Hari ini ramai sekali berita dan berbagai komentar di media sosial mengenai adanya larangan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan terkait layanan transportasi berbasis aplikasi internet seperti Go-Jek, Grab Taxi, dan layanan sejenis lainnya (baca: Ini Aturan yang Membuat Go-Jek Cs Dilarang Beroperasi oleh Kemenhub). Kabarnya bukan aplikasi internetnya yang dipermasalahkan melainkan penggunaan kendaraan pribadi yang dijadikan transportasi umum. Nah kalau begitu, bukankah seharusnya larangan mencakup semua ojek pangkalan, mobil omprengan, dan juga rental mobil dan motor? Bagaimana cara mengontrolnya? Aturan sudah seharusnya menyeluruh dan tidak tebang pilih, bukan?
Ada berbagai status di Facebook, cuitan di Twitter, bahkan petisi di change.org yang mendukung angkutan ojek untuk tetap beroperasi. Keriuhan di media sosial dan masyarakat secara umum ini nampaknya terdengar juga oleh Presiden Jokowi. Siang tadi, cuitan Jokowi serasa memberikan harapan untuk masyarakat. Di sisi lain, banyak juga yang menganggap ini hanyalah aksi sok pahlawan agar presiden terlihat do something good. Yang bisa positif, sila mengapresiasi. Yang dasarnya tidak suka ya tetap saja selalu berpikir ada udang di balik bakwan. Lagipula bukan itu sih yang ingin saya bahas. Saya hanya rakyat jelata ingin curhat. 😀

Dalam hal transportasi, sebenarnya banyak sekali hal yang harus dibenahi. Kalau dibuat kerangka berpikir yang terstruktur, bisa lah pelan-pelan dipetakan sebenarnya goal-nya ingin sistem transportasi yang seperti apa. Kemudian dilihat sekarang kondisinya bagaimana, apa saja yang kurang, apa saja yang harus dibenahi, dan bagaimana dampaknya untuk masyarakat secara luas. Jadi tidak membuat kebijakan yang reaktif karena satu fenomena saja.
Kalau isunya keselamatan:
Halo… apa kabar Metro Mini dan Kopaja yang masih berkeliaran di Jakarta? Yakin supirnya punya SIM? Nyetirnya saja sering bagaikan orang kesurupan. Joknya saja kadang tak yakin masih bisa diduduki atau tidak. Asap mobilnya pun sudah hitam tebal dan pasti membahayakan kesehatan.
Apa kabar ojek pangkalan yang nyetirnya ugal-ugalan dan sering tidak memakai helm? (walau tentu ada juga yang patuh aturan).

Kalau bicara tentang ojek dan angkutan tidak resmi lainnya (misalnya mobil omprengan), yang harus disadari adalah bahwa angkutan tersebut sudah ada dan masih ada karena ada supply dan demand. Tukang ojek butuh penghasilan, masyakarat butuh moda transportasi alternatif yang belum cukup dipenuhi oleh angkutan umum yang suda ada. Pertanyaan selanjutnya, apakah pemerintah sudah cukup menyediakan lapangan kerja? Apakah pemerintah sudah menyediakan layanan transportasi umum yang mencukupi dari segi kualitas dan kuantitas?
Kira-kira itulah pertanyaan retoris untuk pemerintah karena kita semua sudah tahu jawabannya.
Menjadi pemimpin termasuk pejabat publik itu memang amanah yang tidak main-main. IMSO (in my sotoy opinion), selain harus punya kemampuan analitis, salah satu hal yang harus dimiliki pemimpin adalah empati (enak ya jadi rakyat nuntut-nuntut pemimpin supaya punya kemampuan ini-itu :p). Terdengar sederhana tapi tidak sesederhana itu.
Cobalah sekali-kali Menteri Perhubungan atau bahkan presiden membuat program “Sehari Naik Angkutan Umum di ____ (masukkan nama kota/daerah)” agar turut merasakan bagaimana duka-duka (ada sukanya nggak sih?) menggunakan transportasi umum. Dengan merasakan sendiri setidaknya bisa menempatkan bagaimana seharusnya pelayanan transportasi publik yang layak.

