Indonesia, Traveling

Menjadi (Woman) Solo Backpacker

Why solo backpacking? If you ask me, my answer will be simply because I don’t always have traveling mate, backpacking mate or whatever you call it. I have no one to go with.

Namun kemudian saya bisa balik bertanya. “Being solo backpacker, why not?” Memang betul, di lingkungan sekitar kita mungkin hal semacam ini bukan merupakan hal yang biasa. Bisa jadi dianggap aneh atau nyeleneh, bahkan seperti orang kurang kerjaan. Buat saya pribadi, saya melakukan solo backpacking bukan untuk sok keren atau menjadi orang yang anti mainstream.

Sebagian orang merasa khawatir jika bepergian seorang diri. Solo backpacking bagi saya merupakan salah satu sarana untuk belajar dan keluar dari zona nyaman. Hey, there are too many things to be afraid of. Terlalu banyak hal yang bisa saja kita takutkan di dunia ini. Lalu apakah kita akan berdiam diri saja?

There are a million things that can go wrong, no matter how you are traveling. In fact, there are a million things that can go wrong in your life just by stepping out the front door.

But, that doesn’t stop you from getting on with your life right? Well don’t do the same when you are thinking of traveling solo. (http://www.ytravelblog.com/female-solo-travel-tips/)

Sewaktu saya masih bertugas di Pulau Bawean, saya berencana untuk backpacking setelah selesai penugasan. Awalnya saya merencakan perjalanan ke Sumatera bersama beberapa teman. Namun seiring berjalannnya waktu, masing-masing sudah menjalankan aktivitas yang berbeda. Rasanya sulit untuk menemukan waktu dimana kami semua bisa melakukan perjalanan bersama. Saat itulah saya kemudian memutuskan untuk solo backpacking saja.

Apakah saya pernah merasa takut? Uhm..banyak tanda tanya yang muncul di kepala sebelum solo backpacking. Salah satunya, “Garing banget nggak ya?” Kalau ada sesuatu yang terjadi, nanti tidak akan ada tempat berbagi dan bercerita. Atau sekadar tertawa saat ada yang lucu dan menggerutu saat ada yang menyebalkan. Hehe.. Believe me, that’s the first thing crossed my mind about me being solo backpacker.

Ah, saya pasti bisa! Saya pernah membaca buku karya Marina Silvia yang menceritakan perjalanannya ke Eropa selama enam bulan sendirian. She can do it, so can I. Ada pula cerita Rini Raharjanti dalam bukunya yang berjudul 3 Jutaan Keliling India. Dia juga solo backpacking. Selain itu, jika Anda melakukan pencarian di Google dengan kata kunci ‘solo backpacking’ atau ‘women solo backpacking’, maka akan keluar banyak tautan ke cerita dari orang-orang di seluruh dunia yang melakukan hal serupa. “You’re gonna be okay, dear.” kata saya kepada diri sendiri.

Goa Mbah Suro (Sawahlunto) – Ngarai Sianok – Kelok 44 – Danau Singkarak
Pulau Weh, Aceh

Salah seorang teman saya memberi tautan INI sebelum saya berangkat.  Saya semakin yakin bahwa solo backpacking akan memberikan pengalaman baru yang sangat berharga. Kebanyakan solo backpacker juga menggarisbawahi satu hal saat mereka melakukan perjalanan, yaitu mereka bebas menentukan kapan dan kemana mereka akan pergi. Hmm…saya akan banyak belajar mengambil keputusan dengan bijak. Selain itu, mereka bisa menikmati kesendirian namun pada saat yang sama juga punya lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk lokal.

*****

Apa saja yang perlu disiapkan untuk solo backpacking? Sebetulnya secara umum sama saja dengan saat kita backpacking bersama teman, membuat itinerary atau rencana perjalanan adalah salah satunya. Meskipun ada sebagian orang yang suka bepergian tanpa membuat rencana apa-apa (let it fow saja), saya memilih membuat perencanaan walaupun sifatnya masih kasar. Setidaknya rencana perjalanan mencakup kota-kota apa saja yang ingin dikunjungi, rute, transportasi, serta akomodasi (sila baca di SINI untuk tips akomodasi). Biasanya saya membuat timeline dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan dipahami (oleh saya sendiri). Oh ya, saya sarankan membuat anggaran juga agar bisa memperkirakan berapa uang yang dibutuhkan. Atau sebaliknya, menentukan berapa besar uang yang bersedia kita keluarkan, lalu menyesuaikan pos-pos pengeluaran dengan batas anggaran (budget constraint) kita.

