Kali pertama punya teman orang Malaysia adalah sewaktu pertukaran pelajar di Korea 2007 lalu. Sebelumnya sudah pernah dengar sih orang berbicara bahasa Melayu. Kedengarannya hampir sama dengan Bahasa Indonesia, tapi akhirannya banyak pake huruf “e” istead of “a”.
Saya kira hanya itu perbedaannya.
Misalnya orang Indonesia bilang, “Mau kemana?”
Kalo orang Malaysia bilang “Nak kemane?”
Namun ternyata banyak juga penggunaan kata yang berbeda, walaupun kita saling bisa mengerti artinya.
Berhubung waktu kuliah di Daejeon masih ada teman seprogram yang dari Indonesia juga, kami masih suka berbahasa Indonesia satu sama lain. Supaya lidah nggak pegel ngomong English mulu kan, hehe.. Kita berdua biasanya pake bahasa “lo-gue”. Lucunya….pernah salah satu teman dari Brunei (yang mengerti bahasa Melayu juga tentunya) bilang, “Wow…you speak like what I saw in the (Indonesian) movies!”
Hahaha….maklum lah, dia penggemar film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) dan Nicholas Saputra.
Oke, kembali ke Indonesia-Melayu.
Pada suatu hari, pas awal-awal program, teman Malaysia saya pernah bilang. Kira-kira begini, “Aku takut besok bangun terlambat. Tolong KEJUTKAN aku pukul 9 ya!”
Reaksi saya adalah tertawa, “BUAHAHAHAHA….” *sampai sakit perut*
KEJUTKAN kalau dalam bahasa Indonesia artinya KAGETKAN. Jadi saya langsung membayangkan saya membangunkan dia dengan cara bilang, “DOOORRRR!!!” atau pagi-pagi datang ke kamarnya sambil menyalakan petasan agar dia terkejut. ;p
Tapi lama-lama kami saling memahami kok. Dan teman-teman Malaysia itu semakin PINTAR berbahasa Indonesia. Malah suka bicara menggunakan “gue-elo” dan sampai tahu istilah “jijay bajay” segala. 😀 Maklum lah, perkembangan bahasa di Indonesia cepat sekali, saudara-saudara. Mungkin setiap tahun selalu saja ada bahasa gaul yang baru. Kayaknya kalau berapa tahun saja tidak pulang ke Indonesia, bisa-bisa ketinggalan info!
Suatu hari, seusai kelas bahasa Korea, anak-anak pada ngobrol di depan kelas. Kemudian Nana (Indonesia) cerita bahwa pas di kelas dia mau pinjam penghapus kepada Kenneth (Malaysia).
“Hah, penghapus?” si Kenneth tidak mengerti.
“Itu loh…ERASER!” kata Nana
“Ooo…PEMADAM…” kata Kenneth.
Dan…MBUAHAHAHA….saya tertawa lagi. “Ken, emangnya ada kebakaran ya sampe mau lo padamkan segala?” tanya saya bercanda.
Katanya kalau di bahasa Melayu itu menghapus artinya permanently eliminate something. Jadi kalau kamu menghapus sesuatu, ya berarti kamu menghilangkan hal tersebut untuk selama-lamanya (bukan dalam konteks menghapus tulisan yang setelah itu akan kita tulisi lagi).
No offense. Ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan suatu bahasa. Wajar saja kok kalau kita merasa tidak familiar dengan bahasa orang lain. Salah seorang teman Malaysia juga pernah tertawa sewaktu saya mengucapkan kata “singkong”. What is singkong? Ternyata kalau tidak salah mereka mengenalnya dengan kata ‘ketela’ (sama juga dengan bahasa Indonesia ya). Mungkin kami saat itu dengan cuek saling tertawa karena sudah akrab satu sama lain. Kalau baru kenal, harus bisa lebih mengendalikan diri ya! 😀
Let’s respect each other’s culture!