Sebagian orang memutuskan tidak jadi traveling saat tidak ada teman barengan. Saya sendiri justru agak kebalikannya, tidak akan memaksakan bergabung ke suatu kelompok yang saya belum terlalu kenal/cocok demi bisa ikut pergi ke suatu tempat.
Eh kedua kalimat di atas itu kebalikan bukan sih? Hahaha… Yaudah, anggap saja iya ya. *maksa*
Salah dua (bukan salah satu) perjalanan favorit saya adalah backpacking Asia Tenggara bersama Pupu (2010) dan solo backpacking ke Sumatra (2012). Berdasarkan pengalaman, ternyata saya lebih menikmati jalan-jalan sendiri atau dalam kelompok yang amat kecil alias dua orang saja (kalau sudah menikah nanti berduanya bisa sama suami dong ya. Haha… asiiik..).
Traveling Berdua sama Pupu
Pupu adalah teman sekantor saya sewaktu bekerja semi-volunteer di Kantor Urusan International UGM pada tahun terakhir kuliah. Orangnya well organized, well prepared, dan cekatan dalam banyak hal. Yang paling penting adalah bisa diajak senang dan susah, tahan banting, tidak rewel, dan tidak mudah mengeluh. Oh ya, satu lagi kemampuan wajib saat traveling adalah bisa tertawa dalam penderitaan sendiri. Haha… Soalnya suka ada saja ‘zonk’ selama perjalanan.
Awalnya perjalanan Asia Tenggara itu saya rencanakan sendirian karena saya malas untuk menyamakan jadwal dengan teman-teman. Intinya saya mau traveling setelah lulus dan wisuda, sedangkan teman-teman ada yang sudah mulai pelatihan kerja, mau cari-cari kerja, dan lain sebagainya.

Saat Pupu mau gabung sesuai dengan waktu yang saya tentukan, saya malah merasa terbantu. Itinerary yang tadinya tanggung jawab sendiri, sekarang dibagi jadi tugas berdua. Berbagai info juga terasa lebih lengkap karena ada dua kepala yang mencari sana-sini.
Lalu apa bedanya dengan traveling rame-rame? Traveling berdua itu lebih mudah saat mengatur waktu dan mengakomodasi keinginan masing-masing individu. Kalau rame-rame, yang satu mau ke sini, yang satu mau ke sana. Beberapa pengin cepet, yang lainnya pengin pelan-pelan. Intinya kalau lebih banyak kepala ya lebih banyak hal-hal yang harus dikompromikan.
(Baca di SINI , di SINI dan di SINI untuk catatan pembuka dan penutup dari perjalanan saya dan Pupu. Baca tulisan berseri yang lengkapnya juga boleh kalau nggak capek, soalnya banyaak..haha..)
Traveling Sendirian

Saya pernah menulis tentang solo traveling di SINI. Kelebihan solo traveling ya apa-apa terserah diri sendiri. Kalau capek ya istirahat, kalau kuat ya teruskan perjalanan. Kalau ngantuk ya tidur dulu, kalau laper ya makan saja. Haha… Kalau jatuh? Bangun sendiri. :p
Nggak enaknya ya kalau tiba-tiba pengin ngobrol dan pas nggak ada siapa-siapa, nggak ada backpacker lain atau siapapun yang bisa diajak ngobrol. Tapi zaman sekarang sih asal baterai gadget terisi penuh kayaknya orang santai saja ya. 😀 Saya sendiri suka membaca buku di perjalanan untuk mengisi waktu luang. Kalau kangen rumah dan orang terdekat ya tinggal telepon aja.
Traveling Rame-rame?
Saya juga pernah kok traveling rame-rame. Diantaranya ada yang ikut komunitas, yaitu perjalanan ke Bromo – Malang – Sempu pada tahun 2008 dan ke Pulau Sebesi dan Krakatau pada tahun 2012. Selain itu, pastinya pernah juga jalan-jalan bersama beberapa teman dalam kelompok yang cukup besar (cukup besar bagi saya adalah empat orang atau lebih).
