
Arisan bisa mengubah hidup seseorang.
Eh, serius?
***
Dahulu arisan ibu-ibu komplek adalah ‘wilayah’ mama saya. Maksudnya, sebagai seorang ibu rumah tangga di keluarga kami, beliaulah yang berhak dan bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam aneka kegiatan ibu-ibu komplek, termasuk arisan. Time flies! Kini giliran saya yang mendapat kehormatan itu karena saya sudah tidak tinggal dengan orang tua dan kini saya sebagai ibu rumah tangga. Siapkah saya?
Meskipun sudah pindah ke rumah baru sejak September tahun lalu, saya baru mengetahui adanya arisan komplek pada bulan Februari. Saya bisa-bisa dikira cuek ya. Tapi sebenarnya, sebabnya adalah saya salah informasi. Sewaktu saya baru pindah, saya bertanya kepada tetangga sebelah rumah saya.
“Bu, di sini ada arisan nggak?”
“Nggak, Mbak… Lagian saya juga nggak sempet ikut gitu-gituan. Sibuk ngurusin anak-anak,” jawabnya. Saya mafhum. Beliau memiliki tiga anak kembar yang usianya masih di bawah 10 tahun. Pastinya beliau sibuk mengurusi banyak hal sendiri, apalagi suaminya bekerja di Jakarta dan hanya pulang pada akhir pekan.
Saya berpikir apakah mungkin karena ibu-ibu di komplek ini sebegitu sibuknya sehingga tidak ada arisan atau kumpul-kumpul? Saya bukan ngebet ingin arisannya sih, tapi rasanya itu adalah media yang baik untuk bergaul dan bersosialisasi dengan para tetangga. Setidaknya saya kenal ini namanya ibu siapa, rumahnya yang mana, dan beberapa informasi mendasar lainnya. Bukannya apa-apa, tetangga-tetangga kita adalah saudara terdekat yang mungkin nantinya akan membantu kita ketika ada kesulitan. Sebaliknya, akan sangat menyedihkan jika tetangga kita mengalami kesulitan namun kita yang di sekitarnya tidak tahu-menahu. Dan lebih dari itu sih. Manusia itu makhluk sosial. Bagi saya, rasanya ada yang salah ketika kita tinggal berdekatan tapi tidak saling mengenal.
Ternyata…. di komplek saya ada arisan. Usut punya usut, tetangga sebelah saya memang tidak aktif ikut arisan dan kegiatan lainnya karena ia tinggal di sana hanya mengontrak sementara waktu selama rumahnya di kawasan utara Yogyakarta sedang direnovasi. Ia sendiri mungkin tidak tahu (atau tidak mencari informasi) mengenai kegiatan ibu-ibu di komplek.
Beberapa kali bergabung dengan ‘geng’ ibu-ibu komplek, rasanya memang tidak sama seperti saya bergaul dengan teman-teman pada umumnya. Pertama, perbedaan usia yang beragam membuat hubungan kami unik. Ada yang rasanya seperti kakak (iyaa.. saya jadi ibu rumah tangga paling muda di komplek), ada juga yang rasanya malah seperti ibu (karena memang seusia bahkan lebih tua dari mama saya). Kedua, topik yang dibahas ya umumnya seputar komplek, RT, dan rumah tangga. Sebenarnya yang terpenting dalam arisan bukan uangnya, melainkan pertemuan dimana ibu-ibu membahas isu-isu seputar lingkungan tempat tinggal seperti satpam yang suka tidur saat jam kerja, sampah, ta’jil ramadhan, pasang speedy kolektif, dan lainnya. Hehe… Nah, banyak kan manfaatnya? 😀
Saya merasa seperti menyelami wilayah baru. Saya memang bukan orang yang selalu outspoken di semua lingkungan pergaulan. Di lingkungan baru, saya lebih suka mengobservasi terlebih dahulu, berusaha menempatkan diri saya di antara orang-orang di sekitar. Bergabung di arisan bagi saya adalah sebuah langkah yang baik. And it feels good to know about the people around you. It feels good that we know we don’t live alone.
Hidup arisan! 😀
Kadang2 arisan itu ada baiknya juga sih ya, buat dapetin informasi
LikeLike
Iyaa mbak.. kebetulan ibu2 di sini udah punya kesibukan masing2 sih. Jadi pas arisan jg gak banyak ngomongin yang nggak penting. 😀
LikeLike
saya bapak2 ikut arisan, lumayan kalo menang dapat duit buat beli tiket #looh
LikeLike
Beneran ada arisan bapak nih? 😀
LikeLike
Iya ada kak 🙂 temen sekantor khusus PJKA (pulang jumat kembali ahad) lumayan kalo dpt bwt beli tiket it. Hahahaha
LikeLike
Waaah keren! Bagus tuh. (y)
LikeLike
Di kampung saya juga pernah ada arisan. Sejauh yang saya ingat sehabis pulang arisan ibu saya selalu bawa pulang oleh-oleh snack arisan
LikeLike
Nah, itu bonusnya. Hehe..
LikeLike
Keluarga kmi udh ikut kelompok arisan dr sblm sy msk sd (skrg saya udh lulus kuliah). Jd kluarga kami kn perantau dr jogja ke karawang, bikinlah grup arisan dr org2 jogja yg tinggal di karawang juga. Alhamdulillah awet bertahun2, malah udh kayak keluarga besar.. tiap anggotanya ada keperluan (hajatan, manten, atau sakit) semuanya guyub saling bantu. Jd emg bukan msalah uang arisan tok, tp silaturahimnya yg berasa bgt mbak 🙂
LikeLike
Nah, itu dia yaa.. Memang yang penting itu silaturahimnya. Kocok arisan itu sekadar bumbu aja kayaknya hehe…
LikeLike
di tempat tinggalku yang sekarang kayaknya ngga ada arisan deh.. wong apartemen 😀
LikeLike
Waaah maaf baru baca komennya, Mbak. Hehee.. Oh Mbak Putri tinggal di apartemen ya. Tapi sama tetangga yang sebelahan kenal nggak? 🙂
LikeLike