Ada beberapa tips supaya tetap aman dan nyaman saat solo backpacking:

  1. Sebelum berangkat, beritahukan itinerary perjalanan kepada salah satu (atau lebih) anggota keluarga. Hal ini agar mereka tahu dimana Anda berada selama beberapa waktu ke depan. Telepon dan SMS tentang keadaan Anda selama di perjalanan dan beritahukan jika ada perubahan rencana. Bila perlu, berikan pula kontak tempat Anda menginap.
  2. Pilih tempat yang aman untuk menginap. Saat solo backpacking, saya lebih memilih menginap di rumah teman atau host Couchsurfing dan komunitas backpacker lainnya (saat di Medan, saya menginap di rumah teman ‘Muslimah Backpacker’ selama dua malam). Kalau tidak ada teman yang bisa disinggahi rumahnya, pilih hostel yang terpercaya. Info mengenai hostel tersebut bisa diperoleh dari website maupun rekomendasi teman dan komunitas backpacker.
  3. Jangan terlihat bingung. Walaupun saya asing dengan suatu tempat, saya berusaha sebisa mungkin untuk tetap kalem dan santai. Jika kita terlihat bingung, bisa jadi mengundang orang-orang yang mempunyai niat tidak baik. Namun bukan berarti kita menjadi sok tahu dan tidak mau bertanya. Jika ada sesuatu yang meragukan, tanyakan kepada orang lokal. Saya biasanya memilih untuk bertanya kepada pemilik warung, pemilik bengkel, atau siapapun yang saya lihat sedang beraktivitas di suatu tempat, bukan orang yang secara random berpapasan dengan saya di jalan. Oh ya, selain orang lokal, orang yang bisa saya percayai selama perjalanan adalah sesama backpacker. Mereka akan dengan senang hati berbagi informasi.
  4. Jangan sungkan untuk berkenalan dengan sesama backpacker. Jika dia/mereka punya tujuan sama, maka bisa jadi teman mengobrol dan sharing saat akan menyewa kendaraan supaya lebih murah.
  5. White Lie. Terpaksa bohong? Untuk situasi tertentu saya rasa tidak apa-apa, hehe… Saya seringkali ditanya, “Sendirian?” Terkadang saya bilang bahwa saya pergi bersama teman, namun ia sedang berada di suatu tempat dan akan segera menyusul. Atau ditanya, “Disini ada keluarga?” Saya jawab banyak keluarga yang tinggal di kota tersebut. Hal ini saya lakukan jika saya tidak terlalu percaya dengan orang yang sedang mengajak bicara. Setidaknya saya ingin dia berpikir bahwa saya tak sendiri dan nggak buta-buta amat sama kota tersebut. Masuk akal nggak? Hehehe.. Nggak tahu deh.

Tips-tips dari saya tentu belum mencakup semua hal. Sebelum melakukan perjalanan, galilah informasi sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan blog walking dan membaca kisah-kisah backpacker lain.

LET’S CELEBRATE LIFE! 

14 thoughts on “Menjadi (Woman) Solo Backpacker”

  1. Mbak, gimana ya ngatasin muka yang terlihat bingung? saya itu ekspresinya sangat mudah ditebak. kalau bingung, takut, pasti keliatan. orang kalo jalan sendiri aja (meskipun di tempat yang udah familiar banget) kayak anak ilang. 😥 ada tips mengatasi masalah tesebut? Makasih Mbak 🙂

    Like

  2. solo backpacking paling jauh ke pasuruan.
    sy dr surabaya.
    kalo luar provinsi belum berani.
    hehehe..
    salam kenal..
    saya tgl 11-14 rencna mau backpacking ke Jakarta bareng sodara.
    mga nambh banyak pengalaman travelling.

    Like

  3. Aq mau coba solo backpacking…lbh hemat sesuka hati petunjuk dan arahan sering sering browsing z …wlpn baru mulai jln keliling jogja sd solo tpi sdh stgh yakin bisa cma bingung mbyangkn fto ftonya…suruh siapa gtuu heee

    Like

  4. Hi mbak maisya
    Sy ingin coba solo backpack Sumatra tetapi ini pertama kali Saya coba soalnya Saya dari Pulau batam Satu Pulau kecil jadi was was juga mo ke Kota besar😅😅😅😅

    Ada tips2 ga ya😊😊??
    Ato mbak maisya ada post yang dulu ke Sumatra?

    Makasih sekali🤗🤗🤗🙏🏼🙏🏼🙏🏼

    Like

Leave a comment