Kalau traveling bersama komunitas, biasanya itinerary sudah ditentukan oleh panitia, jadi semua beres dan kita tinggal ikut sesuai jadwal saja. Nah kalau traveling rame-rame bersama teman, pasti ada ceritanya sendiri-sendiri.
Salah dua perjalanan rame-rame favorit saya adalah (bermimpi) ke Bali dan Lombok ala teman-teman kantor di UGM dan perjalanan ke Koba dan Kurau bersama beberapa teman KKN di Pulau Bangka.
Traveling dalam kelompok yang lebih besar itu memang memiliki tantangan tersendiri seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Tapi dalam waktu yang sama sebenarnya kita juga dituntut untuk belajar tenggang rasa, saling menghormati, bernegosiasi, mengemukakan pendapat, dll. Ya sama saja seperti dalam suatu organisasi, ada tujuan yang mau dituju dan bagaimana cara untuk mencapainya bersama-sama.


Sisi positif dari traveling dalam kelompok besar menurut saya:
Division of Labor
Meminjam istilah ekonomi, enaknya dari traveling ramai-ramai adalah bisa bagi-bagi tugas dan tiap orang tugasnya jadi lebih sedikit dibandingkan (misalnya) kalau traveling berdua. Baru-baru ini saya traveling ke Belgia bersama empat orang teman. Satu orang mendapatkan tugas membuat itinerary satu kota (saja). Kemudian ada beberapa orang yang khusus mencari jadwal kereta dan melakukan pembayaran online, jadi yang lain tinggal bayar saja. Enak kan? Hehe…
Bagi-bagi biaya perjalanan
Di Belanda, misalnya, ada promo khusus group tickets untuk grup mulai dari empat sampai dengan sepuluh orang. Harga tiketnya jauh lebih murah dibandingkan beli tiket satuan. Kalau di Indonesia, misalnya, ada daerah-daerah yang mengharuskan menyewa mobil karena tidak tersedianya transportasi umum. Nah kalau rame-rame jadi bisa dibagi biayanya.
Selain biaya transportasi, bisa bagi-bagi juga untuk biaya akomodasi juga. Kalau traveling sendiri, saya lebih memilih mencari host lewat couchsurfing atau tinggal di rumah teman yang dikenal. Kalau berdua atau bertiga bisa cari hostel. Kalau lebih banyak malah enakan sewa apartemen atau flat sekalian ya (misalnya lewat airbnb.com), bisa lebih murah.
Saya pernah mengulas tentang pilihan akomodasi di SINI.
Bagi-bagi Barang Bawaan
Masih terkait dengan poin satu sih. Poin ini sebenarnya baru kepikiran pas di perjalanan kemarin. Berdasarkan pengalaman, walaupun kaum wanita sudah berusaha menghemat pakaian yang dibawa, tas tetap saja penuh oleh perlengkapan mandi dan perawatan tubuh, alat solat, kosmetik, dan barang printilan lainnya.
Kali lain sih untuk perlengkapan mandi dan perawatan tubuh bisa bagi-bagi. Misalnya si A membawa sabun, B membawa sampo, C membawa body lotion, dll. Kecuali kalau ada orang yang harus banget pakai produk tertentu sih. Hehe…
In case of emergency…
Amit-amit semoga nggak terjadi, tetapi kalau ada hal-hal darurat dalam perjalanan, akan lebih mudah saat kita traveling bersama-sama. Entah kecelakaan, kehilangan dompet, dan kejadian lainnya.
Bagi-bagi Makanan
Selain bagi-bagi makanan bekal, bisa juga bagi-bagi makan yang dibeli selama perjalanan. Misalnya makanan yang porsinya besar sementara kita hanya mau mengganjal perut saja. Bisa saja kita membeli tiga porsi untuk lima orang kemudian dimakan bersama. Hehe.. (tapi ini tergantung jenis makanannya ya).
Any other ideas? 😉
Aku kyknya belum berani jalan2 sendirian sih. Dua kali jalan2 selalu sama 2 orang teman dan asyik banget. Hehe
LikeLike
Traveling itu ya senyamannya kita saja ya, Mbak. Hehe.. Kita juga nggak bisa membandingkan perjalanan kita dengan orang lain karena preferensinya berbeda. 🙂
LikeLike
Yang jalan berdua itu aku setuju bgt. Gak terlalu ngerepotin. Kalo rame-rame kan mesti pertimbangin si ini si anu si itu.
