[2 Oktober 2010]
Enam jam perjalanan kami tempuh dari Kuala Lumpur ke Penang, semuanya lewat jalan tol. Di kiri-kanan kami dipenuhi pemandangan yang hampir sama: perkebunan sawit. Memang tidak salah kalau Malaysia disebut-sebut sebagai salah satu penghasil kelapa sawit terbesar dunia (data menunjukkan, nomor satunya adalah Indonesia). Entah playlist di hp saya sudah berulang berapa kali, saya mulai bosan. Untungnya bus yang saya tumpangi sangat nyaman dengan seat 2-1 di setiap barisnya (harga tiket bus yang ditawarkan berbagai agen bus rata-rata RM 30-an).
Selama di perjalanan, saya juga ber-SMS dengan teman Malaysia saya bernama Kenneth, atau biasa dipanggil Ken. Saya sudah mengabarinya bahwa saya akan berkunjung ke Penang. Ia tinggal di sana dan kini bekerja di salah satu kantor akuntan publik terkemuka. Ia sibuk, tapi ia masih sempat mengirim SMS panjang berisi “how to get there”, yang dimaksud di sini adalah bagaimana menuju Hutton Lodge, sebuah budget hotel tempat saya dan Pupu akan menginap, dari terminal bus Sungai Nibong.
Penang adalah sebuah pulau yang terpisah dari daratan Malaysia bagian barat. Sebagian penduduk lokal menyebutnya Pulau Pinang. Tulisan serupa juga ditemukan di beberapa papan reklame maupun papan nama toko di pinggir jalan. Menuju Penang, kami tidak perlu menyeberang lautan dengan ferry karena sudah ada jembatan yang konon panjangnya 13,5 km. Sambil disuguhi pemandangan laut yang indah, rasanya sedikitpun tak membosankan.
Continue reading “[AseanTrip-8] Menuju Pulau Pinang” →