Asia, Traveling

Mabuhay, Manila!

Pertama-tama, jangan nodong oleh-oleh dulu ya. 😉

Jadi ceritanya kemarin itu business trip ke Manila pada tanggal 19-23 Januari dalam rangka meeting suatu organisasi kerjasama regional (sebut saja namanya Bunga #eh). Peran saya di situ adalah pembantu umum, jadi pikir-pikir dulu kalau mau merasa kagum. :p (siapa juga yang kagum?)

page2
Atas: Jeepney dari dekat
Bawah: Antre jeepney di sekitar Greenbelt, Makati

Sebenarnya saya memang ada keinginan jalan-jalan ke Filipina, salah satunya adalah for the sake of meeting old friends. “Ih…Filipin mah nggak seru..biasa aja…” Ada yang bilang begitu. Tetapi bagi saya setiap tempat pasti punya keunikan. Yah kalau mengincar keindahan alam sih kelilingi saja dulu Indonesia. Namun sebagai penyuka wisata kota dan sejarah (tanpa mengurangi rasa cinta terhadap alam), saya tetap penasaran terhadap salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara itu. Dalam hal kebudayaan, kuliner, dan lainnya, pastilah juga ada yang berbeda.

Terlalu berlebihan kalau saya bilang saya sudah mengenal Manila. Selama lima hari tersebut, sebagian besar waktu saya habiskan untuk ‘mendekam’ di hotel karena meeting dan berbagai diskusi Working Groups dihabiskan di dalam ruangan. Namun saat ada kesempatan melihat dunia luar walaupun sekejap, saya mencoba mengamati sekitar, merasakan, dan merekamnya dalam ingatan.

Manila Macet?

5
Salah satu ruas jalan di Makati

Dari Bandara Ninoy Aquino, kami menuju hotel di wilayah Makati. Di beberapa ruas jalan memang agak padat, namun syukurlah saya tidak merasakan kemacetan ala Jakarta yang cetar membahana. Pun ketika pulang menuju bandara, jalanan terbilang lancar meskipun dalam waktu sibuk saat jam pulang kantor. Di sepanjang jalan, kita akan melihat angkot khas Manila berseliweran, mereka menyebutnya jeepney. Dibandingkan angkot atau mikrolet di Indonesia, jeepney bisa mengangkut lebih banyak penumpang karena ukurannya lebih panjang. Bahkan saya sempatkan menghitung berapa jumlah orang yang dapat duduk di satu baris. Satu baris dapat diisi Sembilan orang, jadi dalam kursi berhadapan di dalam jeepney, setidaknya 18 orang bisa terangkut. Kursi di samping pak supir juga bisa diisi satu atau dua orang.

Satu hal menarik yang saya amati, di bagian belakang semua angkutan umum di Manila terdapat tulisan “How’s my driving? Call xxxx yyyy”. Tulisan tersebut tak hanya di taksi melainkan juga di bus kota dan jipney. Saya menyimpulkan (secara sok tahu) bahwa hal ini menunjukkan perhatian yang baik tehadap kepuasan dan kenyamanan penumpang dan pengguna jalan lainnya. Tiba-tiba saya teringat salah satu bus Mayasari yang tulisan nomor pengaduan konsumennya dicoret dengan sengaja oleh oknum yang entah siapa. Errr…. Kepada siapa aku harus mengadu? *menangis terisak*

Anak Gaul Makati

Dalam penerbangan ke Manila, saya membaca majalah di pesawat yang kebetulan memuat sebuah ulasan tentang Manila. Katanya kota ini cukup rumit mengingat banyak sekali wilayah yang berbeda di dalamnya. Ada Metro Manila, Quezon City, Makati, dan lainnya, yang masing-masing memiliki semacam segmen tersendiri. Makati sendiri termasuk distrik bisnis. Di sana terpusat gedung-gedung perkantoran serta hotel dan pusat perbelanjaan. Kalau di Jakarta mungkin seperti Sudirman Central Business District (SCBD). Namun Makati Business District ini lebih luas dan memiliki sarana bagi pejalan kaki yang amat layak (oh you know how I love walking!). Selain itu, pusat perbelanjaannya terkoneksi antara satu dengan lainnya. Mereka bisa saja di jalan yang berseberangan namun dihubungkan dengan jembatan. Beberapa pusat perbelanjaannya juga terhubung langsung dengan stasiun MRT (Oh ya..you should know that Manila has MRT. So why does Jakarta still stuck with that ugly Metro Mini and Kopaja? Hufffft…).

IMG_20130120_190334
Dinner at Lorenzo’s Way

Mungkin timbul pertanyaan, katanya saya ‘mendekam’ di hotel, tetapi kok tahu soal pusat perbelanjaan di Makati? Begini ceritanya, Kawan. Di malam kedua ada program dine around. Bagi para member organisasi bernama ‘Bunga’ tadi, mereka diundang dan dijamu makan malam di kediaman beberapa orang penting (pengusaha) di Filipina. Sedangkan para staffer mendapatkan voucher makan di Greenbelt 5, salah satu tempat nongkrong bergengsi di Makati. Staffer boleh memilih satu dari lima restoran yang direkomendasikan panitia. ‘Sialnya’, saya yang seorang staffer malah mendapat undangan makan malam di rumah pengusaha, padahal saya mau menikmati udara kebebasan tanpa basa-basi perbincangan dunia ekonomi dan bisnis. Atas masukan dari Mbah Senior Advisor di kantor saya (beliau mendapat voucher Greenbelt), saya diajak melarikan diri ke Greenbelt. It was fun! Akhirnya berkumpullah empat orang staffer dan seorang tamu KBRI yang makan bersama di Greenbelt dengan menggunakan tiga voucher saja. 😀

Tadinya ingin mencari oleh-oleh seusai makan. Namun apa daya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat kami selesai makan. Akhirnya kami hanya berputar-putar di sekitar Greenbelt memandangi toko yang kebanyakan sudah tutup. Kata Tanya, salah satu teman Filipino saya, tempat yang oke untuk mencari souvenir adalah di Kultura. Toko tersebut berada di SM Makati, salah satu mal yang ada di sana.

