Indonesia, Traveling

‘Tertipu’ di Koba

Agustus 2009

Padang ilalang, Pantai Penyak, dan Tugu Kota Koba

Pulau Bangka seakan-akan memiliki matahari sendiri yang membuat udara disana begitu panas. Dua motor sewaan melaju dari Pangkal Pinang menuju kota Koba, salah satu kota di Kabupaten Bangka Tengah. Koba dikenal dengan sebutan kota ikan. Saya juga tidak tahu kenapa, padahal setahu saya semua wilayah di Pulau Bangka kaya akan ikan. Makanan yang terkenal dari kota ini adalah Mie Koba, mie dengan campuran kuah ikan. Saya dan teman-teman tidak berniat mencobanya karena sudah ‘mabuk’ ikan.

Saat itu saya dan tiga orang teman (Arni, Toto, dan Coyo) berniat menyusuri sisi lain Pulau Bangka. Kami berangkat pagi sekali dengan menggunakan bus dari Desa Bintet (lokasi KKN kami), Belinyu, menuju Sungailiat. Dari Sungailiat meneruskan lagi ke arah selatan ke Pangkal Pinang. Baru di Pangkal Pinang lah tercetus ide untuk meminjam motor ke rental terdekat. Sebelumnya kami berniat naik bus dari terminal, namun untuk kemudahan transportasi di kota tujuan, motor pun menjadi pilihan. Kami mampir dahulu di rumah saudara Toto dan dari sana diantarkan ke rumah tetangga yang memiliki rental motor. Setelah merelakan 175ribu untuk menyewa dua motor, kami segera beranjak dari Pangkal Pinang (almost everything in Bangka is pricey!).

Setiap cerita pasti ada awalnya. Dan awal dari perjalanan ini adalah sebuah buku panduan wisata bahari provinsi Bangka Belitung. Saya tertarik pada salah satu halamannya yang bercerita tentang Desa Kurau, desa para nelayan Bugis yang ada di Bangka. Ditambah beberapa foto suasana desa Kurau di pagi hari, saya semakin bertekad untuk datang ke sana dan merasakan atmosfer kesibukan para nelayan di pagi hari.

Desa Kurau terletak sekitar 16 km di selatan Pangkal Pinang. Bukan jarak yang jauh sebenarnya. Namun pada saat keberangkatan, kami sengaja melewatinya dahulu dan terus melaju menuju kota Koba, melewati pantai bernama Pantai Penyak yang menghiasi hampir sepanjang sisi timur jalan. Pantai Penyak membuat kami benar-benar terhenyak! Hahaha… Sebenarnya pantainya bagus, tapi mungkin karena kami sudah terlalu sering melihat pantai yang lebih indah di Bangka, pantai itu terasa biasa-biasa saja. Namun demikian, pantai ini pasirnya putih dan bersih, seperti kebanyakan pantai di Bangka. Sebetulnya pantai itu cocok-cocok saja buat bersantai dan merenungi kehidupan (ceile..).

Pantai Tanjung!

Kami meneruskan perjalanan ke Koba, sekitar 60 km dari Pangkal Pinang. Sepanjang perjalanan ke Koba, kami disuguhkan dengan pemandangan gersang dan padang ilalang. Debunya memang mengganggu tetapi kalau dilihat-lihat pemandangannya indah juga. Di Koba, kami bermaksud mencari pantai yang juga direkomendasikan di buku wisata bahari yang kami lihat tempo hari: Pantai Tanjung. Sesampainya di pantai tersebut, lagi-lagi kami harus menghela napas… Biasa saja, bahkan berbeda dengan gambar yang kami lihat di buku wisata. Hahaha…kami tertawa pahit sekaligus geli karena tertipu oleh gambar. Pantai itu sepi dan…polos. Di buku wisata disebutkan bahwa di pagi hari pantai tersebut ramai oleh kapal-kapal nelayan yang berasal dari Lampung. Berhubung kami datang di sore hari, maka tak ada apapun di sana. Kami mengibur diri sendiri dan menikmati saja sore di pantai yang sepi itu. Berfoto ria dan merenungi perjalanan kami. Yang saya rasakan waktu itu, meskipun tempat-tempatnya tak sebagus ekspektasi sebelumnya, saya sama sekali tak merasa menyesali perjalanan ini. Saya tetap merasakan kebersamaan dengan kawan perjalanan saya kali ini. Suka duka telah kami lewati bersama, termasuk mengalami motor yang sempat bocor bannya. 😀

Betul ya, terkadang bukan tempat apa yang kita kunjungi, melainkan bersama siapa kita mengunjunginya. Perjalanan ke Koba ini takkan terlupakan.

*malamnya kami menginap di Desa Kurau. Sila baca di tautan INI.

4 thoughts on “‘Tertipu’ di Koba”

  1. hai maisya, besok aku rencananya mau jalan2 kesana, tapi jadi ragu setelah baca tulisan mu… hehe ada rekomendasi tempat wisata lain di koba?

    Like

Leave a comment