Indonesia, Traveling

[SumateraTrip-7] Sendiri di Singkarak

Sawahlunto baru memulai kesibukan pagi sementara saya dan Chaul berada di daerah Pasar Remaja menuju pool bis Jasa Malindo. “Ini, bawa aja…” Chaul menyodorkan sebuah kotak makan berisi lontong sayur. “Nggak usah, Ul. Kapan gue balikinnya? Gampang lah nanti gue beli sarapan sendiri. Makasih banyak, Ul.” Adegan saling menyodorkan kotak makan berlangsung beberapa saat sampai akhirnya saya menyerah. Tak tega karena pagi itu Chaul sudah ditunggu temannya untuk berangkat bersama ke Puskesmas Silungkang untuk jaga.

Terima kasih, Chaul! Tiga hari sudah saya merepotkan Chaul di Sawahlunto. Tiba saatnya saya beranjak meninggalkan kota kecil nan tenang dan nyaman yang menjadi salah satu favorit saya. Tujuan selanjutnya adalah Bukittinggi. Saya sengaja memilih minibus dengan jalur melewati Danau Singkarak karena saya ingin singgah sebentar disana. Perjalanan Sawahlunto – Bukittinggi total memakan waktu sekitar 2,5 jam. Minibus yang saya tumpangi ini juga melewati Solok. Dari sana, cukup banyak penumpang yang baru naik dengan tujuan ke Bukittinggi.

Dalam 1,5 jam setelah menginggalkan Sawahlunto, saya sudah bisa melihat hamparan danau yang begitu luas. Nah ini dia Danau Singkarak, danau terbesar di Sumatera Barat yang berada di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Nama Singkarak semakin mendunia sejak Kemenbudpar (2009) mengadakan kegiatan tahunan Tour de Singkarak yang merupakan kejuaraan balap sepeda yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara. Danau ini menjadi salah satu jalur lintasan balap sepeda tersebut.

Saya tidak turun dari minibus Jasa Malindo tepat di kawasan wisatanya karena tak ingin terlalu ramai. Tak lama setelah melewati kawasan wisata, salah seorang penumpang meminta supir memberhentikan minibus. Dari situ saya berjalan sedikit dan memilih warung tempat saya duduk-duduk bersantai.

Pagi hening di Singkarak

Banyak yang mengatakan, hal istimewa dari solo backpacking adalah menikmati kesendirian. Kita akan sering menjumpai momen me-time dimana kita bisa duduk merenung, menghabiskan waktu sendiri dengan membaca buku, atau  sekadar mengamati suasana di sekitar kita. Itulah yang ingin saya lakukan di tepian danau ini.

Saya memesan segelas teh panas dan menyesapnya perlahan. Nikmat. Dalam hening, saya memandangi luasnya Danau Singkarak. Di sebelah saya hanya ada satu ransel besar yang duduk tegak seolah meyakinkan bahwa saya tak sendiri. Saya memandang ke arah danau lagi. Ada seorang pria di atas perahu yang sedang mencari ikan. Menyapu pandangan ke sisi lain, saya melihat seorang wanita. Pakaiannya sudah basah sampai ke dada karena ia masuk ke danau. Sebelah tangannya memegang baskom kecil yang ada di atas kepalanya, sebelahnya lagi sibuk mencari sesuatu di air.

“Susahnya cari makan ya. Air danau ini dingin sekali lho.” Tiba-tiba ibu pemilik warung mendekat ke arah saya. Nampaknya ia mengamati saya yang sedari tadi memandangi danau. “Itu dia sedang cari pensi,” sambungnya.

Pensi?” Tanya saya.

“Kerang-kerang kecil yang ada di danau ini. Kalau ikan, ada yang paling terkenal disini, namanya ikan bilih. Ikan bilih hanya ada di Singkarak, di danau lain tak ada.”

Serba-serbi Singkarak

Kemudian saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung. Karena saya datang di hari kerja, pengunjung memang tak terlalu banyak. Katanya kalau akhir pekan biasanya ramai. Ada pula perahu-perahu yang biasanya disewakan bagi para pengunjung yang ingin menyusuri Singkarak.

Ketika ibu itu pergi ke belakang untuk menyiapkan sesuatu bagi pengunjung yang baru datang, saya memutuskan pindah tempat duduk ke gazebo. Disana ternyata lebih nyaman. Saya duduk lesehan sambil membaca buku. Waktu itu saya membawa buku ‘Garis Batas’ karya Agustinus Wibowo. Membaca kisah perjalanan di tengah perjalanan.

Kalau untuk berfoto, tentu lanskap danau paling bagus diambil dari atas atau tempat yang lebih tinggi. Kalau dari tepian danau, sudut pandang fotonya kurang bervariasi. Ah, tapi yang penting saya sangat menikmati waktu bersantai saya di tepian Singkarak. Tak terbayarkan!

“Maka nikmat Tuhan-Mu manakah yang kau dustakan?”

Pengeluaran Hari Keempat

Bus Sawahlunto-Singkarak Rp10.000

Bus Singkarak-Bukittinggi Rp12.000

Teh dan camilan Rp5.000

TOTAL Rp27.000

 

Advertisement

2 thoughts on “[SumateraTrip-7] Sendiri di Singkarak”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s