[1 Oktober 2010]
Pagi yang tidak terlalu cerah, namun tidak pula mendung. Jam 7 tepat saya dan Pupu sudah di ruang makan menikmati pisang, banana cake, dan kopi panas. Banana cake adalah salah satu hal yang spesial dari guesthouse ini. Dibuat oleh istri Raymond, Mani, banana cake itu tampilannya memang biasa saja. Tapi rasanya? Hmm..enyaaak.. Tak mengherankan sewaktu saya membaca kertas-kertas kesan & pesan dari para tamu (ditempel di pintu kulkas), banyak dari mereka yang terkesan oleh banana cake buatan Mani. Saya dan Pupu tak terkecuali.
Backpack kami sudah siap sedia di kursi ruang TV. Begitu selesai makan, kami tak langsung meninggalkan tempat itu. Raymond dan Mani nampaknya belum bangun sehingga kami tak punya kesempatan untuk berpamitan langsung. Kami pun menulis pesan untuk keduanya, sama seperti yang dilakukan tamu-tamu sebelumnya. Dari semua yang ditulis, bisa dirangkum bahwa mereka sangat betah dan merasa nyaman tinggal di giuesthouse ini. Bahkan ada yang menulis bahwa tempat ini memberikan paradigma baru tentang apa yang disebut guesthouse. Bukan sekedar hubungan antara pemilik dan penyewa kamar, namun labih dari itu, seperti keluarga dan rumah sendiri. I can’t agree more.


Ketika kami aka beranjak pergi, salah seorang tamu turun dari lantai dua. Ia adalah seorang wanita 60-an tahun yang sedang berlibur di Melaka bersama suaminya. Kami saling melempar senyum.
“Are you leaving this morning?” tanyanya. Kami mengiyakan. Kami lalu bertanya sudah berapa lama ia berada di Melaka. Dan jawabannya sungguh tidak kami duga: dua minggu. Kami kira dua atau tiga hari, itu rasanya masih wajar. Pantas saja dari kemarin ia dan suaminya terlihat tak pergi kemana-mana. Hanya tinggal di guesthouse dan duduk-duduk di teras belakang sambil membaca buku, mengobrol, ataupun hanya sekedar menikmati pemandangan sungai dan sekitarnya. Mereka nampaknya benar-benar menikmati waktu senggang itu.
“We’ll travel for one year around some countries in Asia such as Srilanka, Bangladesh, and Indonesia. And it’s just our first two weeks,” ujarnya.
Wowww.. Lama juga. Honeymoon jilid dua sepertinya, hehehe… Kemudian terpikir di benak saya bahwa menghabiskan masa tua dengan berjalan-jalan pastilah hal yang menyenangkan. Selama muda, mereka pasti telah bekerja keras, menabung, dan inilah hasilnya. They deserve it… (Ahh..cita-cita saya juga…)

Kami saling mengucapkan salam perpisahan. Dari guesthouse, saya dan Pupu berbelok ke kanan dan mengikuti jalan kecil sampai ke jalan raya. Kata Raymond, tempat pemberhentian bus ke Melaka Sentral ada di depan sebuah institute teknologi. Selama perjalanan, kami sambil tanya sana-sini dan akhirnya sampai di tempat yang dimaksud. Hmm..cukup melelahkan. Matahari mulai terik dan kami mulai berkeringat. Sebenarnya bukan semata-mata karena kami harus berjalan kaki, namun karena kami harus berjalan sambil membawa beban yang cukup berat di punggung kami. Hehehe..
Sampai jumpa di Kuala Lumpur… 🙂