Other Stories

Berjumpa Sahabat Pena #1

Siapa yang waktu SD dulu hobi menulis biodata di diary? Hehe.. Saya masih ingat kebiasaan itu, teman-teman di sekolah saling bertukar diary untuk mengumpulkan biodata. Maklum, dulu belum era jejaring sosial via internet, jadi begitulah cara kami berjejaring. Data diri yang biasanya ditulis antara lain nama, kelas, sekolah, alamat, hobi, sampai cita-cita. Tak jarang biodata tersebut diberi bonus pantun.

Bandung dulu baru Jakarta

Senyum dulu baru dibaca

 ——————

Buah jeruk buah delima

Tulisan buruk jangan dihina

Salah satu koleksi perangko (75 Tahun Perkumpulan Filatelis Indonesia)
Salah satu koleksi perangko (75 Tahun Perkumpulan Filatelis Indonesia)

Berbicara soal hobi, waktu kecil dulu kalau menulis di diary saya pasti menyebutkan hobi membaca, menyanyi, bersahabat pena, dan filateli. Nah hobi ketiga dan yang terakhir itu erat sekali hubungannya. Selain karena mendapat ‘warisan’ koleksi perangko dari Mama, hobi filateli alias mengoleksi perangko juga didukung oleh berbagai perangko yang saya dapat dari bersahabat pena. Lalu bagaimana ceritanya saya bisa punya sahabat pena?

Alkisah, dulu Papa langganan Republika. Edisi yang paling saya tunggu adalah edisi hari Minggu karena ada suplemennya, yaitu Korcil (Koran Kecil). Waktu itu saya belum mengenal Bobo karena di sekitar tempat tinggal saya tidak ada yang menjual (maklum bukan di kota besar). Jadi keberadaan Korcil yang berisi konten anak-anak sangatlah menghibur.

Iseng-iseng saya mengirim surat pembaca (via pos, email belum populer) ke Korcil yang isinya beberapa pertanyaan dan diakhiri dengan ajakan bersahabat pena untuk para pembaca Korcil lainnya. Tak perlu menunggu satu bulan, surat-surat berdatangan ke alamat saya. Sungguh rasanya senang bukan kepalang. Bangga rasanya, layaknya artis yang menerima surat dari penggemar. Hehe..

Lewat bersahabat pena, saya jadi tahu lebih banyak tentang kota-kota lain di Indonesia. Mungkin saya tak akan pernah tahu ada daerah bernama Salonsa (Soroako, Sulsel) kalau saya tidak bersahabat pena dengan Nirmala Andary atau biasa dipanggil Niken. Saya juga tak akan mengenal Binjai, salah satu kota di Sumatera Utara, jika saya tak bersahabat pena dengan Sari. Palu mungkin hanya akan saya kenal sebagai nama sebuah benda sampai saya bersahabat pena dengan Nurmala yang berasal dari Palu, Sulawesi Tengah (Gosh, I still remember their names! :’)). Bersahabat pena membuat Indonesia terasa lebih nyata bagi saya.

Selain kota-kota yang saya sebutkan tadi, masih banyak kota lainnya tempat sahabat pena saya berasal, di antaranya Jakarta, Bogor, Bandung, Tasik Malaya, Sukabumi, Brebes, Jogja, dan Kutai. Saat berkirim surat, biasanya kami bercerita tentang  kehidupan sehari-hari seperti sekolah, keluarga, sahabat, juga tempat-tempat wisata dan kebiasaan yang ada di daerah masing.masing Kami juga saling bertukar foto. Seru juga ketika akhirnya bisa melihat gambar diri mereka setelah selama ini hanya membayangkan lewat tulisan.

Selain bertukar foto, kami juga suka bertukar hadiah. Waktu saya ulang tahun ke-12, Niken memberi saya bando dan pembatas buku Mickey Mouse & Winnie the Pooh hasil karyanya. Niken buat saya seperti kakak sendiri. Kami bersahabat pena cukup lama, bahkan ketika Niken melanjutkan SMA ke Surabaya, kami masih saling memberi kabar. Sayangnya setelah itu ia bagai hilang ditelan bumi. Surat saya tak berbalas lagi. Saya kirimi ke alamatnya di Soroako juga tak ada jawaban. Usaha saya tak terhenti sampai era Google dan Facebook. Namun ia tetap tak bisa dilacak. Sedih rasanya.

(bersambung)

Ps. Di tulisan kedua nanti, saya akan cerita bagaimana persahabatan kami bertahan melewati berbagai perkembangan teknologi. Bagaimana nasib sahabat pena saat surat tergantikan email dan jejaring sosial? So, stay tune ya, pemirsa! *sok asik*

 

16 thoughts on “Berjumpa Sahabat Pena #1”

  1. *ngacung.. daku dong masih nulis diari sampe sekarang, juga masih berkirim surat pake perangko pun kartu bikinan sendiri dan kartu pos..
    blom lama daku posting kog kartu pos dari nurnberg..

    sahabat pena daku dulu itu dikenalin dari anak temennya babe daku yang pergi perang saat daku kecil.. darimanamana deh.. tapi lama ga kontakan lagi nih ya..

    Like

    1. Iyaah..aku kan waktu itu ngintip kartu-kartu bikinan Mbak Tintin di MP. Itu postingannya diimpor semua ga, Mbak? Biar bisa ngintip lagi. Hehe..

      Aku juga mulai berkirim surat dan kartu pos lagi pakai perangko. Eh itu pergi perang kemana maksudnya, Mbak?

      Like

  2. Hiyaaaaah… Abis baca tulisan ini aku juga jadi ingat sahabat penaku di Lampung. *mata berkaca-kaca, terharu*.
    Ceritanya persis sama tuh, kirim-kiriman surat sampai lulus sekolah, terus tiba-tiba hilang ditelan bumi. (lanjutannya nanti di komentar tulisan lanjutannya aja) Hahahaha

    Like

  3. Hadirilah TEMU AKRAB SAHABAT PENA INDONESIA tanggal 27 Desember 2013 di Amphiteater Perpustakaan Bung Karno jam 19.00 WIB dengan menampilkan GELAR SEMARAK (Pagelaran Senibudaya dan Makanan Rakyat). Keterangan lebih lanjut hubungi Panitia di HP.0852.3569.2727. Raden HARI SUNARYANTO (Bung Hari).

    Like

  4. Hari lahir LSM SAHABAT PENA INDONESIA (SPI) tgl 27 Desember 1990 kami jadikan sebagai HARI KASIH SAYANG NASIONAL disingkat HAKASANA. Hakasana kali ini di laksanakan di Amphiteater Perpustakaan Bung Karno Jalan Kalasan No.1 Kota Blitar. Bagi Anda yang berminat mengikuti acara tsb silakan segera hubungi Raden HARI SUNARYANTO (Bung Hari). HP.0852.3569.2727 E-mail : bungharispi@yahoo.co.id. Terimakasih. Merdeka.!

    Like

  5. membaca tulisan maisya, serasa menceritakan tentang sesuatu yang pernah saya alami sendiri. antara tahun 93 hingga 98, saya banyak berkirim surat dan menjalin sahabat pena. masa masa surat menyurat itu sungguh sangat indah. semua surat menyurat yang terjadi dimasa itu saya simpan hingga saat ini. kadang saya buka buka kembali dan baca surat surat itu, menetes air mata, bukan karena sedih, tapi karena indahnya masa masa itu. rasa sensasional, susah diucapkan dengan kata kata. seandainya dulu antara saya dan maisya menjalin sahabat pena, mungkin akan lebih sensasional lagi.

    Like

Leave a comment