Misalnya ya… commuting Bekasi ke Jakarta, berangkat pagi dan pulang sore sesuai jam kerja (maaf kalau ini mah modus saya saja sekalian curhat :D). Rasakanlah lamanya penantian akan patas jurusan Bekasi saat pulang kerja. Sekalinya patasnya datang, ehhh sudah penuh dong cyiiin… (ya kecuali naiknya dari terminal). Patas ke Bekasi dan kota satelit lainnya (misalnya Bogor dan Tangerang) penuhnya ampun-ampunan karena jumlah armadanya tak seberapa sedangkan penumpangnya amat banyak. Begitu penuhnya sampai penumpangnya lesehan dan yang berdiri sampai nggak bisa gerak. Ciyus deh, Pak. Cobalah sensasinya maka Anda termasuk ke dalam orang-orang yang diuji kesabarannya. 😉
Makanya kalau pas ada mobil omprengan ke Bekasi lewat tuh rasanya tertolong sekali. Penderitaan lahir dan batin serasa terobati. Kan sudah capek ya seharian kerja, penginnya duduk manis dan istirahat sejenak setelah pegal berdiri menanti pujaan hati (baca: bis yang tak kunjung datang).
Begitu juga yang perlu ojek. Daripada menunggu bis cukup lama, kadang rutenya tidak efisien, dan ditambah kena macet, mendingan naik ojek… Pejabat saja kalau ada jadwal rapat tapi di jalan kena macet kan naik ojek juga sebagai alternatif.
Jadi begitu lho, Pak, problematika anak jalanan dan anak angkot. Kalau belum bisa memberikan solusi setidaknya tidak perlu menambah problema kami.
IMSO.
Salam,
Rakyat Jelata
#GoRakyat
Ps. Iya tahu… sudah dicabut kok larangannya untuk sementara. Alhamdulillah. 😀
Apresiasi kepada Presiden dan Menhub yang mencabut larangan tersebut. Selama ini saya punya pandangan senada dengan Jokowi. Aturan itu pemerintah yang buat. Jika dinilai sudah tidak sejalan dengan kondisi saat ini, ya perbarui dan perbaikilah peraturannya. Buatlah peraturan yang bisa menertibkan angkutan umum dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. Kepentingan rakyat menjadi yang utama.

Keputusan positif ini merupakan bukti kemenangan ekonomi kerakyatan. Kami mengajak semua pengguna dan driver GO-JEK merayakan keputusan Jokowi-JK ini via social media dengan #GoRakyat.
Hidup GO-JEK! Hidup Karya Anak Bangsa!
(Nadiem Makarim, CEO GO-JEK)
Ahh peluk mbak icha.. ini pgn bikin postingan kaya gini jg. Aku trmsk warga komuter (jkt-karawang hampir 4 th pas kuliah dan kerja bentar di jkt) kenyang bgt naik transportasi umum yg keadaannya emg msh krg dr layak. Bahkan pernah jatuh pula di metromini sampe pant*t lebam krn sopir ngerem mendadak dn sy lg posisi brdesakan berdiri, eh itu metromini ttp ngebut. *curcoll tingkat.dewi*. Dan iya bgt, keberadaan omprengan, ojek online, sharing taksi (dlu pas heits komunitas nebengers) itu amat membantu sekali.. udh seharian capek di kampus atau kerja, msh harus desek2an sampe karawang which is hampir 3 jam itu capek banget lho 😦
LikeLike
Wauuuww kamu luar biasa, Tiva!! Aku aja ke Bekasi lelah lahir dan batin. Akhirnya pas kerja tahun 2012 – 2013 aku ngekost di Jakarta hehe.. Kalau nggak ngerasain sendiri mungkin gak pernah terbayang ya gimana menderitaannya naik angkutan umum. Makanya empati itu penting banget, terutama dari pemerintah yang berkewajiban menyediakan fasilitas publik yang layak.
LikeLike
Setuju banget, pemerintah belum punya aturan yang pas untuk menata angkutan berplat hitam. Harusnya cepat beradaptasi aturannya, dibuat aturan baru yg mengakomodir supply and demand. Intinya sih gini, kalo belum bisa kasih rakyat transportasi aman, nyaman, dan murah, nggak usah deh ganggu inovasi rakyat yang berinisiatif membantu pemerintah dengan ide2 brilian dalam hal transportasi. Kemunculan transportasi online semacam ini kan akibat ketidakmampuan pemerintah memberikan solusi terbaik bagi rakyat saat transportasi konvensional dianggap sudah tak lagi memadai.
#SaveGojek #SaveHatiNuraniPemerintah #GoRakyat
LikeLike
Sepakat, Mas. Padahal masyarakat sekadar berupaya menyelesaikan masalahnya sendiri daripada terus-terusan protes tanpa aksi.
LikeLike
ini sempat bikin heboh bgt
LikeLike
Pingin nulis juga buat kompasiana, tapi mendadak males haha. Wah Icha “rumah” baru ya 🙂
LikeLike
Lahhh kok jadi males? Hehe..
