Other Stories

Cerita Batik

Mungkin kali pertama tahu batik itu ya sewaktu di SD dulu ada seragam batik. Yah..tahu kan tipikal batik-batik buat seragam sekolah hehe.. Selain itu, orang tua saya yang guru PNS juga pada momen-momen tertentu harus mengenakan seragam batik KORPRI. Jadi ya batik yang ada dalam bayangan saya sewaktu kecil ‘hanya’ batik-batik seragam tadi ditambah batik resmi yang dipakai Papa saya kalau kondangan atau acara resmi.

Ternyata… batik itu banyak macamnya ya. Dilihat dari proses pembuatannya ada batik tulis, batik cap, batik kombinasi (tulis dan cap), dan batik print. Selain itu, ada pula metode ikat celup atau biasa dikenal dengan istilah jumputan. Sejak 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Batik sebagai warisan budaya tersebut meliputi keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.

Bersantai di salah satu taman di Groningen (2013)
Bersantai mengenakan batik di salah satu taman di Groningen, Belanda (2013)

 

Memang sejak tahun 2000-an, batik mulai naik daun di dunia fashion. Kalau dahulu batik identik dengan orang tua dan acara resmi, semakin lama batik makin menyentuh lebih banyak kalangan. Batik juga tidak hanya dikenakan untuk acara resmi namun juga untuk momen santai dan aktivitas sehari-hari seperti kuliah dan bekerja.

Beberapa tahun belakangan ini saya bekerja di beberapa organisasi berbeda dengan lingkungan kerja yang berbeda pula. Waktu masih kuliah pernah part-time di salah satu kantor di rektorat kampus, meskipun pakaian tidak harus resmi, namun tentu harus rapi dan sopan, tidak mungkin memakai celana jins dan kaos misalnya. Setelah memeroleh gelar sarjana, saya pernah bekerja di instansi pemerintah, NGO, dan swasta (ketahuan banget ya kalau suka pindah-pindah kerja hehe…). Dari semuanya itu, pakaian batik bisa masuk kemana-mana, baik untuk ke kantor seperti biasa, meeting, ataupun ada event-event penting.

IMG_20130710_215730
Bersama kolega pada sebuah gala dinner (2013)
Bersama seorang geisha dan dua delegasi Korea di salah satu meeting
Bersama seorang geisha dan dua delegasi Korea pada sebuah gala dinner (2013)

Pekerjaan terakhir saya sebelum melanjutkan kuliah pada 2013, mengharuskan saya untuk sering menghadiri pertemuan dan jamuan makan malam yang dihadiri oleh orang-orang penting. Tapi yaaa..saya hanyalah anak bawang. Kalau tidak mau disebut butiran debu, mungkin saya hanyalah bubuk Marimas (biar ada rasanya dikit :D). Dan di situ saya merasa sering tertolong oleh koleksi pakaian batik saya. Lumayan kan kalau pas nggak ada bahan obrolan bisa jadi ajang pamer kekayaan Indonesia karena biasanya delegasi dari negara-negara lain terpukau oleh motif batik nusantara yang indah tiada tara. Saya jadi ingat, beberapa tahun lalu saat traveling di Melaka, Malaysia, ada seorang turis Jepang yang mengajak saya foto karena ia menyukai baju batik yang saya pakai kala itu.

Untuk koleksi pakaian batik saya, sebagian ada yang beli jadi dan ada juga yang hasil jahit sendiri (baca: penjahit). Masing-masing pilihan memberikan kelebihan tersendiri. Untuk pakaian jadi, tentu lebih praktis karena ada berbagai pilihan model dan tidak perlu menunggu lama untuk proses penjahitan. Biasanya penjahitan bisa memakan waktu beberapa minggu terutama jika si penjahit sedang banyak orderan. Selain bisa mencari batik di pusat perbelanjaan terdekat, kalau malas kemana-mana bisa juga tinggal klik-klik di Zalora. Praktis kan? Kalau terlampau sibuk, bisa curi-curi waktu belanja saat istirahat makan siang, misalnya. Selain pakaian, di Zalora juga ada koleksi produk batik lain seperti tas, sepatu, dan shawl. Tetapi jika memang kita ingin pakaian dengan model tertentu sesuai selera, tentu menjahit menjadi pilihan yang lebih bisa diandalkan. Selain karena kita bebas menentukan desain, ukuran juga bisa customized dan pas di badan.

Bagaimana pengalamanmu dengan batik? 🙂

1865143963390123180513

18 thoughts on “Cerita Batik”

  1. Batik ku selalu diurutan paling bawah gegara jarang di pake. Tapi, ya lama-lama kasihan juga sih lihat batik selalu ditumpukan paling bahah, alhasil tadi waktu kuliah pakai batik doooong hehe 🙂

    Like

      1. gak banyak sihbsebenarnya,hanya beberapa pasang aja tapi lebih banyak dari punyaku,hehe
        biasanya dipake pas ada undangan di kbri aja 😀

        Like

  2. Pakai Batik Setiap (Kamis , Jumat, Sabtu kadang klo pas ke Jogja) dan Kondangan..kolesksi batik lumayan banyak mbak aku hahaha

    Like

      1. gak juga mbak, karena batik saya lumayan banyak hehe jadi klo ga di pake gimana gitu,kebetulan sering datengin acara resmi.hehe..cuma klo jumat memang seragaman..

        Like

  3. keren sepatu bootsnya mba 😀 #gagalfokus
    Batik selalu bikin yang pakai cantik / ganteng, aku sih suka banget batik, motifnya mana sekarang lucu-lucu, dibikin rok buat kita yg pake jilbab aja udah top bgt 🙂

    Like

    1. Salam kenal, Mbak Sandra! *eh lupa udah pernah kenalan belum ya hehe..*
      Makasiiih.. itu bootsnya beli di Payless lho, tapi emang cuma kepakai pas musim semi dan gugur soalnya kurang tebel. *lah jadi curhat*
      Iya sekarang banyak pembatik yang eksplor motif yang lebih beragam. Cakeeep.

      Like

  4. Saya udah pake batik semenjak SD. Soalnya dulu saya mah pake apa aja yang dikasih ortu saya. 😆
    Jadi, dulu saya udah pake yang namanya kaos motif batik. Saya ga tau dari mana itu asal batiknya. Pokoke baju kaos batik aja.
    Selain kaos, saya juga pake celana pendek rumah motif batik juga. Kalo yang ini saya selalu punya sampe sekarang. Celana pendek utk di rumah emang enak banget pake kain batik. Terutama yang kainnya halus. 😀
    Semenjak kuliah S1, saya JARANG pake batik. Soalnya…. waktu itu saya terkena arus globalisasi. *halah* 😆 Saya makenya sejenis polo shirt dan kaos bergambar artistik-entah-apa (dari distro2 gitu). Gitu aja selama 4 tahun kuliah. 😆

    Like

Leave a comment