Other Stories

Pesta Teriak dan Basa-Basi

Saya sering gagal (dan sampai saat ini masih belum berhasil) paham  mengapa musik disetel dengan suara begitu keras di suatu pesta atau pertemuan. Sama halnya seperti situasi di pub. Setiap orang pasti punya preferensi dan alasan yang berbeda, tapi saya benar-benar tidak bisa menikmatinya. Bicara harus teriak-teriak dan seringkali kita harus meminta lawan bicara kita mengulang apa yang dia katakan karena kita tidak bisa mendengar dengan jelas.

Beberapa bulan lalu, saya hendak datang ke gathering Couchsurfing (CS) Groningen di ‘blablabla’ Pub & Restaurant. Saya tahu saya nggak akan suka suasana di pub, tapi berhubung ada kata restorannya, saya pikir tempat ini cukup tenang. Waktu itu janjiannya jam 9 malam, karena saya ada kelas Bahasa Belanda sampai dengan jam 10, saya menyusul setelah kelas selesai. Pas masuk ke lokasi, duh saya langsung pengin pulang. Ruame bangettt. Suara musik yang super keras ditambah orang-orang pada ngobrol dengan suara keras pula (baca: teriak).

Saya bertanya kepada salah seorang pelayan di mana teman-teman CS duduk (mereka sudah kenal baik dengan komunitas CS karena sering gathering di tempat tersebut). Karena ternyata tempat itu sudah dipesan sebelumnya untuk acara lain, ternyata teman-teman CS tidak kebagian tempat dan gathering dibatalkan. Hal itu saya ketahui setelah sampai di kamar dan membuka posting grup CS Groningen.

Setelah dipikir-pikir, saya merasa bersyukur juga sih tidak jadi ketemuan di tempat itu. Sangat tidak menyenangkan memaksakan sesuatu yang tidak kita nikmati kan? Kesannya usaha banget bisa masuk suatu kelompok dengan mengorbankan kenyamanan pribadi. Saya memutuskan kali lain ikut gathering kalau lokasinya di kafe atau pas ada acara bersepeda saja.

Baru-baru ini saya datang ke pesta ulang tahun seorang teman, tetangga tepatnya. Dia bukan orang Belanda (yang biasanya hanya mengundang sedikit orang), wajar suasana pesta ulang tahunnya cukup ramai. Selain warga koridor, dia juga mengundang teman-teman kampus dan lainnya. Common room jadi terasa sempit sekali. Sebenarnya kami di koridor juga biasa ngumpul-ngumpul untuk makan malam bersama, tetapi ada beberapa hal yang berbeda.

Saat acara koridor, kami semua tentunya saling mengenal. Jadi kalau mengobrol pun ya nyambung aja cerita tentang hal sehari-hari, bercanda satu sama lain, tidak perlu berkenalan dan memaksakan mencari topik basa-basi untuk percakapan. Kalaupun berkenalan saat ada penghuni baru, rasanya beda karena kita akan tinggal bersama mereka jadi memang perlu dong tahu tentang diri mereka, seperti asalnya dari mana, kuliah jurusan apa, hobinya apa, dan lainnya.

Ngumpul asik bareng tetangga.
Ngumpul asik bareng tetangga.

Lain halnya dengan pesta ulang tahun yang baru saja saya datangi. Orang yang datang lebih banyak, tidak semua orang yang ada di sana saling mengenal, dan…musik dinyalakan begitu keras. Supaya tidak terlihat awkward dan out of group, pastilah setiap orang berusaha untuk mendapatkan teman mengobrol. Walaupun sempat berkenalan dengan orang baru,  kebetulan saya duduk bersebelahan dengan sesama tetangga jadi ya kami ngobrol biasa saja. Cuma memang capek mesti teriak-teriak dan menyimak dengan susah payah dia ngomong apa sebenarnya. Jadi istilah ‘capek deeehh..’ benar-benar cocok untuk situasi ini. Seriusan deh bukannya saya anti sosial ya, tapi saya males basa-basi dan usaha untuk suatu hal yang saya merasa tidak begitu perlu.

