24 Maret 2012 ini saya berulang tahun yang kesekian. Just like another day. Bangun subuh, mengaktifkan hape, dan menaruhnya di jendela. Sebagai informasi, di Bawean ini sinyal hanya ada di spot tertentu saja, kalau di rumah hostfam saya ya salah satunya di jendela kamar. Hehe… Ajaib ya? Geser sedikit saja, sinyalnya hilang. Bahkan dalam posisi diam pun sinyalnya labil, bisa datang dan pergi sesuka hati.
Beberapa menit kemudian, sinyal mulai bersemayam di hape saya. Nada dering hape berbunyi tanda ada pesan masuk. Masuklah pesan-pesan singkat berisi doa dan ucapan. Ahhh… Terima kasih, teman-teman dan keluarga tersayang! Terima kasih, sinyal! Kebetulan sekali sinyal bersahabat. Padahal sudah beberapa hari ini sinyal tak pernah muncul di pagi hari. Dia seolah enggan bangun pagi dan memilih kesiangan seiring cuaca yang mendung dan angin yang selalu kencang. *sinyal memilih selimutan lagi*
Saya ke sekolah seperti biasa. Tersenyum dan menyapa anak-anak, mengajar, dan rapat rutin bersama kepala sekolah dan guru-guru. Hari ini saya juga ada janji untuk rapat di Sangkapura dengan Bala-bala (panggilan sayang untuk Bala Bawean alias Pengajar Muda Bawean ). Sangkapura adalah salah satu kecamatan yang ada di Bawean, kecamatan yang selama ini menjadi pintu gerbang Bawean karena pelabuhan ada disini. Waktu yang ditempuh dari desa saya ke Sangkapura bisa mencapai satu jam jika mengendarai motor. Namun karena saya menjemput Lasti yang ada di desa lain, saya agak sedikit memutar lewat jalur timur sehingga baru setelah dua jam saya sampai di Sangkapura. Disana, teman-teman lain sudah menunggu.
Random dan spontan. Sore itu tiba-tiba terlintas, “Eh, kita ke Selayar yuk!” ujar salah satu dari kami waktu kami sedang duduk-duduk makan es kacang hijau di beranda rumah. Rumah itu adalah rumah Mas Gasa, teman kami, seorang guru TIK di SMPN 1 Sangkapura. Selama ini keluarga Mas Gasa telah merelakan rumahnya menjadi tempat kami berteduh jika ada rapat di Sangkapura. Keluarga Mas Gasa sudah seperti keluarga sendiri.
“Ayo!” yang lain menyambut ajakan itu. Di sekitar Pulau Bawean memang ada beberapa pulau kecil, baik itu yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni. Pulau Selayar terletak di tenggara Pulau Bawean. Saya juga baru pertama kali kesana, selama ini hanya melihat dari kejauhan saja. Dari semua pulau yang ada di sekitar Bawean, sebelumnya saya baru ke Pulau Gili yang letaknya di timur Bawean. Wintang, salah satu teman Pengajar Muda, bertugas disana.
Pukul empat sore, kami mengendarai motor menuju Pulau Selayar. Untuk menuju kesana, perlu melewati beberapa dusun yang letaknya semakin masuk dan menjauhi ‘pusat kota’. Sesampai di tepi pantai, kami melihat ada sebuah mobil yang terparkir. Nampaknya ada keluarga yang sedang menghabiskan sore yang cerah itu di Pulau Selayar.
Kami kemudian berjalan menyeberangi air laut yang tingginya dari tengah betis sampai sedikit di atas lutut. Pantai di sekitar Pulau Selayar ini didominasi bebatuan, tidak terlalu banyak pasirnya sih. Kalau dibandingkan dengan Pulau Gili dan Pulai Noko, pasir disana lebih oke. Namun, main-main di Selayar ini tetap seru kok, apalagi sama teman-teman tersayang. Dan…tiada kesan tanpa berfoto-foto kan?

Jujur saja, semakin saya bertambah tua, selain bersyukur, ulang tahun itu bukan perkara besar, bukan sesuatu yang harus dirayakan dengan ini-itu. Seharian ini, mungkin hanya beberapa momen saja dimana saya ingat kalau ini hari ulang tahun saya. Hehe… Jadi yaa..inginnya sih menjalani seperti hari biasa saja. Namun bagaimanapun juga, sore ini tidak biasa karena saya menikmati waktu bersama teman-teman tersayang dan sore ini ditutup dengan menyaksikan matahari tenggelam di ufuk barat. Matahari oranye yang terlihat bulat sempurna hilang perlahan dalam hitungan menit. Subhanallah.

Eh ternyata sore itu bukan akhir dari hari yang tidak biasa. Malamnya, saya dan Lasti keluar membeli sikat gigi. Pulangnya, saya lihat lampu di rumah Mas Gasa mati, tetapi di rumah-rumah lainnya menyala sebagaimana mestinya. Awalnya saya pikir mungkin listrik di rumah ini ada yang konslet atau semacamnya. Saya beranjak memasuki rumah dan melihat cahaya lilin di balik lemari ruang tamu. Dengan bodohnya saya bernyanyi, “Happy birthday to you…” Sungguh saya hanya iseng karena kalau mati lampu dan menyalakan lilin, saya dan adik-adik di rumah suka menyanyikan lagu ulang tahun. Eh nyanyian saya itu dilanjutkan oleh nyanyian orang-orang di balik lemari yang muncul membawa kue ulang tahun untuk saya dan Lasti. Lasti berulang tahun 19 Maret yang lalu.

Huaaa… Saya merasa saya telah menghancurkan kejutan yang telah mereka siapkan. Setelah itu kami hanya tertawa-tawa dan disuruh meniup lilin. “Make a wish dulu,” begitu instruksinya. Saya hanya mengucapkan, “Semoga anak-anak kita lulus UN yaa…” Hehehe… “Duileee..mentang-mentang bu guru!” seloroh yang lain. Kalau personal wish ya dalam hati aja lah ya!
Terima kasih ya Allah…
*Tulisan lainnya mengenai Pulau Bawean
https://maisyafarhati.wordpress.com/2012/07/08/aadb-ada-apa-di-bawean-bagian-1/
https://maisyafarhati.wordpress.com/2012/07/08/aadb-ada-apa-di-bawean-bagian-2/
https://maisyafarhati.wordpress.com/2012/07/08/aadb-ada-apa-di-bawean-bagian-3/