
Saya baru saja kembali dari ruang laundry di lantai satu untuk mengambil pakaian saya. Sebelum kembali ke kamar, saya mengecek kotak surat di ruang depan, di dalamnya saya menemukan surat dari Nederlandse Spoorwegen, perusahaan kereta Belanda.
Karena penasaran, saat di lift saya membuka amplop surat tersebut. Sekadar info, di asrama saya terdapat dua lift, yang satu untuk lantai bernomor genap dan yang satunya lagi untuk lantai bernomor ganjil. Kamar saya ada di lantai tujuh, namun karena lift lantai ganjil agak lama datangnya, saya akhirnya menggunakan lift genap dan memencet angka delapan. Jadi saya nanti tinggal turun satu lantai saja menggunakan tangga.
Saya keluar lift masih sambil membaca. Ternyata isinya pemberitahuan dan ucapan terima kasih telah mengaktivasi abodemen OV-chipkaart, kartu untuk fasilitas transportasi kereta dan bus di Belanda. Saya kemudian mencoba membuka pintu koridor saya. Anehnya pintu tidak juga terbuka setelah berkali-kali mencoba. Padahal tadi masih bisa digunakan di lantai satu. Oh ya, setiap penghuni asrama memiliki tiga kunci, yaitu kunci kamar, kunci kotak surat, dan kunci koridor yang juga berfungsi sebagai kunci fasilitas umum seperti pintu depan, pintu ruang laundry, pintu parkir sepeda utama, dan pintu parkir sepeda per koridor. Yang kunci terakhir ini yang menurut saya sangat canggih. Karena dengan kunci itu, saya dan penghuni lain yang tinggal di lantai berbeda bisa sama-sama membuka pintu untuk fasilitas publik, namun tidak bisa membuka pintu parkir sepeda dan koridor lain selain koridornya sendiri. Hehe..
Beberapa waktu lalu saya mendengar bahwa ada beberapa penghuni yang kunci umumnya tiba-tiba tidak berfungsi. Oleh karenanya, saya sempat berpikir jangan-jangan kunci saya juga rusak. Akhirnya saya memutuskan untuk memencet bel koridor. Syukurlah tanpa harus menunggu lama, ada yang membukakan pintu dari dalam. Saya mengucapkan terima kasih kepada gadis yang membukakan pintu. Saya tidak mengenalnya, jadi saya berpikir mungkin ia adalah teman dari salah satu tetangga saya. Dari dalam dapur saya mendengar sayup-sayup suara Humay, salah satu tetangga saya. Saya langsung menyimpulkan bahwa gadis tadi adalah teman Humay. Lho, tapi tadi Humay bilang mau keluar untuk nonton ke bioskop, kok dia belum berangkat juga ya? Tapi ya sudahlah… Saya tidak terlalu memikirkannya.
Saya terus berjalan sambil mata saya menatap ke surat yang ada di hadapan saya. Saya berjalan sampai ujung koridor, tempat kamar saya berada. Saat saya hendak membuka pintu, lagi-lagi kunci saya tidak berfungsi. Saya panik. “Ada apa ini? Kok semua kunci tiba-tiba tidak bisa digunakan?” pikir saya. Saya mengeluarkan kunci lalu mencoba membuka lagi. Tetap gagal.
Betapa kagetnya saya, tiba-tiba ada yang membuka pintu dari dalam. Hah?! Kok ada orang di kamar saya??
Butuh beberapa detik bagi saya untuk berpikir jernih. Orang itu kelihatan baru bangun tidur, dia menatap saya dengan bingung dan sebal. Mungkin dia jengkel dan berpikir siapa sih ada orang yang mencoba masuk dan memaksa membuka kamarnya.
Dalam beberapa detik itu saya tersadar. Saya salah masuk koridor. Koridor itu ada di lantai delapan. Saya baru ingat bahwa setelah keluar lift tadi saya belum turun satu lantai. Menjadi jelaslah mengapa semua kunci tiba-tiba tidak berfungsi karena itu bukan koridor dan kamar saya! Menjadi jelaslah mengapa saya tidak mengenal orang yang membukakan pintu dan mengapa Humay belum berangkat ke bioskop. Ya karena suara dari dapur itu memang bukan Humay.
Saya menyesal dan buru-buru minta maaf kepada di penghuni kamar. Saya bilang bahwa saya salah lantai. Dia bengong tanpa berkata-kata.
Huffft… Benar-benar bodoh.
Ada yang pernah salah kamar juga? Atau salah masuk kelas? Ruang rapat?
Berkunjung di Blue Building kadang2 buat sy bingung. koridor berdasar abjad, tidak sesuai dengan urutan lantai. Yang sudah 3 bulan tinggal di sana sj salah koridor, apalagi yang hanya sesekali berkunjung, tp untung belum pernah salah….
LikeLike
Hehe.. iya memang aneh sih kok nggak berurutan abjadnya. Jadi sekarang kalau mau berkunjung ke kamar teman emang nanya lantai kamarnya berdasarkan angka, bukan huruf. Tapi kalau kesalahan ini sih murni karena saya yang kelupaan turun satu lantai, bukan karena huruf. Soalnya pas mau masuk nggak lihat abjad koridornya, langsung buka kunci aja serasa itu udah di lantai 7. 😀
LikeLike
hahhaha epic !!!! :))
LikeLike
Hehehe… :p
LikeLike
hehehe..kocak
btw, ngeliat photonya berasa familiar, baru ingat bbrapa taon lalu pernah bbrapa kali maen ke groningen, pas ada teman yg kuliah disana, dan nginap di dorm itu 😀
LikeLike
Oh pernah main ke Groningen yaa.. Hehe..
Salam kenal, Mbak Mira! 🙂
LikeLike