
Sebelumnya saya berpikir bahwa saya tidak akan membuat akun Path. Mengapa? Karena saya sudah memiliki akun Facebook di mana saya bisa berinteraksi dan saling berbagi dengan teman-teman dan keluarga. “Paling kalau bikin akun Path nanti teman-temannya itu-itu juga,” pikir saya. Selain itu, saya rasa sudah cukup lah mengalokasikan waktu untuk mengelola akun media sosial. Sudah ada Facebook, Instagram, dan microblogging Twitter (sudah jarang diperbarui).
Pada Juni lalu — seingat saya sekitar akhir bulan — akhirnya saya memutuskan membuat akun Path. Beberapa teman berkomentar, “Akhirnyaaa… lo bikin (akun) Path juga!”
Iya, betul. Pada awalnya saya punya alasan sederhana untuk membuat akun Path: sahabat saya, Yani, jarang berbagi lewat Facebook dan dia tidak selalu punya banyak waktu untuk mengobrol via WhatsApp. Kemudian saya tahu bahwa dia biasanya berbagi lewat Path dan beberapa hal atau berita yang saya tidak tahu tentang dia ternyata sudah pernah dia posting di Path. Mungkin saya semacam sahabat yang patah hati ya karena tahunya belakangan? Hehehe…
Jadi, itulah alasan saya membuat akun Path. Demi kepoin kehidupan sahabat saya. Hahaha.
Kemudian saya berteman di Path dengan teman-teman SMA, kuliah, sesama Pengajar Muda di Indonesia Mengajar, dan beberapa teman lainnya dari lingkaran yang cukup dekat. Di antara mereka, banyak yang sudah jarang update di Facebook sehingga melalui Path lah saya bisa mengetahui cerita sehari-hari mereka. It feels good to reconnect.
Meskipun postingan kita di Path bisa disambungkan ke Facebook secara otomatis, karena beberapa alasan saya memilih untuk tidak menyambungkannya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada lingkaran tertentu di mana kita merasa nyaman untuk berbagi cerita sampai hal-hal yang tidak terlalu penting sekalipun. But yes, my Facebook account is still active. Saya masih senang untuk saling berbagi dengan lingkaran yang lebih besar. Now I kinda categorize what I should post here and there. Hehehe…
Saat ini saya sudah sampai pada tahap ingin menggunakan media sosial ‘just’ for the sake of positive interaction and silaturahim. Tidak perlu memaksakan untuk sering posting hal-hal berbau ekonomi dan politik untuk terlihat peduli. Karena yang jarang posting hal tersebut bukan berarti tidak peduli, Tidak perlu juga terus-terusan mengkritik pemerintah via media sosial demi dianggap kritis (tentu bersikap kritis itu bagus, namun tidak semuanya harus selalu ditumpahkan di media sosial kan?). It does not mean I do not care. I just need peace. So tired of too much judgement and war on internet.
Have a wonderful weekend! Hope you have good time with your loved ones.
aku suka path, small circle karena mungkin ya 🙂
LikeLike
Iya, Mbak. Dan mungkin isi postingannya juga nggak banyak yg ‘cari ribut’ kayak di fb. :p
LikeLike
Welcome to path mbak maisya…biasanya IG
LikeLike
Makasih.. Duh dibahas terus karena aku suka mainan IG hahaa.. Emang segitu seringnya kah? 😀
LikeLiked by 1 person
iya sering liat di TL IG ku soalnya hahaha
LikeLike
lebih suka path karena memang teman teman dekat yang di circle
LikeLike
Iya betul. Kalau FB kan kadang ketemu sekali di dunia nyata terus temenan ya. 😀
LikeLike
aku juga telat sihh bikin path-nya, tapi jarang juga updatenya. Entah kenapa masih seneng IG sama twitter 😀
LikeLike
Wah aku udah jarang ngecek Twitter, Masih tetep banyak ya penghuninya? 😀
LikeLike
Path sudah lama bikin 2 tahun moment ada kali 5ribu 😀 ya itu tadi karena dapet mainan baru, skrg udah berkurang paling listen aja , lebih sering ngetwit hehe
LikeLike
Aku sesekali aja ngecek Twitter sekarang. Mungkin karena banyak temen yang udah nggak aktif di situ juga ya. Paling ngecek2 berita aja sih.
LikeLike
iyaa emaang skrg itu pada takut di Twitter juga sih, tergantung user siap nggaknya nerima informasi yg deres di twitter
LikeLike