Rumah apa nih maksudnya, Mas Yan? Blognya? 😀
LikeLike
berhubung hari ini saya nggak pakai transportasi umum, jadi nggak nulis tentang go jek ini *rese
LikeLike
Saya angkat tangan kayaknya. Masalah semacam ini bisa membuat saya malah bingung. Yg pro bener. Yg kontra juga bener. Ha ha ha…. Keliatan ya saya orang yang nggak punya pendirian.
LikeLike
Setuju bgt, aku baru baca beritanya kemaren malam. Memang Indonesia udah butuh bgt transportasi masal
LikeLike
Iya, Mbak. Transportasi massal benar-benar krusial terutama di kota-kota besar. Kereta dan bis yang sekarang ada belum cukup untuk mengangkut begitu banyak orang.
LikeLike
Iya bener, padahal transportasi seharusnya menjadi perhatian pemerintah ya. Rakyat bener2 membutuhkannya
LikeLike
Bagus, mba ica tulisannya ;). Aku sendiri sempet jadi kubu “pasti ada udang di balik bakwan” lho haha. Tapi langkah cepat Jkw emg perlu diapresiasi. Wataww
LikeLike
:Makasih, Sin. 🙂 Hehe.. Menurutku juga ada positifnya tapi juga menimbulkan kesan kabinetnya kurang kompak dan kurang koordinasi. Indeed there are some spaces need to be improved here. 🙂
LikeLike
Hihihi kemarin aku ikut meramaikan masalah ini di twitter dong 😀 wkwkwk cuit-cuit nggak karuan, sampai akhirnya tau Pak Jokowi ngetwit juga, eh, kayak berasa menang gitu 😀 wkwkwk
LikeLike
Iya, aku rasa pernyataan itu langkah cepat untuk meredam ‘kegaduhan’ dan kebingungan masyarakat. 🙂 Walau dalam beberapa hal bisa mengesankan negatif juga, misalnya kurangnya koordinasi di kabinetnya sendiri. Itu jelas harus diperbaiki.
LikeLike
Yah, tentu masih banyak harus diperbaiki kalau bicara masalah penataan negeri ini :’
LikeLike
Tulisannya bagus Icha. Aku pernah merasakan carut marut transportasi selama kerja 6 tahun di Jakarta. Kalau sekarang dipikir2, kok ya dulu betah ya tinggal 6 tahun disana haha. Btw, yang patas ke Bekasi itu memang menyebalkan ya, sedikit banget armadanya. Aku hampir tiap weekend ke rumah tante di Jatiasih. Itu Patas yang turun Pekayon dari arah rawamangun ga pernah sepi. OMG. Belum lagi permasalahan macet berjamaah di Jalan tol. Pernah kejebak macet dalam taksi selama 3 jam dari Soetta ke Rawamangun. Padahal ga lagi hujan. Untung taksi dibayarin kantor. Duh Indonesia ini PR nya banyak banget. Begitu ada yang kasih alternatif transportasi, kok ya malah dikebiri. Kerasa banget leganya sekarang di Belanda. Biasa dengan transport Jakarta, jadi seperti dimanja dengan sarana transportasi di Belanda. Mudah, tepat waktu dan aman.
LikeLike
Kalau dibandingin sama negara maju memang masih jauh ya, Mbak. Kalau kilas balik ke masa-masa di Jakarta, suka mikir juga itu dulu kekuatan dari mana ya? Hehe.. Jakartans are tough. 😀
LikeLike
Kenapa di solo gak bolehhhhhh…
LikeLike
Oh di Solo gak dapat izin dari Pemda-nya kah, Mas?
LikeLike
iya di solo gak dapat ijin, entah kenapa..
LikeLike
wkwkwk kejadian ini, nih, yang waktu juga sempat bikin saya kesal. Iya, saya juga tau kalau berdasarkan UU transportasi kendaraan roda 2 tidak termasuk. Tapi harusnya semua kendaraan roda 2 diperlakukan sama. Ojek pangkalan juga dilarang.
Setuju juga pendapat tentang metromini dan kopaja. Memang iya termausk angkutan umum. Tapi udah bukan rahasia lagi kalau metromini dan kopaja udah kayak monster jalanan.
Keberadaan ojek online ini kan sebetulnya mencoba menjawab kebutuhan masayarakat. Karena menunggu pemerintah menyediakan angkutan umum yang layak dah kayak mimpi yang sampai saat ini masih susah untuk diwujudkan
LikeLike