Tapi aku masih punya mimpi pengen nyoba yang bener-bener solo traveler. Semoga kesampean secepatnya yaaa. Eh yg buat traveling berdua suami juga kayaknya asik tuh… *huu maunya
LikeLike
Yuppp. Semoga kesampaian ya, winda. Pas jalan2 sendiri itu malah seringnya kita nambah temen baru lho dibandingkan jalan2 sama teman.
Traveling bareng suami ya nanti ada saatnya. 😉 Amin..
LikeLike
Aaamiiin 🙂 🙂
LikeLike
Lebih suka travsling dengan jumlah teman yang kecil, paling enak berdua atau bertiga saja. Dan setuju banget, paling suka sama teman traveling yang bisa diajakan menertawakan kesialan kita sendiri, syukurlah sudah nemu yang teman traveling kayak gitu. Pengalaman pas traveling rame2, pernah kita misah karena pengennya ke obyek yang beda, tiga orang kemana, tiga orang lainnya ke obyek yang berbeda, trus kita janjian ketemu di suatu sempat. Dengan begitu semuanya senang, gak perlu memaksakan pergi ke destinasi yang gak disukai, kuncinya komunikasi dan kompromi 🙂
LikeLike
“…kuncinya komunikasi dan kompromi” << setuju!!
LikeLike
Aku suka travelling sendiri, berdua atau rame – rame. Tip untuk travelling rame – rame adalah janjian sebelum travelling misalnya: ngga harus selalu bareng jalan/mengunjungi obyek wisata tertentu (minat orang beda), bagaimana pembayaran makan bareng, akomodasi dll. Ini perlu untuk menghindari kompromi ditempat & yang lebih penting lagi menghindari ribut. Teman dekat bukan otomatis berarti travel buddy yang cocok.
LikeLike
Makasih tipsnya, Mbak. 🙂
Teman dekat bukan otomatis berarti travel buddy yang cocok.<< betul banget. bahkan malah bisa jadi bermasalah ya abis traveling bareng hehe…
Oh ya, aku pernah juga traveling bareng dan udah menghitung budget di awal. Jadi sebelum berangkat, kami udah 'deposit' uang ke satu orang, jd dia yg bertindak sbg bendahara. Enaknya adalah nggak perlu ngeluarin uang lg tiap mau makan atau bayar2 tiket. Di akhir perjalanan baru itung2 lg kalo ada kurang atau kelebihan uang. 😀
LikeLike
aku paling suka jalan ber4 kalo jalan di Indo karena murah di bagian bagi2 sewa mobil/transportasi atau kamar heheehe. kalo ganjil kasian, entar ada yg bengong pas di kendaraan hahaha. kalo sendirian suka juga tapi mesti ke daerah yg udah kenal, kalo baru rada2 kagok
LikeLike
hehe..betul tuh soal jumlah yang ganjil, pasti aja ada yg kesisa satu buat akomodasi dan transportasi khususnya. 😀
LikeLike
kl traveling sendirian itu ga enaknya kl mau poto gada yang bisa motoin. hehe. terus kl mau cari penginapan juga mesti sewa kamar ditanggung sendiri. tapi ya enaknya itu, bebas banget, bisa menikmati perjalanan lebih bebas dan merdeka. hoho
LikeLike
iya emang.. untungnya selalu ketemu orang yang nawarin fotoin gw padahal gw ga minta hehe.. dan kebantu sama camera timer kok, ludi.. 😉
kalo buat akomodasi, makanya pas traveling sendiri gw banyakan nginep di rumah temen (lama atau baru), lumayan jd silaturahim dan nambah keluarga. 🙂
LikeLike
oiya boleh juga tuh idenya
tadinya gw mau ke bali-lombok gitu, tapi gw belum pernah, dan kayanya kl sendirian serem juga
btw waktu lo ke pulau weh nginep dimana dan transportasi di sana pakai apa?
