Other Stories

Korban Labilisasi Cuaca

Telah ditemukan seorang korban labilisasi cuaca. Konon ia baru saja melewati medan perang berupa hujan deras disertai angin kencang yang membuat orang dan sepedanya hampir tertiup angin. Namun saat kembali ke peradaban, langit sudah cerah ceria lagi. Salah kostum, pemirsa. Demikian saya melaporkan dari Belanda bagian utara.

100_4005
Penampakan si korban

Jadi ceritanya cuaca kemarin tuh oke banget (untuk ukuran Groningen), yaitu mencapai 20 derajat celcius *sorak sorai*. Saya lihat di luar memang terang dan pas buka jendela berasa hangat. Tapi sayangnya kemarin saya berjibaku menyelesaikan baca paper untuk bahan tutorial sore harinya. Jadilah baru keluar sekitar pukul 15.30. Dan pilihan saya untuk memakai jaket tipis tidaklah keliru, bahkan kancingnya pun dibuka. *info penting*

Sesampainya di area kampus, saya sengaja muter-muter nggak jelas dulu demi menikmati bersepeda dalam kehangatan. Sore itu saya menemukan banyak orang yang memilih belajar di luar atau sekadar ngobrol-ngobrol bersama teman. Wah menyenangkan sekali kalau setiap hari begini. Tapi yaa.. saya tahu, mimpi itu nggak boleh ketinggian kan ya. *kemudian jatuh terhempas*

Demi membayar kekecewaan kemarin, saya dan Mbak Ami, salah satu teman sekelas, berencana untuk menikmati pemandangan musim gugur sambil foto-foto di luar sore ini. Menurut prakiraan cuara hari ini memang akan turun hujan dari pukul 13.00 sampai dengan 17.00 tapi sejak siang cuaca cerah-cerah saja tuh. Kami pun semakin optimis bahwa cita-cita mulia kami akan tercapai. Selesai tutorial pukul 15.45, langit bersinar cerah dan kami mulai bersepeda sambil berdendang kegirangan. Tujuan kami adalah Reitdiephaven, sebuah kawasan perumahan orang kaya di Groningen yang konon di belakang setiap rumahnya terparkir setidaknya sebuah boat. Tapi yang menarik bukan soal orang kaya atau bukan, melainkan rumah-rumahnya yang warna-warni. Ini nih saya kasih beberapa foto Reitdiephaven hasil googling.

reitdiephaven-groningen-361342
foto pinjam dari SINI
Foto pinjam dari SINI http://www.nationalgeographic.nl/fotografie/foto/reitdiephaven
Foto pinjam dari SINI 
008-16
Foto pinjam dari SINI

Kebetulan tempat ini letaknya tidak jauh dari kampus, tidak lebih dari sepuluh menit saja bersepeda dari Zernike Complex. Untuk menuju ke sana ternyata memang jalannya cukup sepi, sempat melewati padang rumput juga dimana sapi-sapi (sapi atau kuda ya tadi? hehe.. habisnya mereka nongkrongnya agak jauh sih) merumput dengan damai.

Ketika hampir sampai di tujuan, kami lihat awan menggantung makin rendah. Duh, sepertinya akan segera turun hujan. Namun karena sudah terlanjur kami meneruskan perjalanan. Sampai di Reitdiephaven kami tidak yakin di mana tempat terbaik untuk mengambil gambar agar rumah-rumahnya terlihat semua. Maklum lah, hanya bermodalkan google maps. Hehe..

Dan segini saja hasil jepretan pakai hape saya.

dengan editing Line Camera
dengan editing Line Camera

Terlihat kan bedanya. Hehehe.. Foto saya ini mendung banget. Dan juga saya baru sadar kalo posisi terbaik untuk mengambil gambar justru dari seberangnya supaya banyak rumah yang bisa masuk ke frame. Hehe.. Next time I’ll definitely go to this place again.

Eh eh tapi apa hubungannya sama judul tulisan ini ya?

Setelah jeprat-jepret sebentar, kami bergegas pulang agar tidak keburu hujan. Ehh..apa hendak dikata, hujan langsung turun begitu derasnya tak lama setelah kami mulai bersepeda. Tidak ada opsi berteduh karena jalanan kosong melompong dan hanya ada pohon-pohon kecil, padang rumput, dan rumah orang yang juga tidak persis di pinggir jalan. Setelah heboh mengenakan celana dan jas hujan, kami melanjutkan perjalanan.

Luar biasa. Ini adalah kali kedua saya bersepeda di tengah hujan dan angin yang dramatis. Namun kali ini lebih terasa bisa jadi karena benar-benar open space dan out of nowhere. Ditambah saat saya hendak berbelok ke kanan, angin malah membawa saya (dan sepeda) ke arah kiri. Setelah itu saya berhenti sebentar untuk kemudian kembali ke jalan yang benar, daripada ketabrak mobil kan yaa… (btw pernah ada salah seorang mahasiswa Indonesia yang tertiup angin *literally* dan tertabrak mobil sampai tangannya patah. hikss..)

Sebetulnya bukan masalah basahnya, toh saya pakai jas hujan lengkap. Tapi ya itu.. anginnya dahsyat. Muka ini kayak ditampar pakai air yang tajem-tajem (jadi inget istilah horizontal rain! indeed it was).

Beberapa menit kemudian saat mulai memasuki area kampus, tahu-tahu langit terang lagi dong. Hujan masih turun tapi tinggal gerimis. Aduuuh..ini cuaca benar-benar galau. Apalagi saat sampai di parkiran housing, hujan sudah berhenti, langit cerah, udara hangat, seolah tidak pernah terjadi apa-apa beberapa menit lalu. Menyisakan saya dan Mbak Ami dengan jas hujan basah. Salah kostum!

Ps. ada juga link foto-foto Reitdiephaven tampak atas di SINI

1865143963390123180513

17 thoughts on “Korban Labilisasi Cuaca”

  1. disini kmrmn juga ujan, tapi 13 derajat celcius, jadi ya rada2 gerah gitu deh, nanggung mw pake rain coat kepanasan, gak pake keujanan (dilema) …
    tapi uajn disini gak ganas loh Cha …

    Like

  2. Kalau di Palembang sini, bangunan berwarna warni seperti itu ada (deretan ruko di pasar 16 Ilir, pinggir sungai musi), namun sayangnya promo dari provider telpon seluler. Jadi, kalo rukonyo merah, ya dari simpati. Biru dari XL, kuning dari Indosat huhuhuhu. Bangunan tua jadi tak ubahnya kota selular 😦

    Cakep banget fotonya mbak (y)

    Like

  3. Bagus fotonya Icha. Belanda memang kendalanya ya cuaca. Aku suka hujan kalo lagi dirumah 🙂 Enaknya disini karena banyak yang naik sepeda kalo hujan pake jas hujan itu biasa. Sukses ujiannya ya Senin besok.

    Like

  4. bacanya kog ngakak ya.. *maafkan.. ga tahunya telah melewati badai, dan begitu tiba sudah cerah ceria lagi itu cuaca.. emang labil sementara.. tapi itu pengalaman yang dasyat.. emangnya ga dikasih tahu soal cuaca disana? kasian tuh yang terbawa angin dan nabrak mobil sampe patah tangannya.. mogamoga sehat semua dah..

    Like

      1. iya kakaku cerita kalu pernah terbawa angin saat ngotot belanja naik sepeda, kegeser tuh ga jalanjalan malah mundur.. tapi nekad pun orang sana.. itu yang namanya ditampar ujan, amboi ya.. tapi setidaknya jadi punya pengalaman..

        Like

Leave a comment