, gue insya Allah 7 Juni balik ke Glasgow.

Apa yang bakalan dikangenin dari Malta?

Gelato, Cha… Semua es krim di sini enaaak dan murah.

Malta kan cukup dikenal sebagai tempat wisata, Put. Ada tips nggak buat teman-teman muslim yang mungkin akan berkunjung ke Malta?

Berkunjunglah pada musim semi antara April-Mei pas cuacanya enak nggak, terlalu panas juga nggak terlalu dingin dan nggak berangin. Kalau makanan, di sini banyak banget kebab atau burger halal. Kalau tempat Ibadah rada susah, mending shalat di rumah (atau hotel) aja.

Makasih ya, Put, sudah berbagi cerita seputar Malta. Selamat menikmati masa terakhir di sana dan selamat bersiap mudik!

 

signature

7 thoughts on “Ramadhan di Rantau: Berkenalan dengan Malta”

    1. Huaaa maaf baru baca komennya. Iya, lebih lama dibandingkan di Indonesia, tapi relatif lebih pendek dibandingkan di Belanda dan negara-negara Eropa Utara. Hehe.

      Like

Leave a comment