
Selain banyak kebaikan, di dunia ini banyak sekali konflik dan tindak kejahatan yang terjadi, baik itu yang skalanya perseorangan maupun masif. Sebagian banyak diberitakan di media massa, sebagian lagi tidak. Sebagian yang tidak diberitakan di media massa, mungkin viral di media sosial, namun sebagian lagi tidak. Dan di luar yang kita ketahui, masih banyak duka yang tidak terungkap dan mungkin tak pernah kita dengar.
Kita bisa mengingatkan dan mengajak sesama untuk turut merasa empati atas kasus tertentu yang mungkin tidak terlalu mendapat ruang di media massa maupun media sosial. Namun, lebih baik lagi jika kita mengajak tanpa membanding-bandingkan kasus satu dan lainnya. Karena percayalah, rasa sakitnya pasti sama. Bom di satu tempat dengan di tempat lain sama-sama memakan korban jiwa. Mungkin angka-angka jumlah korban hanyalah statistik, tapi bayangkan jika satu saja orang terdekat kita kehilangan nyawa karena bom tersebut, kita akan merasa sedih dan kehilangan yang teramat dalam. Bahkan di wilayah tertentu, konflik yang berkepanjangan menyebabkan mereka harus mengungsi, sebagian terpisah dengan keluarganya.
Kasus teror di satu tempat tentu sama menyeramkannya dengan teror yang terjadi di tempat lain. Siapakah kita sampai berhak mengatakan, “Kejadian di kota/negara X aja peduli, giliran terjadi di kota/negara Y, lo pada ke mana?” Sesungguhnya, mungkin orang itu tidak tahu. Ajak saja untuk peduli dengan baik-baik, syukur-syukur kalau sampai ada aksi nyata seperti penggalangan dana, dll.
Ada pula yang menulis, “Mengapa nyala hanya untuk Yuyun dan bukan anak-anak lainnya?” Seolah mereka yang peduli pada kasus Yuyun sudah pasti menutup mata dan tidak peduli akan kasus pemerkosaan anak lainnya. (Baca: 12 Pembunuh Siswi SMP Diringkus)
Tidak salah mengajak orang kepada kebaikan. Tetapi bisakah kita mengajak dengan kata-kata yang lebih baik? Tanpa menyindir dan membanding-bandingkan. Kejahatan itu bagaimana pun bentuknya sama-sama menyakitkan.
Mari kita peduli bersama-sama. Mari ambil peran sesuai yang kita bisa.
Ps. Tulisan setelah sekian lama gelisah akan postingan yang banyak membanding-bandingkan duka di berbagai tempat dan musibah yang menimpa orang-orang yang berbeda.
Agree! komunikasi kebaikan kita kadang perlu dievaluasi. Kemudahan teknologi, terkadang mengabaikan unsur perasaan dan hati. Yang membuat sebuah ajakan berubah menjadi percik kebencian. 😦
LikeLiked by 1 person
Iyaa.. Perlu lebih empati.
LikeLike
Yang membandingkan itu memang niat dari awalnya untuk nyinyir. Hehe. Bukan dalam rangka menyadarkan atau galang empati..Orang yang berniat empati akan memilih sikon yang lebih tepat. Jadi sebaiknya memang kita abaikan saja….
LikeLiked by 1 person
Semoga kita termasuk yang bisa berkata-kata baik dan saling mengingatkan dengan cara yg baik pula. 🙂
LikeLike
Setuju sekali Icha. Mengajak peduli demi kebaikan itu sangat baik, namun jika ditambahi perkataan atau berkomentar yg membandingkan jadinya rasanya menjadi tidak elok.
LikeLike
Iya, kalaupun maksudnya baik.. pesannya jadi tidak sampai dengan efektif ya. Yang ada, orang malah merasa sebal atau dihakimi. 😦
LikeLike
Setuju, gak usah dibanding2kan lah
LikeLiked by 1 person
Setuju…
Islam rahmatan lil aalamiin artinya selalu menerbarkan kebaikan kepada siapa saja dan dimana saja, tidak melihat ras, asal dan status.
Selama dia adalah makhluk Allah maka kewajiban kita untuk peduli dan menolong.
LikeLiked by 1 person