LikeLike
klo saia sih senengx rame2 tante, minimal bedua lah.. tpi intix bagi saia temen perjalanan saia harus udah kenal akrab, klo msh kenalx separoh2 saia males kak, ntar gak bisa becandaan lg.. betol gak.? “udah iyain aja tante”
LikeLike
Hehe.. makasih buat komentarnya. Intinya sih nggak ada rumus pasti buat traveling, semua tergantung pilihan masing2 ya. Bahkan jalan sama sahabat yg udah kenal lama juga nggak menjamin traveling kita menyenangkan lho. Somehow situasi2 saat traveling membuat kita harus membuat keputusan yang berbeda dgn kehidupan sehari2. 😀
LikeLike
setuju sama @pemikirulung. Kalo sendirian ga ada yang bisa motoin & patungan hehe. Menurutku teman travelling haruslah yang koplak & cerewet supaya jalan2 lebih rameee. Entah dah ga bisa bayangin kalo temen traveling kita adalah ahli kebatinan. Banyak diemnya dan mbatin muluu 😛
Saya suka baca berkali2 bukunya Marina Kusumawardhani yang backpacking 6 bulan ke eropa itu dan dia sendirian. o.0
LikeLike
Wah, itu juga salah satu buku traveling favoritku. Dan dia nulis itu pas orang lain belum banyak nulis buku ttg perjalanan ya. 🙂
LikeLike
kalo aku si tergantung kak. sbnernya paling suka traveling sendirian krna entah knpa jd lebih bs ngerasaain “feel” kota itu, bahkan klo couchsurfing atau stay di rumah temen erasmus yg mmg locals di kota tsbt.
setuju kak. traveling rame2 mbuat byk belajar. tp aku ga bgtu enjoy klo grupnya gedhe banget kebanyakan krna lbh makan waktu mnentukan tujuan/mau ngapain. lain kasus kalau tujuannya cm satu, misalnya mendaki gunung.
LikeLike
Sama kok bhel.. lebih suka sendiri atau dalam grup kecil. I just tried to see the bright side dari jalan rame2 hehe.. 😀
LikeLike
I vote solo traveling! Saya ngerasa kalo traveling sendiri bisa lebih cepat nge-blend dengan local ataupun sesama traveler yang jalan sendiri. Selain itu lebih merdeka, mau jalan santai atau in a rush, no complaining at all. Bawa tripod supaya tetap ada foto sendirinya..hehe.
Tapi bukan berarti saya anti traveling in a group, saya malah lebih sering jadi volunteer organizer kalo teman-teman saya butuh jalan-jalan..:)
Nice blog anyway.
LikeLike
Halo Mas Fiqy.. Salam kenal yaa.. Aku udah follow blognya juga. Seru2 cerita jalan2nya. 🙂
Iya memang tergantung gimana kita menikmati aja. Tapi jalan2 sendiri atau dalam kelompok keicl memang lebih menyenangkan. 🙂
LikeLike
Hi Maisya, thanks for following 🙂
Dua tahun lalu saya juga pengen lanjutin studi di Groningen, sampai sekarang belum kesampaian. Boleh ya nanti nanya2 tentang disana… 🙂
LikeLike
Siap, mas! 🙂
LikeLike
halo mbak salam kenal..
lagi nyari soal solo traveling cewek nyasar kesini, masih newbie banget pengen solo trip tapi kok takut hahaha
biasanya selama ini paling sering traveling berdua.
harus berani sendiri ya walaupun cewek
oke deh semangat 😀
LikeLike
Itu pada pake sepatu boot semua yak *salah fokus 😀
Aku lebih sering traveling ber-2, paling rame cuma ber-4 pas di Islandia
LikeLike
Hehe.. Ini berlima karena kebetulan se-fakultas dan jadwal liburnya barengan. Iya pakai boots dah lumayan dingin soalnya bln November waktu itu. 😀
LikeLike
Susah aku kalo ngumpulin temen sebanyak itu, nggak pernah bisa. Ah di amsterdam dan negara tetangga mah emang dingin sih bulan Oktober juga
LikeLike