Orang Filipina dan Bahasa Inggris

Dari semua teman Filipina yang saya kenal, serta backpacker Filipina yang pernah saya temui di perjalanan, mereka memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup bagus. Menurut teman saya, Horeb, bahasa Inggris memang umum digunakan di sekolah-sekolah. Selama kegiatan pertemuan saya selama di Manila, ada pula para mahasiswa yang menjadi relawan mengurus acara dan logistik. Dan mereka terbilang fasih berbahasa Inggris serta komunikatif. Bahkan saya juga sering mendapati mereka menggunakan bahasa Inggris saat mengobrol satu sama lain. Saat berjalan di sekitar hotel dan saya bertanya secara random kepada orang yang saya temui pun, mereka menjawab dengan bahasa Inggris yang baik.

Pada saat Gala Dinner, ada beberapa penyanyi papan atas Filipina yang tampil dengan sangat luar biasa, salah satunya adalah Gary Valenciano (kata Tanya, ia dikenal dengan sebutan Mr. Energy karena sangat enerjik tentunya). Pria berusia 48 tahun ini terlihat masih awal 30-an. Selain tampang yang tampan dan suara yang merdu, menurut saya kelebihannya adalah ia mampu berkomunikasi dengan penonton. Di sela-sela menyanyi, ia mengajak ngobrol dan bercerita, dari mulai hal-hal ringan sampai dengan serius. Tentu saja dalam bahasa Inggris karena tidak semua penonton mengerti Tagalog. Saya rasa kemampuan bahasa Inggris dan pembawaan mereka yang mudah berinteraksi membuat tenaga kerja Filipina tersebar di berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Mereka bukan bekerja sebagai pembantu rumah tangga maupun pekerja kasar, melainkan di sektor jasa formal (sila cek poea.gov.ph).

Bertemu Kawan Lama

Oh ya, tentu saja ini yang paling saya tunggu-tunggu. Di hari pertama sebelum rangkaian acara dimulai, saya mencuri waktu selama satu jam untuk bertemu Tanya dan Horeb. Mereka adalah dua teman Filipino yang saya kenal saat pertukaran pelajar di Daejeon University, Korea, tahun 2007 lalu (Ya ampuuun…itu sudah lama juga ya). “Icha, you are the most successful ASEAN fellow in term of visiting and having reunion with other ASEAN-ers,” kata Horeb. Sejak berpisah di akhir 2007, saya sudah bertemu kembali dengan sepuluh dari 16 orang dari mereka, baik saat student conference di Jepang pada 2009 maupun backpacking pada 2010 lalu. Kami kemudian saling bercerita tentang kehidupan sekolah, pekerjaan, pertemanan, asmara (jika ada :p), dan keluarga. Ada cerita lucu, senang, sampai sedih.

Tanya, Icha and Horeb
Tanya, Icha and Horeb
IMG_20130120_225835
Icha & the souvenir

Tanya kemudian menyimpulkan, “Each of us had experienced the lowest point in life.”

“Yes, and here we are now…moving forward,” saya menambahkan.

Sebelum saya harus pamit karena ada panggilan pekerjaan, Tanya dan Horeb memberikan sebuah bingkisan dari Kultura. Ada tas, gantungan kunci, dan pulpen. Sedangkan saya hanya membawa kartu pos edisi Batik Indonesia karena tak sempat membeli oleh-oleh dari Indonesia. Hihi… Saya dan Tanya kemudian bertemu lagi di malam terakhir sebelum saya meninggalkan Manila. Tanya menginap di kamar saya dan kami mengobrol sampai malam. Saya dan Horeb akan segera bertemu lagi karena kami akan menghadiri pernikahan Hajar, salah satu teman ASEAN kami, di Termeloh, Pahang, Malaysia. It’s always nice to have sweet reunion with old friends! 🙂

*Oh ya, bagi yang menanyakan oleh-oleh, mohon maaf waktu saya sempit sehingga hal tersebut bukan menjadi prioritas. 🙂

A17D533814F5A072D998E94BEDF101B5

Advertisement

5 thoughts on “Mabuhay, Manila!”

  1. Icha! It was so nice to see you again! Do you have translation in Eng? I very much would like to know about your experience and thoughts about Manila. Anyway, wait for me when I visit you to attend your wedding or visit you at Jakarta, Bali or Yogyakarta! :-p

    Like

  2. Saya terharu membacanya…Senang sekali bisa mempunya banyak teman di beberapa negara tetangga dan bahkan bisa menjadi seperti keluarga. Benar2 nice experience. Salam kenal Icha…

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s