Other Stories

Mimpi Bambang Pamungkas

(Repost Desember 2010 dari SINI)

Jangan salah sangka. Blog saya belum beralih menjadi blog olahraga ‘hanya’ karena membahas Bambang Pamungkas, kapten kesebelasan nasional Indonesia. Inspirasi bisa datang dari siapa saja, bukan? Nah hari ini, inspirasi datang dari Bambang Pamungkas.

Sewaktu remaja, saya pernah bilang kepada Mama saya, “Icha pengen deh jadi penulis. Kuliahnya harus jurusan Sastra ya, Ma?” Lalu Mama menjawab, “Nggak harus kok. Icha bisa belajar apa saja, kuliah di jurusan apa saja, bekerja sebagai apa saja, dan tetap bisa menjadi penulis. Icha bisa jadi seorang dokter yang juga penulis, seorang guru yang juga penulis, seorang ekonom yang juga penulis…”

Kata-kata itu masih saya kenang sampai sekarang, dan teringat lagi ketika saya singgah di website pribadi Bambang Pamungkas.

Berawal dari Twitter, seorang teman saya me-retweet sebuah kalimat dari Bambang Pamungkas (@bepe20): “Semalam, secara fisik saya masih merasa bugar. Akan tetapi 2 pinalty itu, secara psikologis membuat emosi saya terkuras habis tidak tersisa.” Saya pun tertarik untuk membuka halaman Twitter-nya (Untuk yang menonton pertandingan semalam, antara Indonesia melawan Thailand, pasti tahu bahwa Bambang Pamungkas baru masuk di putaran kedua dan mencetak dua gol di menit-menit terakhir lewat tendangan penalti).

Di linimasa @bepe20 itulah saya mendapatkan tautan ke website pribadinya. Saya salut, seorang atlet masih menyempatkan diri untuk menulis dan berbagi pengalaman. Tulisan-tulisannya tentu sangat memotivasi para anak dan remaja yang bermimpi menjadi pemain bola di Indonesia, negeri yang katanya tak menjanjikan bagi kehidupan para atlet. Mengutip kata-kata di film “Garuda di Dadaku” yang kurang lebih seperti ini: “Ngapain jadi pemain bola? Di Indonesia ini jangankan jadi pemain bola, jadi penonton saja bisa mati!”

Saya membaca salah satu tulisan Bambang Pamungkas di website pribadinya tersebut. Ia menulis di antaranya:

 “Once, when i was young and started to play football, my biggest dream was to wear the red – white colour jersey and play for my country. And that dream remains, until now”.

“Kemampuan saya mungkin akan berangsur surut seiring dengan berjalannya waktu, ketajaman saya sebagai seorang striker mungkin lambat laun akan memudar seiring dengan berkembangnya permainan sepakbola itu sendiri. Akan tetapi “TIDAK” dengan komitmen dan dedikasi saya kepada tim merah – putih. TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH…!!!”

Syauqi kedua dari kiri

Suatu hari adik saya yang paling kecil pernah mengganti nama di akun Facebooknya menjadi “Syauqi Naufili Pamungkas”. Waktu itu saya tertawa. Ah tapi mungkin itu wujud rasa kagumnya kepada sang striker favoritnya. Adik saya pernah berkata kepada Papa: “Pa, sekarang umurku 11 tahun. 8 tahun lagi aku 19 tahun, berarti udah bisa main di Piala Dunia ya?”

Dik, ini pesan dari Bambang Pamungkas:

Bagi pemain-pemain junior “JANGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERMIMPI” karena mungkin suatu saat nanti, mimpi kalian akan menjadi kenyataan.. Keyakinan, kerja keras dan doa akan membantu kalian untuk mewujudkan mimpi itu.. mungkin saat ini, kami para senior yg membela nama Bangsa tetapi bisa jadi suatu saat nanti kalian yg akan berjuang mengenakan seragam Merah Putih, karena Tim nasional itu milik seluruh rakyat Indonesia siapapun mempunyai hak untuk menjadi pemain nasional, tentunya sesuai dengan kemampuannya, oleh karena itu persiapkan diri sebaik mungkin…

Apapun profesi kita, apapun yang kita lakukan, lakukanlah yang terbaik.
Terima kasih, Bambang Pamungkas, untuk inspirasi hari ini :).


Advertisement

1 thought on “Mimpi Bambang Pamungkas”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s