Other Stories

Kita dan Statistik Jasa

Sektor Jasa di Sekitar Kita

Beberapa tahun terakhir, aktivitas traveling atau wisata menjadi sesuatu yang sangat populer. Bersamaan dengan itu, bermunculan berbagai website dan aplikasi penjualan tiket berbagai moda transportasi (pesawat, kereta, bahkan bus) maupun pemesanan tempat menginap. Tanpa harus beranjak dari tempat duduk, tiket bisa dibeli, kamar hotel pun bisa dipesan. Semua beres. Ups, tunggu dulu. Kalau ada perlengkapan wisata yang belum lengkap, kita juga bisa membelinya secara online. Ketika akan berwisata ke daerah dingin dan membutuhkan jaket tebal, kita tinggal buka beberapa alternative marketplace dan membeli barang yang kita butuhkan. Dalam hitungan hari, barang yang kita pesan sudah ‘mendarat’ di rumah dengan diantar oleh petugas jasa ekspedisi. Sadar atau tidak, semua itu adalah kegiatan yang didukung oleh sektor jasa. Tentu masih banyak kegiatan sektor jasa lainnya, di antaranya jasa perbankan, konsultan, pendidikan, logistik, dan kesehatan.

dropshipping-3264486_1920
pixabay.com

Meskipun barang dan jasa sama-sama memiliki peran signiifikan dalam perekonomian, porsi pembahasan jasa secara khusus masih belum begitu banyak dan lengkap. Padahal, sebagaimana dicontohkan pada kasus di atas, aktivitas ekonomi kita banyak bersentuhan dengan sektor jasa. Selain transaksi barang, sebenarnya kita juga sering melakukan transaksi jasa, atau setidaknya transaksi barang yang kita lakukan didukung oleh sektor jasa. Sektor jasa merupakan kegiatan yang patut diperhitungkan dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karenanya, data yang lengkap terkait jasa menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan.

 

Mengapa Data?

Tidak bisa dipungkiri bahwa data adalah salah satu elemen penting dalam pengambilan keputusan dan tujuan pengembangan. OECD (2005) dalam laporan mengenai sektor jasa bertajuk ‘Growth in Services: Fostering Employment, Productivity and Innovation’, menyatakan bahwa statistik jasa penting tak hanya untuk mengukur kinerja sektor jasa, namun juga mengetahu faktor-faktor penyebab adanya perbedaan kinerja di antar sektor jasa sendiri. Misalnya saja, bagaimanakah kualitas input tenaga kerja pada sektor jasa keuangan dibandingkan dengan sektor pendidikan. Bagaimana latar belakang pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber dayanya. Sebagai komponen penting dalam ekonomi, statistik jasa juga dapat dimanfaatkan untuk simulasi dampak terhadap ekonomi makro dan industri.

Further improvements in the knowledge and statistics about the drivers of performance in different services sectors would help in developing, monitoring and evaluating suitable policies for the services sector. (OECD, 2005)

 

Tantangan dan Usaha

Berkaitan dengan hal tersebut, sudahkah kita memiliki data yang lengkap dan dapat diandalkan? Hingga saat ini, ketersediaan data sektor jasa di Indonesia masih terbilang terbatas dan belum komprehensif.  Salah satu tantangan terbesar dalam statistik sektor jasa adalah karakteristik sektor jasa yang intangible dan lebih sulit diukur jika dibandingkan dengan barang. Jasa juga banyak yang tidak berdiri sendiri, melainkan melekat dalam nilai transaksi barang. Beberapa usaha pengukuran jasa sudah dilakukan, misalnya untuk mengklasifikasikan transaksi barang dan jasa dalam neraca pembayaran, setiap transaksi barang dihitung fob atau free on board sehingga nilai barang terpisah dari nilai jasa transportasi dan logistik.

Sebagaimana data dan klasifikasi barang, sinkronisasi data juga perlu dilakukan oleh berbagai institusi terkait, dalam hal ini di antaranya Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dirjen Pajak, Badan Pusat Statistik (BPS), dan berbagai kementerian (misalnya Kementerian Pariwisata dan Kementerian Tenaga Kerja). Institusi-institusi kunci dalam perumusan statistik jasa perlu duduk bersama untuk menyamakan persepsi dan menetapkan peran masing-masing. Selain itu, penyesuaian statistik dengan standardisasi nomenklatur di internasional juga perlu diperhatikan. Hal ini ditujukan agar data statistik jasa di negara kita dapat dibandingkan (comparable) dengan data dari berbagai negara lainnya.

Jika melihat statistik jasa beberapa negara, memang masih terdapat beberapa perbedaan dalam hal klasifikasi. Uni Eropa, melalui Eurostat menyajikan berbagai data, salah satunya data statistik jasa. Statistik jasa Uni Eropa merupakan hasil gabungan dan sinkronisasi data dari negara-negara anggota. Dalam penyajiannya, statistik jasa masuk ke dalam kategori Industry, Trade and Services dengan dirinci lagi ke dalam beberapa subkategori.

Namun demikian, khusus untuk analisis input-output (sektor barang dan jasa), saat ini telah ada ada World Input-Output Database (WIOD) yang merangkum data 40 negara (27 ekonomi Eropa dan 13 ekonomi utama lainnya). Data setiap negara terdiri dari 59 produk yang diproduksi dan digunakan di 35 sektor. Ini bisa menjadi contoh untuk perumusan statistik serupa di wilayah ASEAN, misalnya. Database semacam itu juga dapat dimanfaatkan untuk melihat lebih jauh seberapa besar peran sektor jasa dalam perekonomian.

Untuk statistik jasa lainnya di luar data utama seperti output jasa, Indonesia juga dapat melakukan survei berkala dengan responden para pelaku utama sektor jasa, misalnya jasa perdagangan elektronik, teknologi finansial, dan sebagainya. Kita bisa berkaca dari World Economic Forum (WEF) yang hanya menggunakan 54 perusahaan besar sebagai basis responden data namun melakukan survei secara konsisten dan berkala. Tentu hasilnya akan memberikan insight berharga dalam melihat perkembangan serta membuat kebijakan terkait sektor jasa.

*Post ini merupakan kerjasama dengan Indonesia Services Dialogue dalam mengangkat isu seputar sektor jasa.

 

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s