Film dibuka dengan tulisan “Los Angeles once upon a time”. Sama seperti latar waktu, latar belakang tokohnya pun terasa tak jelas di awal cerita. Seorang anak bernama Alexandria (Catinca Untaru) sedang dirawat di sebuah rumah sakit karena tangannya patah. Dari fisik dan bahasa Inggris-nya yang masih belum terlalu lancar, terlihat bahwa ia adalah seorang imigran. Ia menulis surat untuk seorang suster dan menerbangkannya melalui jendela di lantai dua. Ternyata surat itu masuk ke sebuah ruangan. Surat itulah yang kemudian mempertemukannya dengan seorang pemuda bernama Roy (Lee Pace) yang juga dirawat di tempat tersebut.
Roy pandai bercerita. Cerita pertamanya adalah tentang Alexander the Great, yang menurutnya merupakan asal muasal nama Alexandria. Alexandria tertarik dan senang mendengarkan cerita-ceritanya.
Cerita lainnya dari Roy adalah sebuah epik tentang lima orang yang didamparkan di sebuh pulau. Kesamaan dari kelima orang tersebut adalah kebencian terhadap seorang gubernur yang kejam bernama Odious. Cerita ini yang kemudian menjadi cerita utama yang selalu mengisi hari-hari Alexandria. Ia mulai menyayangi Roy. Ia menemukan sosok seorang ayah sekaligus sahabat. Namun ternyata bagi Roy persahabatan itu hanyalah sebuah alat agar Alexandria mau melakukan apa yang ia minta. Roy memanfaatkan gadis kecil itu.
Roy baru benar-benar menyadari ketulusan Alexandria ketika gadis kecil itu megalami sebuah kecelakaan fatal demi mencuri morfin untuknya. Namun ketika tersadar kembali, gadis kecil itu tetap tersenyum dan bersahabat kepadanya. Alexandria merindukannya, juga ceritanya. Maka dalam kegalauan dan rasa bersalah, Roy harus menyelesaikan ceritanya. Dari cerita yang awalnya berisi keberanian dan kemenangan, kemudian berubah menjadi sedih dan menyakitkan. Ya, karena cerita itu semata-mata adalah karangan Roy sendiri. Dan ia bebas menentukan alurnya sesuai dengan suasana hatinya sendiri. Cerita itu adalah refleksi dari kekecewaan Roy terhadap dirinya sendiri yang pengecut dan penipu. Alexandria menangis, ia menginginkan akhir yang bahagia.
Film ini berhasil menampilkan cerita epik dengan suguhan kolosal dan lokasi-lokasi yang indah dan luar biasa, dari kastil-kastil, gurun pasir, bahkan sampai juga di Bali dengan tari Kecaknya. Konon menurut web resmi film ini, syuting dilakukan di 18 negara. Wow! Oh ya, saya juga sempat mampir ke blog INI. Di situ terdapat gambar-gambar dan keterangan filming locations The Fall.
Cerita yang berpindah-pindah dari kisah epik ke dunia nyata Alexandria dan Roy bisa membuat penonton penasaran apa yang selanjutnya terjadi. Kepolosan dan ketulusan Alexandria juga cukup bisa membuat saya menitikkan air mata haru (saya juga suka akting Alexandria yang sangat apa adanya). Meskipun awalnya saya agak bingung dengan film ini, di akhir cerita saya tak ragu memberikan lima bintang untuk The Fall.
Mau menonton juga? 🙂
salah satu film paling kece yang pernah aku tonton!
LikeLike
Bangettt.. Ide dan eksekusinya keren yah. 😀
LikeLike