Itu juga sih yang saya rasakan kalau ikutan meeting pas kerja dulu (kesannya udah lama padahal belum sampai setahun lalu hehe…). Ada orang yang seneng ikut cocktail party atau dinner karena itu dianggap sebagai kesempatan berjejaring. Oke, memang ada benarnya. Kalau dinner saya masih suka sih, apalagi gala dinner karena biasanya ada penampilan kebudayaan dari negara  atau daerah setempat. Pas dinner kan kita duduk di tempat yang tetap dan ada aktivitas yang jelas, yaitu makan (kalau makan sih saya doyan).

Lain halnya dengan cocktail party. Bagi yang belum familiar, ini bukan cocktail buah lho yaa.. tapi pesta atau resepsi dimana dihidangkan camilan dan berbagai minuman beralkohol. Biasanya sih ada minuman yang netral juga seperti jus (alhamdulillah…). Saya lebih menganggap ini resepsi basa-basi. Ambil minuman, berdiri melingkari suatu meja, ngobrol-ngobrol. Terus ambil camilan, balik ke meja yang sama atau meja lain, terus kalau belum kenal ya kenalan dulu. Terus nyoba masuk ke percakapan. Fiuhhh…

Pernah sih ngobrol seru soal pendidikan dan gerakan sosial sama salah satu kolega karena dia tahu saya pernah mengikuti program Indonesia Mengajar. Tapi selain itu kebanyakan basa-basi seperti nanya udah berapa lama kerja di organisasi ini, gimana cuaca di negara kamu (pernah pas Jakarta abis kebanjiran jadi ditanyain orang-orang deh huhu..), menurut kamu negara tuan rumah ini gimana, dll. Abisnya mau ngomongin apa coba, kalau ngomongin kerjaan kan udah mabok seharian ngebahas kerjasama bla bla bla… kebijakan bla bla bla. Kalau bos saya sih nggak tahu ya ngobrolin apa, mungkin ada semacam lobi cantik juga buat menggolkan suatu agenda. Entahlah. Yang jelas karena bosennya saya dan salah satu bos (maklum..bos saya banyak, saya kan anak bawang), kami pernah ‘cabut’ ga ikutan dinner padahal malam itu bos dari segala bos ada agenda ngasih speech. Hihi…

Intinya, saya suka berkenalan dengan orang baru, saya tidak benci keramaian, tetapi saya memilih ngumpul-ngumpul dengan orang yang memang dekat saja. Di tengah keramaian pesta ulang tahun itu, saya bilang sama tetangga yang duduk di sebelah saya bahwa saya capek dengan pesta semacam itu. Nggak bisa menikmati juga karena nggak merasa dekat, ngobrol (baca: teriak) masing-masing dan bukan ngobrol dengan semuanya. Dia yang orang Asia (walaupun sudah lama tinggal di Kanada) juga bercerita baru-baru ini dia diajak temannya ke sebuah pub dan dia pusing juga karena suara musiknya sangat keras.

Saya akhirnya kembali ke kamar saja. Orang tidak ada yang sadar juga kan kalau saya meninggalkan pesta itu. Yang penting saya sudah mengucapkan selamat kepada yang berulang tahun dan memberikan kado. Saya minta teman saya mengabari kalau yang ulang tahun mau tiup lilin, saat itu saya bisa lah setor muka lagi sebentar. Hehe..

1865143963390123180513

13 thoughts on “Pesta Teriak dan Basa-Basi”

  1. Kalo pestanya pake ajojing musik dipasang keras masih ok. Cuma kalo pesta yang ngga ada acara melantai tapi volume musiknya keras aku juga ngga suka Cha. Mana party disini cemilannya ngga seru lagi ah 😉

    Like

  2. jadi inget aku pernah ikut gathering cs ke taman bermain! hahaha.. naik puter2an sampe pusing, lalu makan poffertjes. ntar summer ada tuh 😉 enjoy!

    Like

  3. Bener banget cha…masih tidak bisa menikmati pesta dengan musik-musik keras atau yang absa-basi gitu. Sampai sekarang juga masih bingung apa kenikmatan yang bisa didapat dari dugem dengan musik berdentam-dentam. Jadinya malah pusing hihi. Lebih suka kumpul-kumpul yang personal, bisa berbincang santai dan dari hati-ke hati 🙂

    Like

Leave a comment