Asia, Traveling

Kimchi: yes or no?

Kids React adalah salah satu tontonan favorit saya di Youtube. Episode baru dari program ini hadir di kanal youtube-nya setiap seminggu sekali. Bagi saya, program ini seru karena menghadirkan tanggapan jujur dan spontan dari anak-anak usia 5 – 14 tahun terhadap tema tertentu, bisa isu yang sedang happening, viral video, makanan, teknologi, dan lainnya.

Hari ini saya menonton episode Kids vs Kimchi. Langsung deh saya penasaran bagaimana tanggapa anak-anak Amerika terhadap makanan khas Korea ini. Kimchi merupakan ‘asinan’ sayur (berbahan utama sawi putih dan lobak) hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Sejarah kimchi cukup panjang. Awal mula pembuatan kimchi bertujuan untuk persediaan makanan pada musim dingin. Tidak seperti di negara tropis dimana sayuran tumbuh sepanjang tahun, orang-orang di negara empat musim kekurangan hasil pertanian pada musim dingin. Agar awet, kimchi difermentasi dengan cara ditempatkan di kuali dan disimpan di bawah tanah (tetapi saat ini biasa disimpan di lemari es). Rasa pedas pada kimchi baru muncul pada tahun 1700-an saat Korea mulai mengenal cabe sebagai salah satu komoditas perdagangan.

Saya sendiri bukan penggemar kimchi. Kali pertama saya mencoba makanan ini adalah pada 2007 saat saya berkuliah di kota Daejeon, Korea. Sebelum saya mencobanya, makanan ini terlihat enak dan menggiurkan, apalagi warnanya merah merona. Orang sunda yang hobi makan pedas pasti langsung tergiur dibuatnya. Saat di kafetaria asrama, saya pun dengan mantap menyendok banyak kimchi ke nampan makan siang saya.

Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia

Akan tetapi…

Ketika hendak memasukkan suapan pertama, aromanya terasa amat khas dan menusuk. Begitu sampai di lidah.. uhmm… ehmm…

*bingung harus bereaksi seperti apa*

*mencoba bersikap wajar*

Beberapa teman Korea mewanti-wanti bahwa kimchi dan banyak masakan Korea lainnya sangat pedas. “Mungkin kamu tidak terbiasa dengan rasa pedas,” kata salah satu di antaranya. Mereka belum tahu saja bahwasanya masakan Indonesia juga banyak yang pedas dan kaya bumbu. Tetapi alasan lidah saya tidak merasa cocok dengan kimchi adalah kadar keasamannya yang di luar batas toleransi (saya). Bagi saya, dalam kimchi tidak ada rasa lain selain rasa asam khas fermentasi yang sangat kuat. Maka itulah kali pertama saya makan kimchi di Korea dan saya tidak berminat untuk mencobanya lagi.

Namun, sebelum saya kembali ke Indonesia pada akhir 2007, saya dan mahasiswa pertukaran lainnya diundang makan siang oleh seorang dosen. Saya lupa tepatnya di mana, yang jelas restorannya cukup mewah dengan menu buffet yang bermacam-macam. Seperti di hampir semua restoran di Korea, kimchi menjadi menu yang wajib yang dihindangkan. Kalau dalam tradisi kuliner sunda, kimchi itu bagaikan lalapan dan sambalnya.

Entah mengapa saya tergerak untuk mengambil kimchi itu, mungkin sekadar salam perpisahan hehe… Berbeda dengan kimchi yang biasa saya lihat, kimchi ini berwarna lebih merah dan tidak terlalu basah. Dan saat saya memasukkannya ke mulut. Nyamm… Kimchi ini rasanya enak sekali. Tidak terlalu asam dan lebih kaya rasa. Entah bagaimana cara membuatnya. Jadi, kenangan terakhir saya dengan kimchi ternyata cukup indah. 😀

Dalam video Kids React di atas, lima anak merekomendasikan untuk mencoba kimchi sedangkan tiga lainnya tidak merekomendasikan.

Bagaimana menurutmu?

1865143963390123180513

16 thoughts on “Kimchi: yes or no?”

  1. Icha, aku penggemar berat kimchi sejak gandrung sama film korea. Saking sukanya sama kimchi sampe pernah bikin sendiri waktu kos di Surabaya dan Jakarta. Berburu bahannya dan nyontek resepnya di youtube. Lumayanlah rasa bikinanku haha dipuji sendiri. Cuman kalau punyaku jelas porsi cabainya kutambah. Ternyata suamiku suka juga. Dia minta aku buat porsi banyak. Cuman aku masih males. We love kimchi 😍

    Like

    1. Waah doyan ya, Mbak Deni? Mungkin kapan2 aku harus coba kimchi buatan Mbak Deni hehe… Gak tahu resepnya sama nggak ya kayak yang biasa dimakan di Korea. Soalnya itu asemnya nggak ketulungan. :O Selama di Indonesia aku belum pernah makan di resto Korea. Tapi kemungkinan rasanya dimodifikasi ya..disesuaikan dengan lidah lokal. 😀

      Like

    2. Btw masakan2 Korea yang di drama terlihat enak dan menggiurkan (ditambah cara makan orang Korea yg suka nyeruput lebai gitu :p), pas dicoba aslinya ternyata nggak semuanya enak menurutku haha.. Misalnya jjajangmyeon yang rasanya yaa gitu deh. Masih enakan mie ayam abang2 di Indonesia. Namanya juga selera yaa.. hehe..
      Tapi banyak juga makanan Korea yang aku suka kok. 😉

      Like

      1. bener banget itu pas lagi nonton drama korea kalo liat mereka lagi makan kayaknya sedap banget gitu ya, pas coba makan di salah satu restoran korea kok gak se sedap pas ntn mereka makan,hehe
        memang bener mungkin tergantung selera kalo ya 🙂

        Like

      2. Aku juga selalu ngiler parah kalau lihat bagian mereka makan. Kayaknya nikmaatt banget. Kalo di Belanda sini aku makan kimchi justru ditempat sushi, shabu shabu. Awalnya sering lihat banyak yang berjilbab makan disini, akhirnya ikutan 😀 eh ternyata ada menu semacam kimchi gitu. Rasanya mirip. Asin pedes seger. Jadi setiap ke shabu shabu pesen kimchinya banyak haha.

        Like

    3. Mbak Adhya, di Korea memang adab makannya bunyi gitu mbak.. itu tandanya menghormati yang masak hehe.. Menunjukkan kalau kita suka makanannya. 😀

      Mbak Deni, aku penasaran itu rasa kimchinya gimana sampai Mbak Deni doyan banget. Hehee..

      Like

Leave a comment