Di luar rencana, saya menulis bagian ketiga dari tulisan berseri AADB ini. Dalam dua bulan terakhir sebelum meninggalkan Bawean, saya dan teman-teman tak mau melewatkan sajian keindahan panorama Bawean yang belum sempat kami nikmati. Berikut beberapa tempat yang amat sayang dilewatkan jika Anda berkunjung ke Bawean (Ya! Anda harus ke Bawean!).
Pulau Nusa
Bawean dikelilingi pulau-pulau kecil di sekitarnya, salah satunya adalah Pulau Nusa. Pulau yang terletak di sebelah barat Bawean ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan kelotok dari Desa Telukjatidawang. Pada dasarnya, pulau ini hanyalah ‘seonggok’ batu. Tapi jangan salah, Pulau Nusa indahnya bukan main. Dengan dikelilingi air laut yang jernih, batu tersebut membentuk sebuah terowongan di bawahnya. Jadi, Anda bisa berenang masuk dari salah satu mulut gua, dan keluar di mulut gua yang lain (Tapi perlu berhati-hati karena air cukup dalam dan jika angin sedang kencang, gelombang dan arusnya cukup kuat).

Bagi Anda yang senang bermain-main pasir, sayangnya hal tersebut tidak bisa Anda lakukan di Pulau Nusa. Pulau ini terdiri dari bebatuan dan karang yang membentang di sekitarnya. Sebagai pengganti leyeh-leyeh di pasir, Anda bisa memanjat tebing dan naik ke puncak pulau ini. Tidak sulit kok, namun harus tetap berhati-hati. Kalau Anda sudah sampai puncaknya, beginilah sajian pemandangan yang bisa Anda lihat. Breathtaking.
Pulau Cina
Pulau Cina ini terbilang cukup dekat ke daratan Bawean. Jika air laut sedang surut, kita bahkan bisa berjalan ke pulau ini dari Dusun Dedawang, Desa Telukjatidawang. Sama halnya dengan Pulau Nusa, Pulau Cina terletak di sebelah barat Bawean. Namun, spot yang lebih baik ada di bagian barat dan utara pulau ini, jadi kalau kita berjalalan dari Bawean, harus memutar agak jauh.
Sewaktu saya kesini, saya datang dari arah Pulau Nusa dengan menggunakan kelotok. Jadi saya langsung disambut dengan jejeran batu yang cukup besar. Nah yang batu yang lebih tinggi ada di bagian utara. Cukup jalan sedikit dan inilah yang dinamakan Batu Pengantin (tapi saya belum mencari tahu asal usul nama batu ini).

Di Pulau Cina kita juga tidak bisa bermain pasir. Tapi untuk Anda yang hobi berenang, bersenang-senanglah disini. Airnya jernih dan yang di tepian tidak terlalu dalam. Byurrrr!
Pulau Noko Selayar
Disebut Pulau Noko Selayar karena Pulau Noko ini dekat dengan Pulau Selayar. Mungkin diberi embel-embel Selayar supaya tidak tertukar dengan Pulau Noko yang berada dekat Pulau Gili (baca AADB bagian kedua). Kedua pulau bernama Noko tersebut tidak lebih dari gundukan pasir putih. Tidak ada rumah, tidak banyak pepohonan, hampir tidak ada apa-apanya selain pasir putih nan halus. Merdekalah bagi Anda sekalian pecinta pantai berpasir putih. Noko Selayar siap memanjakan Anda.

Untuk mencapai pulau ini, saya dan teman-teman naik kelotok dari daerah Sungai Teluk, Sangkapura. Sebetulnya tidak harus dari sana sih, kebetulan saja pemilik perahu yang kami sewa menyandarkan perahunya disana. Waktu yang dibutuhkan dari sana ke Noko Selayar yaitu sekitar 30 menit.
Tanjung Gaang
Tanjung Gaang terletak di Desa Kumalasa, tak jauh dari pusat Kecamatan Sangkapura. Namun dari Desa Kumalasa ke lokasi Tanjung Gaang, jalannya kecil, berkelok, dan naik-turun. Jadi saran saya, naik motor lebih baik. Yang paling terkenal dari Tanjung Gaang adalah sajian karangnya yang spektakuler. Seumur hidup saya, baru kali ini saya melihat hamparan karang yang begitu luas.
Untuk sampai ke ‘permadani’ karang ini, ada dua pilihan, yaitu trekking dan naik kelotok. Saya dan teman-teman waktu itu memilih opsi kedua karena kondisi fisik saya sedang kurang baik. Jujur saja, saat menuju Tanjung Gaang, saya tidak terlalu semangat, padahal biasanya saya sangat antusias dalam mengeksplor tempat-tempat baru.

Pilihan menggunakan kelotok saya rasa lebih baik karena selain ke Tanjung Gaang, Anda bisa menyusuri hamparan batuan karang di sekitarnya, yang letaknya cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan. Setelah melihat pemandangan karang yang memikat, kelotok kembali dan menepi di Tanjung Gaang. Rusa Bawean (pemilik blog rusabawean.com) saat itu menjadi pemandu kami. Konon Tanjung Gaang adalah tempat favoritnya di Bawean. Hmm..kalau begitu, mari kita buktikan keindahannya.

Naik ke hamparan karang di Tanjung Gaang, sebaiknya memakai sepatu. Saya salah besar karena saat itu hanya memakai sandal jepit. Batu karang disana sangat tajam. Selain itu, karangnya juga berongga cukup besar dan menyisakan ujung-ujung kecil untuk berpijak. Jadi serasa berjalan di atas jarum. Perlu ekstra kehati-hatian. Sepanjang jalan menapaki karang, saya menggerutu. Why do I have to do this? I’d rather stay down there at the beach. Saat itu, perut saya yang sedang sakit turut memperburuk mood saya.
Namun sesampainya di atas, tak ada alasan bagi saya untuk tidak menikmati hamparan karang yang begitu luar biasa. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah karang dan birunya laut.
Jadi, kapan Anda mau ke Bawean? 🙂
*Catatan:
Di Bawean saat ini belum ada pusat informasi pariwisata. Informasi serba terbatas dan oleh karenanya diperlukan keaktifan untuk bertanya kepada penduduk lokal. Jangan khawatir, penduduk Bawean sangat ramah dan menyambut baik para pendatang.
Karena Bawean belum menjadi tujuan wisata yang dikenal secara umum, belum banyak pula jasa yang khusus dikomersilkan untuk wisatawan. Untuk menyewa kelotok misalnya, Anda dapat bertanya saja kepada penduduk lokal. Nanti Anda akan ditunjukkan penduduk terdekat yang memiliki kelotok. Harga pun masih bisa dinegosiasikan.
hey maisya .. sala kenal .. boleh minta konta emailnya gak .. mau tanya tentang bawean nih ..
LikeLike
Salam kenal. 🙂
Sila emaik ke maisya[dot]farhati[at]gmail[dot]com. Semoga bisa membantu.
LikeLike