Ya, semua baik-baik saja. Begitulah yang terjadi dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak: Amy (Kate Beckinsale), Rossie (Drew Barrymore), Robert (Sam Rockwell), dan David (Austin Lysy). Mereka belum bertemu ayah mereka, Frank Goode (Robert de Niro), sejak pemakaman sang ibu delapan bulan lalu. Pada suatu malam, sang ayah berencana mengadakan pesta kecil bersama keempat anaknya, namun mereka semua berhalangan hadir. Mereka semua kini berada di kota yang berbeda, mengejar impian masing-masing.
Ah, terasa begitu hampa hidup sendirian di masa itu. Istri sudah tak ada, anak-anak pun tinggal nun jauh di sana. Akhirnya Frank memutuskan untuk memulai perjalanan mengunjungi keempat anaknya, satu per satu, tanpa memberi tahu mereka. Kejutan!
Rencana memberi kejutan tentunya tak selalu berhasil. Terkadang rencana itu berujung kekecewaan karena orang yang dimaksud justru tak berada di tempat. Jauh jarak yang ditempuh Frank untuk sampai di New York dan menemui David, namun menemukan apartemennya kosong. Frank meneruskan perjalanan ke tempat ketiga anak lainnya. Amy memiliki sebuah rumah mewah, pekerjaan yang mapan, namun ada keanehan dalam hubungan suami dan anaknya. Frank lalu bertemu Robert, anak kebanggaannya yang merupakan seorang konduktor orkestra – yang IA PIKIR adalah seorang konduktor orkestra. Pada kenyataannya Robert ‘hanyalah’ seorang pemain perkusi dalam orkestra tersebut. Terlihat kekecewaan dalam diri Frank mengetahui hal tersebut, namun Ia berusaha menyembunyikannya. Selanjutnya ia menemui Rossie yang semenjak kecil sudah mencintai balet. Kini ia berprofesi sebagai penari profesional. Hidupnya serba berkecukupan. Bahkan menjemput Frank di terminal bus dengan menggunakan sebuah limousine.
Dari pertemuan dengan anak-anaknya, Frank merasa ada yang janggal. Seolah ada yang disembunyikan darinya. Ia juga mulai menyadari bahwa selama ini ia tidak dekat dengan anak-anaknya. Mereka berempat lebih dekat dengan ibunya. Semua hal diceritakan kepada sang ibu semasa ia masih hidup dulu. Frank menyadari bahwa selama ini ia tahu kabar anak-anaknya hanya dari cerita istrinya. Saat Frank mengemukakan perasaannya kepada Rossie, ia mendapat jawaban, “Yes, because Mom is a good listener and Dad is a good speaker”. Ia tertohok.
Film ini bagi saya benar-benar terasa nyata. Sebuah konflik dalam keluarga yang memang biasa terjadi di sekitar kita. Semua orang tua pasti menyayangi anaknya, namun sebagian orang tua suka menuntut banyak hal kepada anak-anaknya. ”Make me proud, okay?” Itulah kata-kata yang terekam dalam keempat anak Frank yang pada akhirnya membuat mereka takut menceritakan hal-hal yang sebenarnya terjadi. Hal-hal yang pasti akan mengecewakan ayahnya. Padahal hidup tak selalu manis, terkadang pahit. Keempat anaknya membutuhkan dukungan saat mereka jatuh, dan sang ibulah yang bisa memberikannya. “Mom told you only the things you want to hear,” kata Rossie.
Di hari tua, penyesalan itu baru muncul. Ketika apa yang telah terjadi tak bisa diubah, ketika kegagalan tak bisa dihapuskan dari sejarah hidup mereka. Namun semangat dan dukungan lah yang bisa membuat mereka bangkit, berusaha, dan bahagia dengan apa yang telah mereka capai saat ini.
Di sisi lain, saya juga terenyuh melihat perjuangan Frank menemui anak-anaknya. Terasa sekali kesepian yang ia rasakan. Membuat saya berpikir, “Ah mungkin ini yang dirasakan kakek dan nenek saya…” dan “mungkin begini pula yang saya rasakan jika saya tua nanti..”
As a family drama lover, I heart this movie. Dan saya berpikir, alangkah baiknya jika para orang tua juga menonton film ini. Selamat menonton :).
*info: film ini merupakan remake dari film Italia berjudul Stanno Tutti Bene (1990).